Saat perbincangan serius antara Genta dan Alegaf didapur, tiba-tiba kehadiran Fany yang menuruni tangga menyadarkan atensi mereka berdua untuk segera berdiri, beranjak dari kursi bar.
"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Alegaf, pria itu menilik kearah belakang Fany yang tengah berjalan mendekat, Ale memastikan apakah istrinya juga berada disana, ikut bersama Fany yang sudah keluar dari kamar.
Ternyata tidak ada siapapun hanya Fany seorang.
"Bu Pearly hanya kecapean, membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali stamina tubuhnya, saya telah memberikan obat nyeri dan juga vitamin, semuanya sudah saya instruksikan langsung tadi dengan bu Pearly."
Alegaf bersedekap dada menyimak penjelasan Fany dengan sedikit gerakan mengangguk.
"Kalau begitu saya pamit pulang.." Lontar Fany kembali bersuara, sembari membenahi alat serta barang-barang yang berada didalam tasnya yang sempat terbuka.
"Loh gak minum dulu dok? biar saya bikinkan dulu ya?." Ujar Genta berinisiatif, dibalas lirikan tajam oleh Alegaf.
"Oh nggak perlu repot-repot pak Genta, terimakasih, saya harus balik ke rumah sakit lagi." Tolak Fany halus, dokter itu menarik garis ujung bibirnya keatas.
"Kalau begitu mari saya antarkan kedepan."
Ah! Ale paling malas menyaksikan percakapan penuh basa-basi dan menye-menye, dirinya sendiripun paling enggan untuk melakukan hal tsbt pada orang lain.
"Terimakasih Fany." Hanya dua kalimat singkat Alegaf ucapkan atas jiwa simpatinya terhadap tanda jasa dokter muda itu, kemudian Ale memilih lebih dulu berlalu meninggalkan Genta dan Fany untuk melihat kembali kondisi istrinya yang berada dikamar.
Sesampainya dilantai dua, Alegaf mendengar suara pintu tertutup yang cukup menggema tepat berasal dari pintu kamarnya. Siapa lagi jika bukan Pearly? dan.. benar dugaanya, yang keluar dari kamar adalah istrinya.
Dahinya mengerut mendapati Pearly yang tampak gelisah dan tergesa-gesa, spontan kedua tangan Alega bertumpu diatas bahu Pearly bertekat menahan langkah istrinya. "Ada apa?"
Tak digubris, Pearly menepis menyingkirkan tangan Alegaf dari bahunya lantas melanjutkan pijakan kakinya.
"Hey dek mau kemana sih buru-buru gini, kamu masih harus istirahat, ayo masuk lagi ke kamar." Timpal Alegaf menarik pergelangan tangan Pearly, membuat perempuan itu mau tak mau langsung berhenti kemudian tubuhnya berbalik menghadap Ale,
Pearly menyorotkan tatapan geram. "Sebentar Mas! aku ada tugas deadline! minggir dulu."
"Tugas apa? tugasnya besok besok saja kalau sudah sembuh."
"Gak bisa!" Elak Pearly menarik-narik kuat tangannya dari cengkraman Alegaf sampai terlepas sudah, Alegaf pasrah hanya dapat menghela nafas gusar.
"Mau kemana? tenang dulu.."
"Ada Tiara didepan mas, aku mau kerjain tugas bareng." Tidak ada waktu lagi untuk nanti-nanti, soal kesehatannya memang perlu dipikirkan, namun semoga saja ia menyanggupi kewajibannya untuk mengerjakan tugas revisi nilai mata kuliah Pak Refal yang hanya diberi waktu sangat singkat.
"Memangnya kamu sudah merasa membaik? jangan dipaksakan."
"Dek Pearly?!"
"Keras kepala." Umpat Ale, netranya mengerling melihat kepergian Pearly yang menuruni tangga dengan terburu-buru, lantas Ale tak tinggal diam Pria itu turut ikut menyusul, mengekori langkah istrinya.
Beberapa detik berlalu usahanya dalam mengulik kegiatan sang istripun terhenti, persis didepan pintu Alegaf berdiri terbungkam tak dapat berkata-kata , sebab memandangi situasi ramai didepan perkarangan rumahnya. Yang benar saja? Bukanya kata istrinya hanya Tiara satu teman yang dia bawa kemari? tapi kenapa lebih dari itu, dan ada laki-lakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPIKAT [COMPLETED]
RomanceBagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah kisah titisan dari " Pramagara" . Cerita ini Mengandung konten dewasa. Cerita ringan penuh bucin me...