Kedekatan selama satu tahun membuat sikap dingin Ale pada Syifa menjadi terbiasa. Alegaf tidak bisa jika tidak membalas budi kepada setiap orang yang berjasa padanya, karen Syifa Ale kembali pulih dari penderitaan masa-masa surut melawan sakitnya. Meskipun tidak mudah untuk didekati dan bisa mendengar perkataan panjang lebar dari sosok Ale, karena pria itu sangat irit bicara. Syifa adalah gadis berkarakter lembut, penyabar juga mampu memikat, mengambil simpat seseorang dari cara gaya bicaranya.
Perbincangan antara mereka berlalu selama sepuluh menit, mengobrol hal-hal kemajuan mengenai Syifa yang mulai menguasi bidangnya dalam pekerjaan yang ia ampu, ya. Syifa bekerja di kantor Ale baru dua bulan berjalan, ia memutuskan menerima tawaran baik Ale untuk hidupnya yang berkembang,l. Namun ia ingin maju juga karena dengan bakat apa yang ia bisa, bukan mentang-mentang the power of 'orang dalem'.
Ale memutuskan untuk keruang meeting setelah rampung bertemu dengan Syifa, sedikit tenang mengetahui bahwa Syifa betah dengan profesinya. Ale memimpin rapat membahas mengenai profit perusahaan keluarga bersama James yaitu diskusi biaya implisit termasuk biaya peluang yang terjadi ketika perusahaan memilih untuk menggunakan faktor produksi. Sementara James membahas dan menanyakan beberapa skema manufaktur untuk mencari jawaban tanggapan dari Ale. Alegaf sangat berpengalaman dan tidak bisa diragukan lagi dengan cara berpikirnya yang luas mengenai segudang ilmu bisnis. Kepintarannya diwarisi turun menurun, pantas saja mereka itu dijuluki keluarga pebisnis handal.
Meeting telah berlalu. Ale melepaskan setelan jasnya, serta memikaskan dasinya, kini hanya kemeja abu-abu gelap yang melekat pada tubuhnya yang terbentuk.
Ares datang membawakan secangkir kopi hitam ditaruhnya diatas meja kerja Ale, Ale tengah berdiri merapihkan beberapa berkas berupa agenda dan laptopnya, melihat itu Ares menukik alisnya bertanya heran. "Mau kemana? nanti jam dua schedule selanjutnya ketemu sama klien wey."
"Saya pulang lebih awal, wakilkan saja." Jawab Ale dalam tenang, ia meraih cangkir kopi dan diseruputnya beberapa kali.
"Nyamperin istri ya?" Tuding Ares menebak-nebak. "Emang susah banget gak ketemu bentaran doang." Ucap Ares lagi.
"Berisik! Nih!" Ale melempar pakaiannya yang ia buka sebagian tadi tepat mengenai wajah Ares, Ares menangkapnya.
"Malah dikasih jas. Tapi lumayan sih pasti mahal nih jas lo, seharga gaji gue tiga bulan,"
Tak ada gublisan, yang Ale lakukan hanya upaya menghabiskan secangkir kopi itu.
"Le gimana udah gol?" Tanya Ares membuka suara kembali.
Ale yang ditanya sedikit tersedak kemudian berdehem. "Halah bangsat! gagal terus."
"Lah gimana sih lo bukanya udah pro!"
Bukan masalah ditanya jago enggaknya, tentu aja si Ale paling juaranya dalam melakukan hubungan seks, pengalamannya oke banget, dulu dapat dikatakan Ale tak pernah lepas dari kencan one night stand. Semenjak sakit yang ia derita, terlebih telah menikah Ale memilih menahan hasratnya.
"Akhir-akhir ini kambuh lagi penyakit saya, halangannya ada saja."
"Kemaren perihal si cewek sekarang si cowoknya, berarti.." Pembahasan tidak berbobot dari Ares membuat Ale sesekali menyahuti ringan, Ale melenggang pergi dari kantornya, benar dugaan Ares jika Ale memang berniat menghampiri sang istri, hari ini ada acara dikampus, Ale ingin menyaksikannya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPIKAT [COMPLETED]
RomanceBagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah kisah titisan dari " Pramagara" . Cerita ini Mengandung konten dewasa. Cerita ringan penuh bucin me...