Ruangan kelas menyeruakkan perbincangan satu sama lain hingga menyatu menjadi suara-suara kisruh. Pearly berlari terburu-buru untuk segera memasuki kelas. dadanya naik turun mengatur nafasnya yang tidak beraturan, kejadian apa barusan? Sungguh memalukan, tidak seharusnya Alegaf melakukan itu padanya, tapi kenapa Pearly merasakan rengkuhan suaminya mampu membuat getaran respon tubuh yang memukau.Halah! Harus segera buang jauh-jauh pikiran kotor itu.
"Pear, ngapain lo cuman berdiri didepan pintu? Ayo masuk lah. " sahut Jordy salah satu teman kelasnya. Pria berstyle kemeja putih bergaris biru dengan paduan ripped jeans hitam gelap dan sepatu Converse membuat penampilannya begitu eye catching.
Pearly masih diam mematung melamunkan kejadian yang ia alami dimobil. Untung saja seminar belum dimulai, tidak terlihat dosen yang akan membuka acara pada tema seminar yakni, "How to Build Relationship as Professional Public Relations".
Tak terasa sepuluh menit berlalu dari jam yang ditentukan, seolah terlambat bukan lagi hal yang diherankan. Orang-orang sering kali menganggapnya sepele, padahal mereka tidak tahu jika itu justru akan menimbulkan kebiasaan yang buruk.
Pearly celingak-celinguk sambil menghela nafasnya gusar. "Hah? Ini mana dosennya? Belum datang ya? "
"Gatau udah di chat sama si Intan tapi beliau belum bales chatnya. " Jawab Dea ikut menyahuti.
Pearly melanjutkan langkahnya untuk memasuki ruangan dan memilih kursi barisan kedua duduk ditengah-tengah Dea dan Jordy.
"Yeee pantes aja si Intan, mending lo aja Pear yang chat pasti langsung dibales, " Cicit Jordy meyeringai lontaran Dea.
Pearly memutarkan bola matanya menanggapi. "Sama aja kali mau siapapun yang ngechat juga. "
"Lah kan pak Refal suka sama lo Pear, lo kan anak kesayangan di kelas gimana sih?" Tuding Dea, nyatanya memang Pearly sering kali dibicarakan dan dibangga-banggakan. Bahkan jika dosen itu sedang mengajar ada saja kesempatan mencuri-curi pembahasan mengenai akademik, maupun cara tutur gaya Pearly. Dea menyadari jika tidak hanya selalu kebetulan tapi dosen itu mungkin saja menyukai Pearly.
"Secara dia semua ngambil posisi paling ter paling." Pungkas Jordy terkekeh. Ada benarnya jika Pearly merupakan salah satu mahasiswi yang berprestasi, nilainya selalu melampaui standarisasi minimum.
Pearly terdiam mengabaikan pembahasan yang menurutnya kurang menarik. Lagi pula mana mungkin Dosen itu suka padanya, Ah teman-temannya sukanya mengguyon. Pearly memiliki sifat cenderung cuek dan polos soal asmara tetapi humble suka berbaur.
"Saran gue mah jangan diterusin entar kalah debat kalian. " ucap Dea melirik Pearly sambil ikut tertawa kecil.
"Shhttt, eh gaes udah dateng tuh," Gertak Intan, satu kelas sontak langsung sibuk membenarkan posisi mereka dan segera duduk berjamaah memandang kedatangan Dosen muda bernama Refal yang bertampang goodlooking.
Refal meletakkan tas yang berisikan macbook dan beberapa buku agendanya di atas meja. Tatapanya menyoroti para mahasiswa-i, namun kerlingan matanya berhenti pada sosok perempuan yang membuatnya terpikat sejak awal. Entah mengapa dirinya bisa-bisanya memiliki crush mahasiswinya sendiri. Refal selalu menepis perasaannya tapi kekagumannya selalu menguasai untuk tidak berhenti berharap jika nantinya mereka tidak hanya sekedar Dosen dan Mahasiswi.
"Wahh Pear, lo diliatin terus anjir," Dea melotot menahan histerisnya dan membekap mulutnya agar tidak membuat kegaduhan.
"Apasih De. Palingan dia natap dibelakang gue, jangan kegeeran," bisik Pearly mengelak, Pearly membalas tatapan Refal sesekali dengan perasaan diambang tidak enak dan tidak seharusnya dosennya itu menatapnya begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPIKAT [COMPLETED]
RomanceBagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah kisah titisan dari " Pramagara" . Cerita ini Mengandung konten dewasa. Cerita ringan penuh bucin me...