CHAPTER 27 : Meminta Kesempatan

130K 6.2K 424
                                    

Sudah hampir dua minggu ini, Kenandra menyewa kontrakan kecil yang berada tak jauh dari panti asuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir dua minggu ini, Kenandra menyewa kontrakan kecil yang berada tak jauh dari panti asuhan. Rumah dua petak itu menjadi tempat peristirahatan Kenandra sebab ia hanya ingin lebih dekat, dengan Gistara juga bayi mereka yang setiap malam selalu ia usap.

Kenandra menghela napas yang terasa sesak. Lalu, dipandanginya wajah perempuan itu dengan hati yang teriris rindu. Seandainya ia bisa mengulang waktu, ia bersumpah akan memperlakukan Gistara dengan sangat baik. Memberinya banyak cinta, mencipta ribuan kenangan, juga hal-hal lain yang tak pernah mereka lakukan selama ini.

"Ra, gimana kabarmu hari ini?" Kenandra membisik tanya. Menatap lembut pada wajah teduh milik Gistara yang tengah terlelap dalam tidurnya.

Lalu, rasa nyeri itu datang. Menghantam pada relung-relung hati hingga rasanya begitu menyakitkan. Begitu menyesakkan...bahkan untuk menghirup udara pun rasanya ia tak sanggup.

Selama ini, Gistara yang setiap saat ada di hadapannya. Selalu bersinggungan di setiap saat tanpa sekat. Juga selama ini, Gistara yang selalu ada di sana, selalu disentuhnya ketika mereka saling menukar hangat. Tapi mengapa dengan bodohnya ia malah memikirkan perempuan lain yang bahkan keberadaannya telah tiada.

"Minggu depan, sidang kedua kita, ya?" Ada nyeri yang selalu datang setiap kali ia mengingat tentang perceraian mereka.

Pada sidang mediasi minggu kemarin, Gistara tidak hadir. Ia hanya mewakilkannya melalui kuasa hukum. Dan proses mediasi tidak berhasil sebab pihak penggugat menolak untuk bertemu dengan tergugat dan bertekad untuk segera bercerai.

"Gistara, apa kesempatan itu sudah benar-benar tertutup?"

Pertanyaan itu ia tahu jawabannya.

"Kalau aku bilang aku sudah jatuh cinta sama kamu. Apa kamu bakal percaya?"

Kenandra mendengus. Lalu, ia tertawa lirih. Tawa yang menguarkan aroma sesak. "Pasti enggak, ya?"

Sejenak, waktu seperti berhenti kala netranya tak sengaja menangkap sebuah gerakan kecil yang terasa menyentuh telapak tangan miliknya.

Air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata kini mengalir keluar. Membasahi kedua pipinya lantas sebuah isakan lirih terdengar samar-samar.

"Nak..." panggilnya dengan suara sesak yang amat kentara.

"Kamu baik-baik aja 'kan di sana? Kamu enggak kedinginan 'kan di perut Mama?" tanyanya dengan haru yang bercampur rindu.

"Sweetie Puppy... Papa rindu. Papa rindu kamu dan juga Mama," ujarnya.

Tangannya masih mengusap lembut perut Gistara. Ada banyak hal yang terlewat selama tiga bulan ini. Ia yang biasanya selalu bercerita tentang banyak hal kepada bayi mereka, kini hanya bisa menukar waktu secara diam-diam. Mungkin, saat Gistara terbangun nanti ia akan mengusirnya. Tidak...mungkin akan memarahinya sebab ia telah lancang untuk datang secara diam-diam.

DESIDERIUM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang