T E R P I K A T - 13

7.3K 191 5
                                    


Singkatnya hari berganti malam. sepulang dari kepergian kami, Mas Alegaf memilih menyendiri.

Kami berpisah memasuki kamar masing-masing kelihatannya dia masih ngambek, bertahan dalam diamnya, nggak bicara sepatah kata apapun malah membuatku cukup lega. Bagus deh, kalau begitu ngambek aja setiap hari biar nggak usah satu kamar sama dia. Nyeremin habisnya kalau dideket dia, ada aja tingkah usilnya.

Kira-kira telah dua jam-an aku menghabiskan waktu yaitu untuk mandi membersihkan diri, makan, nyemil lagi, nyicil tugas, kali ini aku merenggangkan otot-otot tubuh, kalau boleh jujur dibilang capek, ya banget! udah seminggu ini full padat pergi terus tanpa istirahat.

Malam-malam seperti ini apa lagi diluar sedang hujan plus suasana semakin tambah dingin, sikon begitu mendukung untuk memutuskan keinginanku memasak mie instan pakai telur, aku menuruni tangga yang panjang, serta mengitari lika-liku sudut ruangan.

Untuk kedapur saja perlu mengumpulkan niat, habisnya dari kamar-kedapur membutuhkan waktu lima menitan, mansion Mas Ale memang berlebihan, padahal tinggal hanya berdua, layaknya asrama yang ditinggali puluhan orang, kira-kira Mas Ale izinin aku nggak ya tinggal di rumah sederhana aja?

Tanganku membuka beberapa rak dapur.

Mencari-cari yang aku maksud tapi merek mie instan pada umumnya kok nggak ada sih? Rata-rata Mie nya merek brand luar semua. Aku mendengus sebal.

"Bi Yumi?" Aku memanggil salah satu ART mansion, dapur ini memang khusus untuk tuan rumah, jika dapur kotor berbeda lagi tempatnya, tapi aku melihat sebagian ART tengah menunggu instruksi dariku, padahal aku nggak meminta mereka untuk ngebantuin, tapi Mas Ale selalu berlebihan, mereka para ART selalu dituntut agar melayani kami.

"Iya non?, biarkan saya aja yang buat, non duduk aja tinggal menunggu." Merasa namanya terpanggil Bi Yumi segera menghampiriku.

"Nggak usah bi, aku cuman mau tanya dimana merek mie biasa ada nggak?"

"Maaf non enggak ada non, sesuai perintah merek makanan disini selalu dikualifikasi sama pak Genta assisten kepercayaan tuan besar." Ucap bi Yumi menunduk.

Tuan besar? maksudnya Mas Ale kali ya?

Waduh! Makanan aja pakai di sileksi nggak tuh.

"Oh gitu, biasanya yang makan mie siapa bi?" aku mengangguk paham.

"Hanya pajangan, paling enggak kalau ada tamu yang meminta untuk dibuatin."

Pengakuan Bi Yumi mampu membuatku tercengang, bisa-bisanya, kalau udah di rumah Ayah Alma mah aku nih yang suka ngabisin, disini malah di anggurin. Sayang banget.

"Mas Ale emangnya nggak pernah makan beginian bi?" Ucapku seraya membaca macam-macam pilihan rasa Mie tersebut yang tersedia.

"Tuan besar enggak pernah meminta dibuatkan mie instan, karna kata beliau kurang sehat."

Sombong banget tuh orang!

"Yaudah bi makasih ya, bibi sama yang lainnya boleh ketempatnya, biar aku sendiri aja bi."

"Tapi non--"

"Udah gapapa, ini salah satu perintah bi."

Karena aku paling males kalau harus diawasi oleh orang lain, apa-apa enak itu me time.

"Baik non, jika ada yang bisa saya bantu, nanti panggil aja ya non."

"Okesip."

Aku melihat mereka berlalu meninggalkan aku sendirian wajah para ART seperti menahan ketakutan, kenapa sih mereka pada kaku banget, ini aura mereka ikut terbawa sama yang punya mansion kayaknya.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang