T E R P I K A T - 38

4.3K 178 20
                                    


-Buatlah egomu keropos. Kehendak tidak terlalu penting, mengeluh bukanlah apa-apa, Keterbukaan, kesabaran, penerimaan, kebersamaan adalah segalanya.-

_ _ _ _ _ _ _











DOR!!!





Dengisan peluru gempar menyeruak seisi ruangan.

Peluru berbahan timbal terpelesat laju menembus kaca toko, sehingga menunjukkan pahatan lingkaran kecil retak akibatnya. Beruntung tidak ada korban dari benda ilegal tsbt. Huft. syukurlah Refal masih sempat berhasil kabur, dia berlari meninggalkan toko setelah mendapatkan teriakkan penuh ambisi dari Pearly yang mampu menyadarkan Refal untuk segera menghindar dari serangan Alegaf.

"B*ngsat!." Umpat Alegaf geram, netra legamnya mengekori pergerakkan Refal yang semakin jauh menghilang dari pandangan. ia merutuki diri akan bersumpah membuat Refal hidup penuh kesengsaraan kelak nanti.

Jika saja Ale tak mendengarkan rengekkan Pearly yang selalu menuntut, memohon dan meminta. Dapat dipastikan Alega telah menembakkan pistol miliknya berulang kali agar benar-benar tepat sasaran.

Helaan nafas berat terdengar gusar, Alegaf menaruh kembali senjata api yang masih digenggamannya itu kedalam saku jasnya. Kerlingan mata Alegaf kini tertuju pada istrinya yang masih tampak shock seusai menyaksikan peristiwa menegangkan, tubuh Pearly sedikit gemetar dan lemas, bahkan raut wajahnya pucat pasi. Membuat hati Alegaf terpilin rasa penyesalan serta diambang cemas.

"Aaaaa!!."

Bukan apa-apa, yang menyebabkan perempuan itu memekik heboh lantaran Alegaf mengangkat dan menggendongnya secara mendadak.

"Turunin!" Pintanya memberontak dalam kungkungan Alegaf. Jujur saja, Pearly masih amat jengkel dengan suaminya. Perbuatan Alega sulit dimaafkan, dia hampir menghilangkan nyawa manusia.

Dan bila saja itu terjadi, Pearly akan memilih untuk meninggalkan Alegaf, untuk apa tetap bersama pria pembunuh?

Lagi pula sebetulnya jika Ale mau bersabar dan mendengarkan tentu saja masalah dapat lebih legowo diterima kan?.

Alega menggeleng pelan, "Gimana saya mau turunin kalau kondisi kamu seperti ini? diam dan nurut saja, kita ke rumah sakit sekarang." Ale tak mengindahkan tuntutan Pearly, ia masih bersikeras untuk meneruskan langkahnya menuju tempat dimana mobilnya terparkir, sesampainya disana Ale memposisikan Pearly agar terduduk bersandar dikursi paling depan sejajar dengan kursi pengemudi.

Pearly semakin menangis, menolak sentuhan Alegaf yang tengah mengelus surainya. "Aku gamau, hiks.. hikss, Mas Ale jahat!" Tak tahan terus mendapatkan tatapan intim dari Alega, Pearly menggeretakkan giginya lalu tanpa pikir panjang ia menggigit lengan suaminya gemas.

"Auhh!, kenapa saya digigit?!" keluhnya sontak saja membuat Alega langsung refleks mundur satu langkah, ia tersentak kaget menerima sikap uring-uringan Pearly, kalau sudah begini Alega paham betul pasti istrinya sedang merajuk. Asalkan itu Pearly untuk bersabar masih dapat dikompromikan oleh Alegaf.

"Aku gamau kerumah sakit pokoknya!" Timpal Pearly keukeh pada pendirian, perempuan itu menyentakan kaki, kemudian bersedekap, membuang muka.

Ale mengulum bibirnya bingung, lalu berlari kecil memasuki mobil mengisi kursi kosong disamping sang istri. "Yasudah biar nanti dokter yang akan kerumah ya."

"Gamau, sama aja!"

Alisnya berkerut. "Kenapa? kamu ini keras kepala sedang sakit saja sempat-sempatnya ngeyel." Celetuk Ale sembari fokus mengemudikan mobilnya yang mulai berlabuh membelah jalan raya. "Keputusan saya sudah final, jika tokomu tidak akan beroperasi lagi hingga seterusnya." Tangan Ale terulur mengambil punggung tangan Pearly, Ale mengusapnya penuh perasaan berharap reaksi Pearly berikutnya tidak berlebihan.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang