T E R P I K A T - 31

4.7K 177 11
                                    




Sudut pandang Alegaf.

"Besok aja ya hari ini istirahat dulu, capek dek."

Aku menarik nafas mencoba menenangkan diri.

Pearly membuncang tubuhku berulang-ulang yang kini tengah berbaring tengkurap membenamkan wajah dibalik bantal. Mendengar dia merengek bertingkah uring-uringan, mau tidak mau aku mengurungkan niat untuk kembali memejamkan mata.

Pekerjaan yang padat membuatku cukup letih untuk dapat menstabilkan stamina tubuh seperti biasanya. Pening mendominasi sejak beberapa hari, hanya saja perlu resistansi yang ekstra, jangan sampai efek ini menjadikan bomerang pada penyakitku yang nantinya dapat kambuh. Kalau bukan aku siapa lagi yang dapat dipercaya? nyatanya selain diri sendiri, sebagian besar mereka adalah pembual.

"Aaaaa, Mas Ale ayo.. aku lagi bm kulineran." Pintanya masih dengan nada yang menuntut.

Sifat aslinya sudah mulai terbuka, Pearly nyatanya dia sosok perempuan yang manja juga periang, bahkan sangat humble, sifat humble yang tak kusuka darinya, selalu baik kepada siapapun, dan menanggapi semua pria yang dia temui, jelas-jelas dia bukanlah seorang gadis lagi.

"Suruh Genta aja ya, atau pesan online." Bujukku sehalus mungkin, aku menggeliat seraya merubah posisi tiduranku menjadi menghadapnya.

"Gaseru kamu mah malam minggu dirumah mulu."

Bugh bugh.

Kesekian kalinya tubuh ku diterjang pukulan dari tangan mungilnya, begitulah cara dia melampiaskan kekesalannya terhadapku. Aku tak pernah membalas perlakuannya yang seperti anak kecil, seolah sudah kebal, hanya mampu menerima, membiarkan itu terjadi, memang tidak terasa sakit justru terkadang menggelikan, akan tetapi jika itu kerap terjadi akan membentuk kebiasaan yang buruk.

"Sabtu ini istirahat dulu ya, kamu emang gak capek hmm?" Susah payah aku mencoba memberinya pengertian.

Bagaikan ada pelekat yang menempel menarik ulur agar aku terus bermalas-malasan. Padahal baru saja dapat tertidur tenang dalam beberapa jam, tapi sang istri sudah berhasil mengusik, membangunkanku.

Yasudah, inilah resiko aku menikahi perempuan muda yang seharusnya dia masih menikmati hidup dimasa remajanya, takdir membawa dia untuk menikah denganku. Pria yang tak pernah tertarik dengan hiburan apapun itu, hidupku terlalu flat sebab setiap harinya hanya melakukan rutinitas kerja dan kerja, bagiku memiliki waktu istirahat saja itu sudah sepadan.

"Mas Alegaf..."

Aku terkejut ketika dia tiba-tiba saja memelukku secara sepihak, tubuhnya yang menimpaku seakan dengan cepat  memberikan sinyal gairahku yang terjaga. "Iya iya, kalau mau pergi besok aja ya?"

Dua kalimat terukir yaitu,

Tidak disangka.

Ternyata dia mulai berani, melakukan interaksi lebih dulu, apa lagi memancingku, sudah tahu aku ini tidak bisa menahan nafsuku bila didekatnya.

"Maunya hari ini." Suaranya terdengar kecil lantaran wajahnya yang menjelajahi dada bidangku, dia mendusel-ndusel menggunakan hidung mancungnya. Apa dia tak tau resiko yang dia lakukan setelah ini? sama saja membangunkan macan yang sedang beristirahat.

"Su- sudah maa- lam, tadi pagi kita sudah ke rumah ayah, besok lagi ya." Aku menelan salivaku yang tersendat untuk berbicara, tanganku terulur untuk mengelus rambut hitamnya.

"Masih jam delapan Mas belum malam malam banget." Mata kami saling bertemu, Pearly mendongak untuk menatapku, memberikan tatapan yang menurutku sangat menggemaskan.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang