EPILOG

243K 5.8K 460
                                        

"Ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra... dedek buang air nih. Cara gantinya gimana?" teriakan Kenandra menggema memecah kesunyian pagi.

"Ya diganti dong, Mas. Emang kalau diteriakin gitu anaknya bisa ganti pampers sendiri?"

Mendengar jawaban itu Kenandra halnya memasang wajah masam. Lalu jemarinya bergerak untuk membuka tutorial mengganti popok bayi di salah satu aplikasi. Dengan serius ia menyaksikannya sembari mencontoh langkah-langkah itu dengan penuh kesabaran.

"Akhirnya Papa bisa gantiin popok kamu!!!" teriaknya keras yang seketika memantik tangis kencang dari Aurora.

Kenandra panik. "Duh kamu kaget ya sama suara Papa. Cup cup cup sayang. Maafin Papa ya. Papa juga spontan teriaknya," ujarnya lalu membawa Aurora dalam pelukannya.

"Anak kamu habis kamu apain lagi sih?" Mendengar tangisan Aurora yang menggemparkan pagi hari, Gistara bergegas begitu saja meninggalkan masakannya untuk menemui putrinya.

"Sorry, Ra. Dedek kayaknya kaget deh dengar teriakanku barusan. Habisnya aku seneng banget udah bisa gantiin popoknya dedek," belanya tak ingin disalahkan.

Bola mata Gistara memutar. "Emang ya, kalau kamu lagi sama Aurora pasti ada aja hal ajaib yang bakal kamu lakuin."

"Janji nggak lagi-lagi deh," katanya sembari menaikan salam dua jari.

"Terserah. Awas kalau dibikin nangis lagi!" ancamnya meninggalkan kedua orang itu sebab Bi Iroh udah teriak-teriak masakan yang ia tinggal hampir gosong.

Drama-drama seperti tadi berlangsung setiap hari sejak Gistara diizinkan pulang dari rumah sakit. Kehebohan akan bertambah saat Mama dan Papi datang berkunjung, sebab kenyataannya ketiga orang itu malah akan berantem merebutkan sang cucu.

"Papi pinjam dulu dong, Ken. Papi 'kan jarang ketemu cucu Papi. Lha kamu udah tiap hari gendong-gendong Aurora!" keluhnya saat Kenandra tak mau menyerahkan putrinya kepada pria paruh baya itu.

"Apaan orang Papi ke sini tiap hari. Jarang apanya sih. Lebay."

"Ra suamimu nih pelit banget!" adunya kepada menantunya.

"Udah ah sama Mama aja sini. Kalian bisanya berantem terus," ujarnya sembari meminta Aurora yang tengah disembunyikan Kenandra dalam pelukan hangatnya.

"Sama Kenandra aja. Mama udah invasi anakku seharian kemarin," tolaknya kesal.

Lalu ketiga orang itu kembali beradu mulut demi mendapatkan jatah untuk menggendong sang cucu tunggal. Aksi saling serang itu kemudian berakhir saat suara tangisan Aurora terdengar menggema mengusik pagi.

"Kan nangis. Papi sama Mama sih," Kenandra menatap kedua orang tuanya sinis.

"Ra... Dedek nangis."

Gistara berdecak. Kalau sudah begini aja pasti akan diserahkan kepada dirinya.

DESIDERIUM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang