-Disaat sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam, kamu bebas sekarang.-
•••
Setibanya mereka dikamar, Ale masih bersikeras berupaya melibatkan diri dalam membantu mengerjakan tugas kuliah Pearly. Sedangkan Pearly hanya bisa mendengus pasrah, mau tidak mau ia menyerahkan tugasnya pada Alegaf yang kini tengah berperan banyak memberikan masukan dan merangkai teori pada tugas yang berbentuk karya ilmiah. Dalam kurun waktu satu jam lebih tugasnya dapat terselesaikan, Pearly sempat heran, ternyata sepintar itu suaminya.Sampai sulit untuk berkata-kata haruskan dia marah atau justru berterimakasih?
Hening menyelimuti mereka, luruh terbawa pada lamunan masing-masing. Entah mengapa tiba-tiba saja Alegaf mengerang pelan seraya menyentuh keningnya seperti menahan sakit. Sontak Pearly langsung memindahkan macbook yang baru saja dimatikan agar tidak lagi berada dipangkuan Ale, beralih kesampingnya pada sisi kasur yang lenggang. Dengan hati gelisah Pearly meraih punggung Ale yang duduk bersebelahan dengannya diatas kasur.
"Mas kenapa? tuh kan pasti gara-gara bantuin tugas saya deh, makanya--"
Belum sempat Pearly menyelesaikan kalimatnya. Ale sudah menyanggahnya lebih dulu.
"Hanya pegal, seharusnya kita duduk di kursi belajar. Kalau dikasur seperti ini tubuh kita jadi kurang seimbang mengerjakannya, tapi tidak apa-apa," Tukas Ale menyambut sentuhan istrinya seraya menggenggam tangan Pearly yang berada dipundaknya. Ale begitu senang melihat ada raut kecemasan diwajah cantik Pearly yang tertera. Pearly jelas saja terkejut karena perlakukan Ale secara tiba-tiba.
"Boleh saya minta sesuatu? sebagai imbalan?" Tanya Ale.
"Oh.. jadi karena ada maunya, dasar gak ikhlas," Pearly menatap lekat-lekat netra hitam Ale yang sudah berkilat-kilat seperti memelas.
"Ah, bukan begitu saya ikhlas membantumu, jangan sungkan bilang saja kalau ada lagi yang kamu inginkan." Penjelasan Ale mampu membuat Pearly tersentuh, Pria yang sejatinya memiliki sikap dingin itu justru memiliki hati yang tulus untuknya.
Betapa beruntungnya dia yang telah menjadi istrinya. Padahal diluar sana pasti banyak yang ingin berada diposisinya? Tapi, Pearly termasuk tipikal perempuan dengan karakter polos bila mengenal arti cinta ia tidak mengerti harus bersikap seperti apa untuk membalas perilaku Alegaf. Terlebih ia terbiasa sendiri, menjalankan hubungan hanya pernah sekali, dan itu juga karena ia penasaran bagaimana rasanya jatuh hati? Sulit untuk Pearly bisa mencintai seseorang.
Pearly menggeliat lantaran gelisah, ia berusaha melepaskan genggaman tangan Ale, tapi semakin ia berusaha semakin kuat pula cengkraman itu.
"Yaudah mas minta apa?" Karena kasihan Pearly mengiyakan.
"Boleh saya minta kamu untuk pijitin saya?"
Pearly mengeryit, ia masih berupaya menarik-narik tanganya dari genggaman Ale.
"Hah?! nggak ah mas gak mau, gimana kalau saya panggilin bik Dawuh aja biar dia yang mijitin kamu," Hendak menggerakkan posisi untuk beranjak dari kasur, namun dengan sigap Ale menariknya tak membiarkan istrinya itu pergi begitu saja.
"Saya maunya kamu, kalau ada istri kenapa harus orang lain?"
Pearly menundukan kepalanya, kenapa Alega kerap kali menguras daya pikirnya untuk mencari cara bagaimana menghadapi sikap suaminya yang selalu menuntut. "Nggak mau mas, malu!"
Beginikah rasanya menikah? Pearly tidak tahu apa yang harus dilakukan rutinitas suami-istri.
Padahal Pearly sudah bersikap jutek dan tidak respect akan kehadiran Alegaf dihidupnya, tapi suaminya itu masih saja tidak pernah menyerah untuk berusaha mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERPIKAT [COMPLETED]
RomanceBagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah kisah titisan dari " Pramagara" . Cerita ini Mengandung konten dewasa. Cerita ringan penuh bucin me...