T E R P I K A T - 19

6.4K 194 17
                                    

-Tidak berfikir memaksakan diri untuk jadi sempurna, tapi berfikir cara untuk menjadi tenang.-

•••









Lampu merah menghentikan pengendara disekitar salah satunya motor Beat bewarna Pink, sembari menonton pertunjukkan aksi pengamen yang tengah bernyanyi lagu Takkan Hilang diiringi genjrengan gitar, untung suaranya cukup bagus mendukung sekali untuk bermelow-melow. Disamping itu  tiba-tiba saja selintas Pearly menjadi memikirkan suaminya. Semakin hari rasanya Pearly kian membawa perasaannya untuk Alega, meskipun dengan segala sikap jahil, posesif, ngeselin yang sudah mendarah daging.

"Pear baru kali ini gue dikasih uang banyak banget, ini rezeki anak yatim kayaknya dah." ucap Tiara memulai obrolan lagi, disetiap jalan menuju lokasi tujuan mereka banyak bertukar cerita meskipun sering kali dijawab samar-samar.

Ya.. tau sendiri kecepatan motor ditambah angin menjadikan nada bicara tidak beraturan. Maka tidak diherankan lagi saling sahut menyahut tak begitu terdengar jelas.

Tapi sama sekali tidak menganggu, justru mereka semakin gemar melanjutkan obrolan, seperti inilah gambaran sohib yang sefrekuensi.

"Suami lo baik banget, ada gak ya stok cowok kayak dia lagi?"

Tiara terhanyut membayangkan sosok pasangannya kelak yang berakal budi, ganteng, cool, perhatian, pengertian, bak cowok-cowok yang ada di drama korea, dan halunya yang cuman ada didunia fiksi, tapi Tiara patahkan justru kenyataanya ada, yaitu Alega Mahavir, suami sahabatnya sendiri.

"Eh, eh Pear ada uang receh nggak?"

Pertanyaan dan cuitan Tiara kali ini tidak ada gubrisan dari Pearly, Pearly tampak asyik dengan pikirannya sendiri, seperti melamukan sesuatu. Sang pengamen yang menunggu didepan motor mereka masih mengalunkan nyanyiannya, namun detik-detik berlalu pengamen itu mengganti lagunya.

"Lesti sayang Riski bilar ..."

"Riski bilar sayang Lesti ..."

"Bang! udah bener lagu yang tadi aja pake diganti!" Keluh Tiara menaikkan kaca helmnya, seluruh wajahnya kini terlihat, ia menoleh kesamping tepat pengamen itu berdiri.

Tiara benar-benar trauma dengan lagu ini, karena selalu terngiang-ngiang, dan pengamen itu ngingetin lagi.

"Buruan mbak kalo mau ngasih ya ngasih jangan banyak bacot."

Lah kok ngamuk.

"Maaf bang nggak ada receh."

"Yeee bilang aja gak ada duit lo." Sewot pengamen berperawakan kurus, rambut pirang perponi miring menutupi setengah jidatnya.

"Songong juga ini pengamen gatau gue siapa kali ya, gue orang dalemnya pengusaha nomor satu nih!" Tiara membatin.

"Benerin dulu rambut lo tuh bang, alay banget!" Gumam Tiara bola matanya memicing sebal.

"Lo lepas kacamata dulu mbak, baru liat gue yang jelas, ini model rambut lagi ngetren."

Makin-makin gak beres ini pengamen. Tiara memang menggunakan kacamata hitam yang menutupi matanya ketika menyetir motor, lantaran cahaya matahari siang begitu silau menyengat.

"Heh rambut lo tuh benerin kocak, mata lo ketutup itu, jadi ngga bisa ngaca yang bener." tak kalah Sewot Tiara sudah geram. Ya begitulah anak satu ini rada berani juga ekstrovert.

Sementara Pearly yang sadar dari lamunan, ia merogoh tasnya, mencari-cari pundi uang. Pearly mengeluarkan uang kertas bewarna hijau, bernilai dua puluh ribu rupiah.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang