Aku menyapu pandanganku melihat Mas Alegaf yang lebih dulu menaiki ranjang, punggungnya bersandar pada headboard. Seperti ada yang janggal dari kamar ini, tapi apa ya?
Astaga! ternyata guling sama bantal! Kok gak ada? kemana?! Aku celingak-celinguk mencari keberadaan mereka.
Huh. pasti kerjaannya Mas Ale nih.
Padahal ingin rasanya langsung jatuhin badan yang pegal-pegal nggak karuan untuk tidur di atas kasur tapi segala ada dia. Udah bagus ngambek aja tadi. Pakai acara balik lagi memilih satu kamar, yasudahlah ngalah lagi aja aku mah sama yang lebih tua, sementara aku memilih duduk disofa.
"Sini." Terbetik suara serak memberi sinyal ajakan.
Sorry nggak dulu, enggak berminat mas.
"Sini dek."
"Kesini sendiri atau saya gendong?" Ujarnya kembali setelah aku tak kunjung memberi respons.
Sekilas aku melirik kearahnya, bergidik ngeri mendengar ancamannya, apasih dia bisanya ngencem-ngancem terus. Mengcape.
Anggap aja nggak denger deh. Memilih untuk tak bergeming aku masih betah diposisi yang sama.
Tapi lama-kelamaan kok jadi gelisah, aku menoleh kembali untuk memastikan Mas Ale, benar saja, pria itu menurunkan satu kakinya seperti hendak beranjak, aku yang mengetahuinya langsung sigap berdiri. Dari pada nantinya berujung dengan pilihan opsi kedua.
Aku menarik nafas dan membuangnya kasar. "Akkhh Iya mas iya aku yang kesana."
Aku menghampirinya dengan gontaian malas.
Mas Ale mengurungkan niatnya, setelah mendapati aku kini tengah berbaring disampingnya mengisi bagian ranjang yang kosong, dia kembali bersandar.
Flat banget ini kepala nggak ada tumpuan bantal. Yailah!
"Mas, bantal sama guling pada kemanain sih?"
"Ini kan kamar aku, kalau mau nyingkirin tuh mending punya kamu aja!"
"Orang mah bilang dulu, kamu sembunyiin apa emang lagi dicuci?"
"Tapi masa kalau lagi dicuci nggak ada penggantinya sih?"
"Mas?"
Ngomong sama tembok. Nggak ada tanggapan.
"Mas Ale!" Ucapku lagi kali ini nadanya lebih tinggi.
"Kenapa?"
Kinipi.
Bisa-bisanya aku ngomong panjang lebar dia bilang kenapa? dia dengerin aku nggak sih?
"Nggak bisa tidur kalau nggak ada bantal." Keluhku.
"Tidur aja dek."
Itu bukan solusi.
Dah lah percuma.
Susah payah meredam gugup, sekaligus emosi. Aku menarik selimut tebal hingga menutupi sebagian tubuhku dan mengubah posisi menjadi memunggungi Mas Ale, memaksa mata untuk terpejam berharap segera kealam mimpi.
Terpaku dalam diam menahan diri agar tak menjerit, kedua mataku terbelalak, ketika pinggulku terasa menghangat, kuyakini ini ulah Mas Ale tangan dia menggerayangi disana. Tubuhnya menyelinap dari arah belakang memasuki selimut dan memelukku, wajahnya mengikis jarak sampai-sampai deru nafas Mas Ale dapat kurasakan, dia memberi kecupan berulang-ulang di tengkukku, aku menggeliat geli.
"Akhh mas aku ngantuk." ucapku mendorong-dorong tubuh mas Ale dengan sikutku, upaya agar dia melepaskan rengkuhannya.
"Mau bantal kan?" Lengan kokohnya terselip bergerak, dibawanya kepalaku bertopang diatas lengannya yang berisi .
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPIKAT [COMPLETED]
RomanceBagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah kisah titisan dari " Pramagara" . Cerita ini Mengandung konten dewasa. Cerita ringan penuh bucin me...