T E R P I K A T - 26

5.4K 186 27
                                    






Pukul sebelas malam, diambang pintu, dihadirkan dengan pemandangan wajah kusut pria dengan langkah gontai masuk kedalam rumah.

Alman-lah yang pertama kali mengangkat tangan dan menyapa sosok itu," Hey Ale! sit down, come join us."

Sebuah tarikan napas pun Alegaf hela, Lantas ia menggubris ajakan Alman untuk duduk disampingnya.

"Kenapa Le? muram gitu, sampai larut gini baru pulang, Pearly menunggu mu, kamu tidak memberinya kabar?" Tanya Alman bersedekap dada, mengernyit.

"Ada sedikit masalah, selama saya tidak menghandle tiga tahun lalu, salah satu dampaknya yang masih terjadi perusahaan tidak menyetor biaya implisit jadi membekak."

Tak banyak basa-basi didepan Alman, biasanya sukar ia lakukan untuk mengeluh, bagi Ale, Alman dan juga James sebagian keluarga yang dapat dipercaya, lebih mendapatkan dukungan selama masa penyembuhannya, Memperkuat mental dalam menghadapi masalah. dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda.

Mata Alman membola lebar, Manik biru itu langsung memfokuskan tatapannya ke arah Ale. "Bukannya sudah diminimalisir biayanya? waktu itu sempat saya atasi terakhir sudah clear. Kenapa bisa terjadi lagi?"

Mendengar itu, mulut Ale seketika terbuka, hendak menjelaskan, "Pemasukan operasional dari sumber daya perusahaan mengalir secara internal atau pribadi. Banyak biaya yang tidak terduga dan tidak tercatat dalam arus laporan keuangan dan pembukuannya tidak terang-terangan, saya mengomelinya habis-habisan."

Meja ruang tamu itu menjadi luapan amarahnya, Ale menghantamnya satu kali.

"Memutar otak dan mengorek dalangnya, akhir-akhir ini padat bukan berniat terus meninggalkan Pearly, dan semua divisi yang bermasalah saya beri pelajaran."

Alis Alman masih bertaut, ia mengenali Alega, pria yang terkenal emosional juga tamperamen. "Saya paham Le, tapi hati perempuan begitu lembut juga sensitif, bicara yang baik-baik, saya takut kau membawa masalah pekerjaan melampiaskan ke istrimu."

Ada raut kekhawatiran diwajah Alman memikirkan putri satu-satunya, cemas bila Alegaf jika sudah marah Pearly ikut menjadi dampaknya.

"Tentu tidak, saya tidak ingin masalah saya Pearly juga ikut merasakannya."

Alegaf pria matang itu bisa membedakan ketika dikantor dan ketika dirumah bersama istrinya, Pengalaman kelam pada masa lalu dengan mantan istrinya, membuat karakternya berbeda drastis dengan yang sekarang. Alegaf begitu memanjakan juga menyayangi Pearly, bahkan sikapnya bisa jauh berbeda dengan aslinya.

"Besok saya akan datang kekantormu, soal keuangan siapa yang bertanggung jawab, masih si Guntur?" Tanya James, duduk di sofa seberang Alman. James sedari tadi hanya menyimak tapi justru sangat perduli.

Alegaf pun mengeluarkan pemantik dan sebungkus rokok. Usai mengambil sebatang rokok, ia menggeser bungkus rokoknya ke tengah meja, gestur untuk menawari rokoknya kepada yang lain.

Namun hingga lima detik berlalu, tak ada yang menyentuh bungkus rokok itu.

"Ya, banyak main kotor ternyata mereka dibelakang sedangkan tidak ada blak-blakan kemana anggaran itu bergerak, Perusahaan akan dikenakan PPh 29 jika nilai pajak terutang tahunan perusahaan lebih besar daripada total kredit yang sudah disetorkan ke KPP."

Sepintas, Alman menatapnya. Pria paruhbaya itu pun menegapkan tubuh dan mengangguk. Netranya melirik kepada James. "Tarif dari PPh pun bervariasi Le, coba kirimkan dokumen itu pada saya, biar saya bantu selidiki, mungkin saja ada kejanggalan, atau pengauditan yang keliru."

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang