T E R P I K A T - 44

4.6K 168 18
                                    


Terlihat wanita berumuran enam puluh tahunan tengah asyik senandung bernyanyi seraya berjalan memasuki salah satu kamar rumah miliknya. Pandangannya pun yang awalnya memperhatikan langkah kebawah, kini mengadah lalu mengedar kearah kasur.

"Pearly, kuenya sudah eyang angkat, ayo kita--" ucapannya terhenti, begitu juga langkahnya.

Tampak terkejut sejenak mencerna suasana yang terjadi, dia menepuk keningnya pelan. Melangkah mundur, perlahan dia mulai menutup pintu kamar itu rapat-rapat sembari meneruskan ucapannya.

"Nuwun sewu.. eyang ganggu ya, tapi lain kali ditutup dulu pintunya ya." Ucap Sri Murti menunjukkan gigi putihnya, tak sengaja dirinya memergoki Alegaf dengan Pearly yang tengah bermesraan.

Sementara Pearly yang menyadari wajahnya bersemu merah lantas buru-buru ia langsung meninggalkan Alegaf, ia menyentakan tubuh besar suaminya itu, beranjak pergi keluar dari kamar lalu menyusul Sri Murti.

Tanpa sepatah kata apapun Ale duduk di tepi kasur dengan raut wajah bingung, membiarkan istrinya pergi, Ale tak ingin menggebu-gebu, memaksa  istrinya untuk mengungkapkan perasaan.

<><><><><>



Keberadaannya kini di teras halaman belakang rumah, Alegaf menikmati secangkir kopi sembari duduk bersandar mengamati pemandangan asri di rumah Sri Murti. Pikirannya diliputi banyak rasa bersalah dan sebuah tanggung jawab. Beberapa masalah menjadi satu yakni, terpaksa melepaskan Syifa, kedua, salah satu proyek pekerjaanya yang belum juga tuntas, ketiga, permasalahannya dengan istrinya yang masih saja mengganjal di benaknya. Bagaimanapun Alegaf akan menunggu Pearly melunak sampai istrinya itu mau kembali pulang bersamanya.

Alegaf membuyarkan lamunannya sesaat mendengar pijakan kaki mulai mendekat.

"Eh ada tamu toh, kak Alegaf? yaampun tumben banget mampir kesini, pertama kali kan ya? apa kabar kak?" Lontar Salma dengan raut histeris menyapa Alegaf. Gadis berumuran belasan tahun itu tanpa sungkan ia ikut duduk disofa tepat berdekatan disamping Alegaf. Salma merupakan cucu ke empat dari Sri Murti.

"Baik, bagaimana dengan kamu Salma?" Balas Alega sontak menoleh, pertemuan itu berlangsung dalam suasana familier, Ale mengenali Salma, Salma ialah sepupu istrinya, sebelumnya mereka pernah bertemu di pesta pernikahannya. Lantas Alegaf menggeser sedikit duduknya.

"Baik juga nih, aku seneng banget kak Ale kesini, aku ngefans banget tau sama kakak, tapi gak pernah sempet-sempet main ke Jakarta." Ungkap Salma menatap Alega dengan sorotan kagum tanpa henti-henti.

"Kak Ale makin keren aja ya, badannya kok bisa bagus gini?" Salma melanjutkan ucapan memuji Alega, tapi kali ini tindakannya semakin berani, Salma mengulurkan tangannya untuk menggenggam lengan berotot pria itu, menelusuri dan menakarnya.

"Ayo di cobain dulu kuenya nak Ale."

Bertepatan dengan Salma yang tengah menggoda Alegaf, disaat itu juga Sri Murti datang dari arah dapur berjalan mendekati mereka bersama dengan Pearly yang sedang membawa nampan berisikan kudapan yakni kue ala-ala rumahan.

"Salma, bersikap sopan lah, nanti nak Alega nya takut sama kamu terus minta buru-buru pulang lagi." Imbuh Sri Murti pada Salma, Sri Murti turut bergabung, dia duduk di sofa yang berbeda, mereka saling berhadapan.

Disusul dengan Pearly setelah menaruh kudapan itu diatas meja, Pearly menatap tak bersahabat kearah suaminya dan Salma yang tengah berdekatan. Kenapa suaminya itu didekati tapi responnya justru diam saja?

Salma yang mendapati teguran dari Sri Murti lantas ia memberengut, melepaskan tangannya dari lengan Alegaf. "Kak Ale wangi banget eyang, pasti kak Pear betah banget dideket kak Alegaf, iya kan kak Pear?" Tanyanya, namun Pearly hanya bergumam malas dan memilih memakan kue dalam tenang.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang