T E R P I K A T - 45

5.3K 163 15
                                    



Begitu usai berunding panjang, Pearly bersepakat kembali pulang ke Jakarta bersama Alegaf. Kepergiannya diiringi oleh Sri Murti dan juga Salma yang mengantar sampai depan rumah. Langit sore nampak indah, angin sepoy-sepoy yang menyejukkan turut menyapa langkah kaki mereka yang mengayun keluar dari rumah Sri Murti secara bersamaan. Tepat diteras langkah mereka terhenti, Salma membuka obrolan.

"Kak, kenapa pulang cepet banget katanya mau tinggal disini nemenin eyang?" Tanya Salma pada Pearly saudara persepupuannya itu.

"Pasti karena Salma kalian jadi pada pulang ya? maafkan Salma ya Pear, nak Alegaf." Sesal Sri Murti mewakili, melirik kearah Salma dengan wajah memperingati. Sri Murti menghela nafas mengingat sikap Salma yang terlalu blak-blakan ketika sedang berbicara.

"Tidak, niat saya kemari memang untuk menjemput Pearly." Jawab Alegaf.

Sebagian orang tahu siapa Pearly di keluarga Sri Murti. Jika boleh jujur Pearly akan katakan pada langit bahwa dia hanyalah seorang anak angkat dari panti asuhan sejak bayi dan diurus oleh Almander dan Verny sebab mereka pasutri yang tak dikaruniai anak. Meskipun begitu orangtua angkatnya sudah menganggap dia sebagai darah dagingnya sendiri, bahkan keluarga besarnya memperlakukannya sangat baik, tidak mencirikan apa lagi membedakan. Maka dari itu Pearly tahu diri.

Bersyukur adalah cara Pearly menjalani hidup. Kita harus banyak bersyukur karena segala apapun yang tuhan berikan pada kita itu tandanya tuhan tengah menguji kita. Pearly selalu tanamkan kata itu dalam hatinya selama ini, dia tidak pernah bosan terus berharap kepada Allah karena Allah adalah salah satu yang Pearly punya, satu-satunya yang tidak akan pernah mengecewakannya.

Soal suaminya, Pearly sudah mulai bisa memerima alasan Alegaf dan menurunkan egonya agar hatinya mau memaafkan, dengan adanya sebuah effort yang dilakukan Ale yakni, mencari dan menghampirinya langsung ke Solo. Air mata Alegaf terlihat begitu tulus benar-benar mencintainya, sebab itulah alasan mengapa Pearly memilih untuk bertahan.

"Udah gak apa-apa eyang, Salma gak salah kok. Kalau gitu aku pamit ya, maaf sudah merepotkan." Sahut Pearly menyalami Sri Murti. Namun ditengah dia dan Alegaf yang ingin berpamitan pulang, suara mobil Jeep bergemuruh terdengar perlahan semakin mendekat, mobil itu berhenti tepat didepan rumah Sri Murti. Satu per satu orang-orang yang berada didalam mobil itupun turun, berjalan memasuki rumah menghampiri tuan rumah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Serentak ucapan salam itupun dibalas dengan raut wajah sumringah.

"Loh ada nak Ale juga, mau pada kemana nih bawa-bawa tas? jangan di bawa pulang dulu Pearly nya." Hardik Nia tersenyum menyambut uluran tangan mereka yang mulai saling berjabat tangan, dan berpelukan hangat. Kecuali Alegaf yang hanya sebagai pengamat, begitu canggung baginya yang jarang berada di keramaian.

"Iya kok pulang sih? bude sama pakdenya baru juga sampai." Irwan turut mendukung tudingan Nia yakni istrinya.

"Orangtua kamu lagi dijalan sebentar lagi sampai, jangan pada pulang dulu." Ucap Herman ikut mengomentari. Irwan dan Herman adalah anak dari Sri Murti. Mereka datang berempat, dua pasang suami-istri.

"Yaudah kita kedalam lagi deh kalau gitu, kangen sama pakde dan bude, jarang-jarang ketemu." Pungkas Pearly terkekeh ramah menerbitkan senyuman, momen ini jarang ia dapatkan. Merekapun menyeringai lalu mengangguk seraya berbondong-bondong memasuki rumah Sri Murti.

Disaat Pearly ingin ikut membalikan tubuhnya, tiba-tiba Alegaf merenggut tangan istrinya itu, menahan langkah Pearly yang tadinya ingin masuk kedalam.

"Dek." Tegur Alegaf.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang