Hari ini adalah hari terakhir mereka berada di Praha. Tidak banyak kenangan yang berkesan di benak Gistara selain tentang indahnya Kota Praha. Salah satu kota yang pernah menjadi impiannya sejak ia kecil.
Dahulu, ketika ia tengah menatap gambar tentang kota ini, ia akan memandang potret itu dengan tatap yang sangat lama. Membangun imajinasi tentang Praha sebagaimana ia terlihat begitu indah meskipun hanya melalui beberapa gambar yang ada pada salah satu surat kabar. Menghadirkan pengandaian bila ia berada di tengah-tengah kota yang indah itu...barangkali, mimpinya akan terwujud suatu hari nanti.
Namun, sekali lagi Tuhan berbaik kepada dirinya kala mertuanya menawarkan negara mana yang ingin ia kunjungi sebagai hadiah pernikahan. Atau kata lainnya, untuk berbulan madu.
Tanpa ragu ia kemudian menjawab.
“Praha.” Yang kemudian mendapat tatap penuh keterkejutan dari Kenandra dan juga kedua mertuanya.
Praha adalah ibu kota dari Republik Ceko. Praha juga dinobatkan sebagai salah satu kota tercantik yang berada di daerah Eropa Timur. Kota ini dulunya pernah menjadi tempat tinggal para raja dan pangeran dari Romawi, Ceko, dan Jerman pada abad ke sebelas.
Kembali pada kota ini. Ia tak memiliki kesan lain selain tentang betapa indahnya Kota Praha. Kenandra yang seharusnya ada untuk melengkapi kenangan pada ingatannya, malah memilih untuk memberi jarak di antara mereka. Kenandra seolah-olah tak membiarkan Gistara mengisi ruang kosong itu meskipun hanya sebentar.
Seperti sekarang ini, lelaki itu malah memilih untuk berjalan sendirian di depan. Bila Gistara mendekat kalimat andalan itu pasti akan keluar sebagai bentuk proteksi agar dirinya tak menempel kepada Kenandra.
Bunyinya seperti ini. “Kamu jangan dekat-dekat sama saya. Saya tidak nyaman.”
Damn it, Kenandra Mahesa!
Belum apa-apa dia merasa seperti mendapatkan sebuah ultimatum.
Namun, kalimat-kalimat dari mama mertuanya semalam rasanya masih singgah di dalam kepalanya. Bergerilya di sana hingga membuat ia merasa sedikit cemburu kala ia membayangkan bagaimana manisnya Kenandra kepada Aruna dahulu, ketika mereka melakukan libur tahunan di Praha.
Sangat berbanding terbalik dengan dirinya, ia dan Kenandra bagaikan dua orang asing yang hanya berdiri bersisian dalam satu jalan yang sama.
Untuk itu lah ia pada akhirnya mengerti, tentang mengapa Kenandra tampak tidak baik-baik saja selama di sini. Goresan luka yang bercampur dengan kerinduan itu tampak memancar kuat pada sepasang mata gelapnya.
Kenandra seolah-olah tersiksa kala netranya menangkap banyak hal yang pernah dilaluinya di setiap sudut-sudut Kota Praha. Kenangan tentang mereka mungkin saja melekat kuat di sini.
Ah, manisnya. Aruna pasti sangat beruntung mendapatkan Kenandra sebagai sesosok laki-laki yang memberikan seluruh cinta paling dalam itu untuknya. Kenandra juga menjadi pelabuhan terakhir hati Aruna sebelum perempuan itu berpulang kepada sang pemilik semesta. Membawa hati pria itu hingga jasadnya terkubur di dalam liang lahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIDERIUM (SELESAI)
RomanceGistara Prameswari mengira bahwa mencintai pria yang belum selesai dengan masa lalunya akan semudah seperti yang ia pikirkan. Namun, nyatanya tak sesimpel itu kala bayang-bayang masa lalu selalu datang menghantui pernikahan mereka. "Apa kamu nggak...