T E R P I K A T - 20

7.2K 192 14
                                    


Pearly tertegun membaca pesan singkat dari Alegaf. Jelas-jelas ia belum meminta untuk dijemput, tapi tahu-tahu pria itu sudah berkehendak semaunya.

Pearly berdecak sebal, tak ada niatan untuk membalas. Lantas ia mengunci kembali layar ponselnya, memilih melanjutkan perbincangan mengenai rencana event yang tengah dibahas oleh Tiara dan Refal.

Waktu terus berjalan, suasana riuh cafe menyeruak seisi ruangan. Tak ada kehabisan ide untuk saling bertukar argumen dan berunding memberikan pendapat Refal yang aktif menerangkan tiba-tiba saja menjeda topik pembahasannya.

"Pak Alegaf Mahavir?!"

Pearly membeku, Jantungnya berdegub lebih cepat, ketika Refal menyebut nama yang tak asing dipendengarannya. Pearly mengikuti arah kerlingan mata Refal, lalu ia menoleh kebelakang, tepat dimana seorang pria bertubuh tinggi, berisi cenderung berotot menatapnya datar.

Mas Ale?

Duh. Tidakkah dia tahu bagaimana resikonya? tindakan yang dilakukan sangatlah gegabah berani memunculkan batang hidungnya didepan umum. Pasti ini karena pesan singkatnya urung juga dibalas. Menjadikan pria itu nekat untuk menghampiri secara langsung.

"Mmma-- kak?" Hampir saja keceplosan, memanggil Alegaf dengan sebutan Mas, Pearly sadar kini ia sedang berlaga didepan Refal jika dirinya dan Alegaf adalah saudara kandung yaitu adik-kakak. walaupun sebutan Mas tak seburuk yang dipikirkan, tapi semata untuk memaksimalkan totalitas lebih baik ia  mendalami perannya.

"Jadi beliau yang menjadi kaka kamu Pearly?" Tanya Refal menukik alis tebalnya tak percaya, siapa yang tidak kenal dengan Alegaf Mahavir? Pengusaha sukses yang namanya begitu famous, tapi setahu Refal, tidak pernah ada berita mengenai seorang Alegaf memiliki  adik?.

"Saya sua--" 

Baru satu kalimat lolos terlontarkan dari mulut Alegaf namun dipotong begitu saja.

"Ah iya ini kaka saya pak, sebelumnya kami telah berjanjian karena ada keperluan keluarga mendadak, saya mohon untuk izin pulang, permisi pak. Ra, gue pulang duluan ya nanti WA aja." Kilah Pearly membenarkan, saking paniknya ia langsung berdiri merenggut tasnya seraya menarik, menyeret Alegaf dengan langkah terburu-buru. Tanpa menunggu jawaban Refal, pada intinya jangan sampai Alegaf bicara yang aneh-aneh, soal Tiara ah! Pearly terpaksa harus meninggalkan sohibnya itu, paling juga Tiara akan mengerti.

Pearly melepaskan kaitan tangannya, tak lagi menggenggam Alega setelah berhasil menjauh dari cafe.

"Kenapa kamu narik-narik saya, saya belum selesai bicara dengan dia." Ujaran bernada tegas itu berasal dari sosok Alegaf yang kini tengah memijat dahinya seraya membuang muka.

"Kamu mau bilang kalau kamu suami aku?!" Tuding Pearly menyilangkan tangannya bersedekap dada.

"Iya."

Matanya melotot terbuka lebar. "kamu tau kan konsekuensi nya apa kalau publik tau status kita?!" Mengisyaratkan bahwa Pearly teramat serius dengan kata-katanya.

"Tidak perlu lagi ditakuti."

"Saya tidak ingin pria lain mendekatimu, mereka berfikir jika kamu masih single dek."

"Mau siapapun yang deketin, tapi kan kamu tau aku enggak mungkin naruh harapan sama yang lain mas.."

Alegaf meredam emosinya, jujur berat meninggal istrinya bila bersama pria lain, padahal ada yang menemani Pearly yaitu, Tiara. tapi itu saja sudah mampu membuat hatinya dilanda gelisah. tidak terbayang jika hanya berdua saja bagaimana amarahnya mungkin semakin jadi.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang