ACDD 24# CINCIN YANG HILANG
"Adakah yang lebih menyakitkan disaat kamu mengikat hubungan dengan orang lain, tapi hatimu masih tertuju padanya dan hanya menginginkan dia."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
Aisfa berlari mencari tempat teduh saat rintik hujan mulai berjatuhan. Gadis itu mengibas-ngibas pashmina dan barang bawaannya yang sedikit basah sembari merapal syukur ketika menemukan tempat teduh sebelum hujan benar-benar mengguyur dirinya.
Aisfa baru saja selesai dari toko buku, namun saat ingin mencari taksi untuk pulang, tiba-tiba hujan turun. Terpaksa gadis itu mengurungkan niatnya dan mampir berteduh terlebih dahulu.
Drrt
Aisfa mengambil ponselnya yang berdering di dalam tas. Gadis itu mengamati sejenak siapa yang meneleponnya. Ternyata Umi Khadijah.
"Assalamualaikum, Aisfa. Kamu dimana? Masih di toko buku atau sudah dalam perjalanan pulang? Umi lihat di luar hujan." Tersirat nada cemas pada suara Umi Khadijah.
"Wa'alaikumussalam, Aisfa udah gak di toko buku, Umi. Dan iya memang lagi hujan. Makanya ini Aisfa lagi berteduh sekarang. Maaf kalau Aisfa telat pulang," sesal Aisfa.
"Syukur kalau begitu. Umi khawatir kamu kehujanan. Umi suruh Asyraf buat jemput ya? Posisi kamu di mana sekarang?"
"Boleh, Umi. Aisfa lagi ada di rumah makan yang dekat dengan toko buku. Maafin Aisfa udah ngerepotin."
"Udah gak papa, kan kamu keluar karena ada keperluan yang harus dibeli."
"Syukron, Umi udah ngerti."
"Iya, Nak. Ya udah Umi matiin telponnya ya. Mau bilang ke Asyraf dulu biar jemput kamu. Kebetulan anaknya baru habis ngajar."
"Baik, Umi. Syukron."
Sambil menunggu jemputan Asyraf, Aisfa masuk ke dalam rumah makan yang tadi dimaksudkan untuk mencari tempat duduk sekalian memesan teh panas yang sangat cocok di cuaca dingin seperti ini.
Saat memasuki tempat, sayangnya Aisfa tidak kebagian meja kosong. Seseorang memanggil namanya, ketika ia berniat pergi.
"Aisfa."
Aisfa sangat mengenali suara itu. Akan tetapi, ia berusaha menepis pikiran itu. Mungkin saja hanya suaranya saja yang mirip. Ia pun membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Dan....
"I—ya, Gus?" gugupnya karena ternyata benar dugaannya.
"Duduk dimeja saya aja," katanya seolah sangat mengerti apa yang ada dipikiran Aisfa.
Aisfa menolak halus. "Nggak, terimakasih, Gus. Aku bisa cari tempat yang lain aja."
"Kamu nggak lihat tempatnya penuh. Kamu gak perlu khawatir berduaan sama saya, disini ada banyak orang."
"Bukan begitu, tapi..."
"Tapi?" ulang Gus Alfatih penasaran.
Suara Aisfa tercekat tak mampu mengarang alibi. Terpaksa gadis itu berjalan ke mejanya Gus Alfatih.
"Dari mana kok bisa disini? Atau emang sengaja kesini?" tanya Gus Alfatih memecah keheningan diantara mereka berdua
"Dari toko buku, Gus."
"Suka baca buku?" Aisfa mengangguk.
Gus Alfatih tersenyum menyadari mereka memiliki hobi yang sama.
"Gus, di kota ini ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
EspiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...