ACDD 48# MUSIBAH IRI

18.2K 1.1K 26
                                    

ACDD 48# MUSIBAH IRI

"Terkadang luka bisa membuat seseorang yang berhati malaikat pun menjadi seorang penjahat."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Cuaca pagi ini panas sekali. Saking panasnya, awan-awan enggan menghiasi langit yang birunya mencolok. Angin juga seolah tengah memusuhi bumi membuat seorang gadis dengan tubuh yang semakin berisi kini menaikkan suhu pendingin ruangannya. Dua gelas jus jambu telah ia tandaskan. Niat yang semula untuk menyegarkan badan, malah membuatnya jadi masuk keluar kamar mandi untuk buang air kecil.

Jujur saja Aisfa lelah. Gadis itu meraih ponsel di atas nakas. Matanya sudah memerah menahan tangis. Dengan segera ia mencari nomor atas nama 'Zauji Habibi' lalu menghubunginya.

"Kak, pulang!" Suaranya pecah di pangkal tenggorokan.

"Kamu kenapa Habibati?" Terdengar nada khawatir.

"Pokoknya pulang!" Setelah mengatakan itu Aisfa langsung mematikan ponselnya dan membantingnya di atas kasur. Belum seberapa menit, ia beranjak ke kamar mandi lagi sambil menangis.

Di luar, dua orang gadis tengah membunyikan bel rumah. Liya, ART yang baru bekerja bersama Gus Alfatih segera membukakan pintu pagar. Menyebabkan kerutan di kening salah satu gadis yang berkunjung.

"Kamu siapa?"

"Kalian siapa?"

Ucapan mereka yang berbarengan membuat mereka seketika terdiam.

"Saya Liya, pembantu di rumah ini," jelas Liya.

"Saya teman Aisfa, Bik. Saya Ita dan ini sepupu saya Khaira," ucap gadis bertongkat itu sembari memperkenalkan sepupunya.

Liya manggut-manggut sebelum akhirnya mengajak kedua tamunya untuk masuk. Liya menyuruh Ita dan Khayra untuk duduk terlebih dahulu. Sementara dirinya pamit sebentar untuk memanggil Aisfa.

Namun, sebelum dia naik ke kamar Aisfa, Ita menghentikannya. "Aisfa lagi di kamarnya, kan, Bik? Boleh, nggak kalo kita aja yang  ke sana? Aisfa kan lagi hamil kasian kalau di suruh turun."

Liya pun mempersilakan keduanya untuk naik ke atas menemui Aisfa di kamarnya. Sesampai di depan kamar Aisfa, keduanya mengucap salam. Namun, tiba-tiba Liya kembali menghampiri mereka.

"Non, Bik Liya titip Ning Aisfa ya," ucapnya dengan napas terengah-engah. "Anak Bibik mau lahiran, jadi bibik harus pergi ke rumah sakit sekarang."

Ita dan Khayra saling berpandangan lalu tersenyum. "Tanpa Bibik suruh, kita juga bakalan tetap jaga Aisfa kok, Bik. Bibik temani anak Bibik aja gak papa," ucap Ita.

"Terimakasih, Non. Kalau begitu saya permisi." Bik Liya pun segera undur diri.

Ita kembali mengetuk pintu. Namun, setelah beberapa menit tetap saja tak ada sahutan. Ita pun berinisiatif membuka pintu kamar Aisfa sendiri. Dan setelah mereka masuk, mereka mendengar suara gebrakan orang terjatuh di dalam kamar mandi.

"Akh!" jerit Aisfa di dalam sana.

Ita dan Khayra membulatkan matanya tertegun. Mereka pun langsung berlari ke dalam kamar mandi. Bulu kuduk mereka seketika merinding melihat Aisfa terduduk dengan darah bersimbahan di lantai.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang