T E R P I K A T - 43

5K 184 17
                                    

Bukanlah yang pertama, kedua, bahkan ketiga kali, namun kesekian kalinya rumah tangga Alegaf dan Pearly dilanda masalah, sampai tiba saatnya kini tengah diujung titik penentuan bagaimana nasib selanjutnya. Tidak pernah terlintas jika Alma harus ikut campur mengurusi urusan rumah tangga Alegaf, lebih-lebih mengetahui semua belak-beluk mengenai kegiatan aktivitas Ale selama ini secara diam-diam, juga tentang kedekatan Ale dengan Syifa.

Awalnya berharap berjalan mulus sesuai rencana, Alegaf memilih fokus mengurusi urusan pekerjaannya dan juga kesembuhan Syifa, tanpa menyampingkan bagaimana resiko yang akan terjadi, dan benar saja, kelimpungan menimpanya yang justru kini Alegaf harus mengorbankan hubungannya merenggang dengan Pearly, tentunya rasa penyesalan itu ada, kebodohan dirinya yang terbiasa melakukan apapun sendirian dengan kepribadian yang sulit terbuka.

Begitu gigih Alegaf terus meyakini Alma, menjadi nilai tambahnya yaitu Genta sang asisten yang ikut membantu menjelaskan, tidak ingin berlarut-larut dengan kesalahpahaman.

Hingga akhirnya Alma meredam emosinya sepihak untuk memberikan kesempatan, pria paruhhaya itu meskipun sempat kecewa, namun Alma tahu betul bagaimana sifat karakter yang dimiliki Alegaf, Ale tidak mungkin benar-benar mengkhianati putrinya.

Perasaanya cukup lebih tenang setelah Alma mau mendengarkan dan memafkannya, dengan terburu-buru Alegaf berjalan sedikit berlari menaiki mobilnya, sebelum itu Ale telah memberikan intruksi pada Genta, agar Genta tetap segera membawa Syifa untuk melakukan penerbangan meski tanpa dirinya, sedangkan ia akan menemui Pearly, menyelesaikan masalah dan tentunya membawa istrinya kembali pulang bersamanya.

Diselang waktu Alegaf menghidupkan mesin mobil, Ale mengerutkan dahi seraya menurunkan jendela mobilnya ketika Alma berdiri menghalangi mobilnya yang hendak melaju. Alma berkata. "Percuma saja kamu cari istrimu dirumah saya, kamu tidak akan menemukannya."

"Maksud paman apa?" Tanya Alegaf, Alma hanya diam sejenak sebelum akhirnya dia menggelengkan kepala.

"Beri tahu saya dimana dia?"

Alegaf yakin Alma pasti berada dipihaknya, tidak mudah untuk Alma membenci dirinya.

"Pearly pergi ke rumah neneknya di Solo, lebih baik kamu jangan menyusulnya, dia menyuruh saya merahasiakan ini dari kamu ." Jelas Alma setelah menghela nafas panjang. Ada raut kekhawatiran diwajah Alma.

"Tidak bisa, tentunya saya akan membawa istri saya kembali pulang, saya pamit."

"Alegaf!" Sungut Alma memundurkan langkahnya, terpaksa memberi ruang untuk mobil Alega berlalu dari hadapannya.

Alma berdecak. Netra birunya mengekori kepergian mobil Alega yang semakin menjauh. "Ahh, anak itu."

<><><><><>


Perjalanan luar kota menggunakan pesawat membutuhkan waktu yang ditempuh satujam lebih, Jakarta-Solo, tanpa pikir panjang lagi. Alegaf bertekat menyudahi kegelisahan hati yang terus-terusan mengganjal, dilanda perasaan bersalah terhadap sang istri. Tidak, Tidak bisa.

Untung saja dengan mudahnya Alegaf mendapatkan informasi serta alamat Sri Murtiasih, yaitu keluarga Pearly dari ibunya melainkan, nenek Pearly yang bertempat tinggal di Solo.

Disini Alegaf berdiri, mengedarkan pandangannya pada sekeliling luasnya halaman rumah khas orang Indonesia tulen. Betapa asri dan juga klasik, rumah ini bangunanya seperti masih asli yang belum pernah dirubah dekorasinya, namun terawat.

"Assalamualaikum." Diliputi kecanggungan antara menghampiri atau tidak, Alegaf berdeham memberi salam kepada tuan rumah yang dimana disana terlihat wanita tua berambut dominan putih yang disanggul rapih, sedang duduk diteras rumah sembari membaca majalah.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang