CHAPTER 23 : Akhir Yang Seperti Ini

139K 6.6K 478
                                    

Di part 22 tadi ada yang nggak paham sama narasiku?

Kalau kalian belum paham boleh reply ya 💌

Rencana pergi ke Sukabumi pagi ini mendadak batal begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rencana pergi ke Sukabumi pagi ini mendadak batal begitu saja. Pagi-pagi sekali Kenandra pergi tanpa mengatakan apa-apa kepada dirinya. Tanpa sebuah permintaan maaf sebab ia harus mengingkari janji mereka, Kenandra berlalu tanpa ia tahu ke mana ia hendak menuju.

Matahari dengan semburat jingganya tak terlihat pada pagi ini. Langit yang biasanya membiru juga tampak redup serupa warna kelabu. Menyenandungkan aroma sendu yang entah mengapa terasa seperti itu bagi Gistara.

Pada sebuah jalan setapak yang membelah taman-taman serunai milik Aruna, ia menjajakan kakinya di sana. Menatap lama pada hamparan serunai yang mulai rontok sebab waktunya sebentar lagi akan berakhir. Dan seperti itu lah siklus kehidupan makhluk hidup berputar. Untuk memberikan kehidupan bagi tanaman yang baru, ia harus merelakan bunganya untuk gugur dan berjatuhan lalu mengering.

Gistara duduk di atas rerumputan basah yang membentang di sepanjang taman bunga. Merasakan angin yang sedang berembus sembari membawa aroma basah dari tetesan embun pagi. Lalu, hawa dingin itu tercipta begitu saja. Membasahi kulit-kulit putihnya yang hanya terbalut gaun tipis selutut serta sweater rajut yang membungkus tubuh bagian atasnya.

Beberapa waktu terakhir ia selalu memikirkan ini. Pemikiran yang sangat mengganggunya. Yang sayangnya tak dapat ia bagi kepada siapa pun termasuk Kenandra. Tentang siklus tanaman; gugur dan tumbuh.

Di tengah-tengah lamunan panjang itu, sebuah ingatan datang menghantui dirinya tentang sebuah buku diary yang ia temukan di antara tumpukan baju lama milik Kenandra kemarin sore. Secara tidak sengaja ia menemukannya lalu membaca bagian awal yang tertera seperti ini; "Lembar Catatan Milik Aruna & Kenandra."

°°°

21 Agustus 2008

Hari itu adalah kali pertama kami berjumpa. Di bawah taburan sinar senja lapangan sekolah, aku menemukannya. Gadis riang dengan seragam putih biru bernama Aruna. Senyumnya merekah tanpa syarat kala itu. Dan selalu seperti itu setiap kami bertemu. Aruna... Aruna-ku.

Catatan dari Kenandra

_________________________________________

06 April 2016

Kenandra Mahesa, pria yang kutemui delapan tahun yang lalu hanyalah pria penuh luka yang berdarah-darah. Mahesa tak sekuat itu sebab ia harus bertarung dengan dunia yang kala itu begitu menyeramkan.

Dia menyaksikan sendiri bagaimana ibunya mengakhiri hidup. Lalu, dia juga harus menyaksikan bagaimana orang-orang dan anggota keluarga lainnya berpesta penuh kebahagiaan di saat yang bersamaan. Setelah semuanya berlalu dalam waktu yang sangat lama, Mahesa berhasil berdamai dengan luka-luka itu. Berdamai dengan takdir yang harus dijalani selepas kepergian ibunya.

DESIDERIUM (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang