T E R P I K A T - 24

6.2K 184 5
                                    





Suasana di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta hari ini kondusif ramai, beranekaragam orang yang berlalu-lalang mengurusi kesibukan masing-masing, Layar informasi yang menyajikan jadwal keberangkatan pesawat terus bergerak. Penumpang dengan berbagai tujuan tampak mencocokkan lembar tiket yang mereka pegang dengan jadwal teranyar di layar.

Berjalan beriringan. Alegaf merangkul Pearly demi menuntun menyamakan langkahnya, menelusuri terminal internasional pada bagian land side, Pria itu nampak tak menghiraukan jika penjuru mata akan memperhatikan, bagaimana tidak menjadi pusat perhatian? mereka tampak terlihat seperti pasangan serasi, penampilan keduanya sangat necis berpaduan mengenakan pakaian yang senada, sederhana tetapi elegan.

Seperti sudah tak perduli lagi soal paparazi, ataupun media nantinya, sukur-sukur jika tidak ada yang menyadari dan mengenal mereka, sudah bosan bermain kucing-kucingan. Pearly hanya bisa mendengus pasrah dengan sikap Alegaf yang tak bisa dibantah.

Beginilah rasanya dicintai? Alegaf telah mengungkapkan perasaannya, Pearly juga mulai membuka hati untuk Ale, siapa yang nggak baper? Ale itu cekatan sekali membuat cewek luluh dengan segala sikap manisnya. Caranya sangat rapih.

Pearly teringat ada ungkapan yang mengatakan ketika seorang perempuan jatuh cinta, maka dapat dilihat dari senyumnya. Kalau seorang laki-laki jatuh cinta, maka dapat dilihat dari matanya.

Benar saja.  Alegaf, netra hitamnya ketika menatap selalu lekat.

"Kenapa?" Tanya Pearly, ia mendongak mengerling pada Ale, dahinya mengerut lantaran Alegaf menghentikan langkahnya secara mendadak.

"Dek, sepertinya pesawat ayah belum landing."

"Yaudah kita duduk disitu yuk mas." Seru Pearly jari telunjuknya mengarah ke para penumpang maupun pengunjung yang tengah duduk berjarak di bangku-bangku panjang yang ditata berderet.

Lantas Alega menyetujui dan mereka memilih  duduk berdampingan mengisi tempat yang kosong diposisi berjauhan dari kerumunan.

"Mas?."

"Ya?" Jawab Ale lembut.

"Yang dimobil itu bercanda atau beneran?"

Seolah masih mengganjal, paham betul bila suaminya itu sulit ditebak, Pearly ingin memastikan kembali perihal Alegaf yang tengah mengutarakan unek-uneknya, justru malah membuat Pearly sedikit sungkan, ataukah rasa cinta Alegaf itu sebenarnya bukan untuknya melainkan masih tertinggal pada mantan istrinya.

"Saya tidak membuatmu yakin ya? atau sikap saya selama ini tidak mecerminkan orang yang sedang jatuh cinta?"

Raut datar Ale kontan berubah menjadi senyum terkulum. Pria itu menarik napas dalam-dalam, kembali melanjutkan ucapanya. "Saya akui saya memang keras kepala dan pemarah, tapi saya rela mengalah demi kamu dek."

Tuh kan, omongan Alegaf didenger tuh bikin cewek-cewek meleyot. Hmm

Tatkala Pearly merajukpun Ale mampu mengembalikan suasana, berkorban untuk meredakan emosi dan ego.

"Ya.. gimana aku nggak yakin, aku khawatirnya kamu masih belum moveon."

"Tidak ada niatan untuk menyamakan kamu dengan yang lain, kalian berbeda, saya sebagai suami kamu terlebih memiliki komitmen untuk selalu berada disamping kamu, memberikan kamu yang terbaik versi saya."

"Jangan ngomong cinta kalau nggak bisa membedakan mana yang ngejalanin emang karena perasaan tanpa embel-embel kewajiban, jadi emang tulus atau karena hal sewajarnya kamu sebagai suami?"

Perlahan wajah Pearly muram. tetap bersikeras untuk bicara meski sediki nyelekit, Apa mungkin perhatian Alegaf selama ini hanya sebatas kewajibannya sebagai suami?.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang