CHAPTER 33 : Aurora-nya Papa...

118K 5.7K 599
                                    


Part ini ku kasih yang manis-manis aja dulu. Sebelum... 🙇❤️🐈

Diluar suara rintik terdengar semakin deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diluar suara rintik terdengar semakin deras. Beradu nyaring dengan dedaunan yang bertabrakan dengan ranting-ranting pohon.  Bulan ini adalah bulan Juni, hujan seharusnya lebih jarang turun sebab kemarau sudah mulai datang. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini cuaca seperti sering gelap secara tiba-tiba. Udara berdesir lebih lambat. Kemudian aroma lembab juga terhantar melalui angin yang berhembus datang.

Kenandra menoleh, gerakan kecil Gistara mencuri perhatiannya sedari tadi. Berkali-kali perempuan itu merapatkan selimutnya guna menghalau udara yang malam ini terasa lebih dingin. Lantas, ia bergerak maju. Disentuhnya bahu istrinya yang terlapisi daster putih  itu dengan usapan lembut.

“Dingin, Ra?” Suara Kenandra terdengar serak dalam indera pendengaran Gistara.

“Boleh aku peluk?”

Gistara masih membisu. Logikanya menolak, ia tak ingin. Namun yang terjadi selanjut justru sebuah anggukan kecil yang kemudian memunculkan senyum kecil dari bibir Kenandra.

Suara gesekan kecil lantas terdengar saling beradu. Kenandra bergerak maju menjadi lebih dekat. Lalu, sebuah hembusan hangat dapat Gistara rasakan di antara lekuk tengkuk bagian belakang. Punggungnya terasa menyadar nyaman pada dada bidang Kenandra.

“Aku izin usap-usap adek, ya?” ujarnya meminta izin.

Seharusnya Gistara tak mengizinkan. Sebab beberapa detik kemudian ia merasakan sebuah sengatan halus kala telapak tangan Kenandra menyentuh hangat pada permulaan perutnya yang terbuka di dalam sana. Kenandra menaikan gaun tidur miliknya sebatas perut.

Gistara memejamkan matanya erat. Menikmati usapan-usapan halus yang sedari tadi mencipta gelenyar aneh dalam aliran darahnya. Tubuhnya berdesir, hatinya menggigil. Demi Tuhan ia masih menyukainya, ia masih mendambakannya. Namun, kesadaran itu segera mengambil alih. “Mas...”

“Sebentar lagi, Ra,” bisik Kenandra yang terdengar lebih serak. Hembusan napasnya terdengar lebih cepat dan tergesa-gesa.

“Jantung kamu debarannya kencang banget. Kamu gugup ya?” tembak Gistara.

“Kerasa ya, Ra? Padahal aku udah berusaha untuk rileks.”

“Kerasa banget di punggungku.”

“Ra...”

Cara Kenandra memanggilnya, ia paham.

“Hm?”

Lalu hening.

“Can i hug you tonight?

Gistara tak memberikan suara. Namun pelukan yang diberikan Kenandra terasa semakin mengerat. Mengalirkan rasa hangat yang dahulu pernah amat ia sukai.

I am sorry that I can’t stop missing you. I miss you now, tomorrow and for so on. I always think about you. I need you to be here, to calm me down and wipe my tears," bisikny di akhir kecupan singkat pada puncak kepala Gistara.

DESIDERIUM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang