CHAPTER 7 : Semua Tentang Masa Lalu

93.8K 5.5K 226
                                    

Pagi ini Jakarta masih seredup hari-hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Jakarta masih seredup hari-hari lalu. Tidak ada sinar terang serupa hangat yang menyinari semesta. Semuanya terasa beku dan dingin. Aroma lembab sisa semalam masih menguar memenuhi udara. Berembus kencang melewati pintu penghubung yang terbuka lebar di hari yang sepagi ini.

Kemudian, ada Kenandra yang tampak termenung di sana. Netranya memandang sebuah taman bunga yang terhampar luas pada halaman samping rumah. Dengan sebuah sweater berwarna hitam dipadu celana training warna senada, ia seperti berusaha untuk menghalau hawa dingin yang menerpa kulit-kulit pada tubuhnya.

Dalam pandang yang diterima oleh netra Gistara, pria itu tampak beberapa kali menggosokkan kedua telapak tangannya. Kemudian, tiupan-tiupan kecil terkadang ia berikan untuk mencipta rasa hangat di sana.

Gistara mengarahkan tatapannya mengikuti Kenandra kemudian. Lalu, dalam sekejap netranya berbinar terang kala menemukan hamparan warna-warni yang bermekaran indah di halaman samping. Aroma-aroma wangi tiba-tiba menyeruak. Bertaburan bebas pada udara lepas. Menyebarkan wangi seruni yang terlihat mulai bermekaran.

"Hari ini bunga seruni mulai bermekaran." Sebuah suara menginterupsi Gistara dari arah belakang tubuhnya.

Bi Iroh tersenyum menyambut tatap hangat dari Gistara. "Dahulu, ketika seruni mulai bermekaran Mas Kenandra dan Mbak Aruna akan terdiam lama di sana. Memandang bunga itu sebelum melebur dalam kesibukan mereka untuk bekerja. Lalu, ketika sore mereka akan melanjutkan kembali untuk menyaksikan bunga itu bersama-sama," lanjutnya memberikan penjelasan kepada dirinya.

Manisnya. Hanya itu yang terlintas di benak Gistara ketika mendengar kalimat dari Bi Iroh.

Pantas saja, Kenandra tampak sendu kala netranya menabrak hamparan yang berada di sana. Karena nyatanya ada kenangan bersama bunga seruni yang melekat kuat di dalam memori kepalanya mengenai mendiang Aruna.

"Kalau boleh tahu, yang mempunyai ide untuk membuat taman itu Kak Kenandra, Bi?"

Bi Iroh menggeleng menjawab pertanyaan dari Gistara.

"Seluruh rumah ini dirancang sesuai dengan keinginan Mbak Aruna. Termasuk keberadaan taman itu, karena beliau sangat amat menyukai bunga seruni."

Tidak mungkin ia tidak merasa sangat iri ketika mendengarnya. Aruna adalah perempuan paling beruntung di dunia ini. Dicintai oleh lelaki yang mencintainya dengan rasa paling dalam yang ia punya. Mencipta banyak kenangan, hingga setiap ruang yang ada di semesta ini selalu menyimpan kisah indah milik mereka.

Semesta terlalu kejam karena telah memisahkan dua orang yang saling mencintai itu. Ia mengambilnya dengan sangat menyakitkan, lalu meninggalkan satu orang lainnya yang harus tersiksa dalam luka yang teramat dalam.

Namun, dari semua itu ia juga menyadari bahwa hatinya ikut merasa patah dan terluka. Ia sangat amat cemburu kepada mendiang Aruna.

Kepergian itu sudah berlangsung sangat lama. Melewati ratusan hari, ribuan waktu, dan berkali-kali pergantian musim. Namun, semua hal tentangnya seolah-olah masih tetap hidup dalam ingatan orang-orang yang ditinggalkannya. Selalu hadir setiap waktu dalam kehidupan mereka. Dan entah mengapa...ia mendadak tidak menyukainya.

DESIDERIUM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang