Cerita tentang indahnya Kota Praha dan kastil-kastil kuno yang mengelilingi Ceko benar-benar telah berakhir kala ia menemukan dirinya telah kembali ke tanah air. Penerbangan kurang lebih delapan belas jam itu kemudian meninggalkan rasa pegal yang bertebaran di seluruh sendi-sendi pada tubuhnya.
Netra Gistara menyipit bersamaan dengan retina mata yang menangkap seberkas sinar terang yang menyusup melalui celah-celah jendela kamar. Melirik ke samping tempat tidur, ia tak menemukan siapa pun di sana. Tidak ada Kenandra atau jejak lelaki itu yang tertinggal di sebelahnya. Seolah-olah tempat itu kosong selama semalaman tanpa ada yang menyinggahi meskipun hanya sejenak.
Ia menipiskan bibirnya kemudian ketika suara Kenandra menggema dalam ingatannya. Pria itu mengatakan bahwa ia belum siap untuk tidur dalam satu ranjang yang sama bersama Gistara untuk sementara waktu. Kenandra membutuhkan jarak untuk sejenak.
“Saya masih perlu waktu, Gistara,” ujarnya semalam ketika mereka berdebat untuk tidur dalama satu ruangan yang sama.
“Sampai kapan?”
“Saya belum tahu.”
Kemudian berakhir. Gistara mengakhiri perdebatan itu lebih dulu. Meninggalkan Kenandra yang terpaku dalam kebisuan seorang diri.
Karena ia tahu, ada luka yang kembali tampak di netra Kenandra bersamaan dengan langkah mereka yang tiba di rumah ini. Rumah yang setiap sudutnya juga sama halnya menyimpan jejak-jejak Aruna. Merekam indah kebersamaan mereka berdua di setiap detik dan menit yang terlewati.
Gistara mengembuskan napasnya yang memberat untuk ke sekian kalinya. Baru satu minggu ia menjalani kisah ini, namun ia mulai pesimis untuk menjalani hari-harinya ke depan.
“Bisa di cancel enggak sih? Gue takut sakit hati,” gumamnya menatap nanar ke arah sinar bagaskara yang merekah terang menyirami pagi.
“Tapi gue udah cinta banget sama Kenandra,” ujarnya lagi dengan suara yang terdengar pasrah.
°°°
Suara bisik-bisik terdengar kala kakinya melangkah pada anak tangga paling bawah. Dua asisten rumah tangga itu tampaknya tengah bergosip tanpa menyadari kedatangan Gistara di belakang mereka.
“Mas Kenandra sama istrinya kok enggak tidur dalam satu kamar, ya. Padahal mereka pengantin baru?” Suara salah satu asisten rumah tangga yang berbadan agak berisi itu bertanya pada sebelahnya. Namanya Bi Rini.
“Aku juga enggak tahu, Rin. Mungkin karena Mas Kenandra teringat sama Mbak Aruna.”
“Tapi dengar-dengar mereka nikah karena terpaksa.”
“Hust...jangan gitu nanti kalau Mbak Gistara dengar.” Itu Bi Iroh, asisten rumah tangga yang memakai hijab menutupi dada.
“Terus juga semalam Mas Kenandra tidur di kamar bekas milik Mbak Aruna. Tadi aku lihat pagi-pagi banget keluar dari sana. Matanya sembab seperti habis nangis.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIDERIUM (SELESAI)
RomanceGistara Prameswari mengira bahwa mencintai pria yang belum selesai dengan masa lalunya akan semudah seperti yang ia pikirkan. Namun, nyatanya tak sesimpel itu kala bayang-bayang masa lalu selalu datang menghantui pernikahan mereka. "Apa kamu nggak...