-Love is like the wind, you can't see it but you can feel it.-
•••
"Pengantin baru mesra sekali. Mari gabung, ayo duduk, duduk,"
Aura kedatangan Ale dan Pearly terkesan seperti pasangan dilanda berbahagia, diiringi keduanya masih bergandengan tangan. Alman dan istrinya yaitu Verny melihat ke arah tangga, tatapan mereka menyambut penuh sumringah.
"Kalian tidak ada niatan liburan? setelah menikah sepertinya mereka tidak ada waktu berdua ya honey ya? terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing." Tanya Verny pada Alman.
"Benar tuh kata Mamah, bagaimana jika Ayah yang mengurus tempat liburan kalian?" Tawar Alman mengindahkan ucapan Verny begitu antusias.
"Engga perlu Yah.. makasih. aku masih banyak tugas kuliah, apa lagi minggu depan aku ada praktek kunjungan lapangan," Tolak Pearly halus, yang telah berhasil duduk setelah Ale menarik kursi untuknya. Manis sekali tindakan suaminya itu. Mereka duduk berdampingan.
Ale mengernyit heran, kenapa setiap ada kegiatan apa-apa istrinya itu enggan bercerita kalau tidak ditanya?
"Kemana? kenapa tidak bilang? saya temani ya."
"Gausah Mas gak apa-apa. Aku sama teman-teman lainnya kok."
"Suami nawarin tuh diterima. Kamu diantar aja sama Ale, nih sendukan lauk untuk suamimu Dear," Saran Verny mendukung tawaran baik Ale. Verny memberikan isyarat agar Pearly menyiapkan piring yang kosong itu untuk segera terisi makanan yang telah tersedia beberapa varian lauk-pauk di meja untuk Ale.
"Saya akan membantu tugasmu, supaya kamu ada waktu untuk kita berlibur," Putus Alegaf, keputusannya begitu kekeuh. Padahal Ale mengetahui Pearly adalah perempuan independen. Memiliki sikap yang mandiri dan tidak ketergantungan dengan orang lain, persis dirinya, mereka memiliki satu sisi keperibadian yang sama.
Sesuai keinginan Verny, Pearly terlihat lebih menghargai Ale didepan orangtuanya. Ia mengambil piring lalu menyiapkan dan menyendoki makanan untuk Ale. Entah mengapa sebelumnya Pearly tidak terbiasa melakukannya kepada pria lain selain Ayahnya. Saat ini pikiran Pearly sedang tertuju pada pria yang duduk di sisinya yang suka menggodanya akhir-akhir ini.
Bertempatan saat Pearly tengah menyerahkan piring yang telah terisi pada Ale, Ale tersenyum padanya, mampu membuat Pearly salah tingkah. Pearly baru menyadari dia ini adalah istrinya Ale, tapi kenapa baru hal kecil seperti ini ia lakukan satu-satunya tindakan melayani layaknya seorang istri?
"Kamu gak akan ngerti tugas kuliah aku Mas. Udahlah aku bisa sendiri, tenang aja," Ujar Pearly, bergantian kini piring punyanya yang ia isi.
"Jangan meremehkan suamimu dear, pendidikan Alega itu bergelar doktor lulusan terbaik loh," Penjelasan Alman mampu membuat Pearly terdiam. Pasalnya Pearly baru mengetahui fakta itu.
"Bahkan bisa jadi dosen pribadi kamu tuh." Cetus Verny terkekeh.
Ale memikas senyuman bangga. Sedangkan Pearly menghela napas pelan, niatnya ingin menyuarakan isi hatinya kian lungsur.
"Malam ini saya bantu ya? biar besok kamu libur dengan tenang, terus jika mau kemana-mana saya yang antar," Ucap Ale berbisik pada Pearly wajahnya sedikit mengadah kearah telinga Pearly.
"Jangan berlebihan gitu, gak enak saya," Tak kalah pelan, nada bicaranya sangat rendah terlebih tidak ingin mengganggu Alman dan Verny yang sedang asik menyantap makan malam.
"Tidak perlu tidak enakan sama suami sendiri."
"Resiko saya menikahi kamu mau direpotkan. " Lanjut Ale lagi. Diam-diam tangan Ale meraih rambut Pearly, ia mengelusnya dengan pergerakan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPIKAT [COMPLETED]
RomanceBagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah kisah titisan dari " Pramagara" . Cerita ini Mengandung konten dewasa. Cerita ringan penuh bucin me...