T E R P I K A T - 21

6.9K 219 25
                                    

-Dengan ketulusan yang ada mampu menghasilkan yang takterduga selama penantiannya-

•••






Pearly yang baru keluar dari kamar mandi menghela napas saat melihat Ale berada dikursi kerjanya dengan wajah datar menatap laptop penuh keseriusan, sembari memijat pelipisnya sendiri. Seperti terlihat penat dalam mengurusi pekerjaan.

Niatan Pearly ingin mengajak Ale untuk berdiskusi bersama, ia urungkan. Pearly memutuskan untuk berjalan kearah kasur lalu duduk disana. Persekian menit yang dia lakukan hanya berdiam diri, hingga akhirnya Pearly berubah pikiran, berinisiatif memanggil Ale.

"Mas.."

"Ya?" Sahut Ale tanpa menoleh.

"Aku mau nanya boleh?"

"Ya."

Pearly menggerutu dalam hati, agak sedikit sebal, suaminya itu irit bicara banget, iya tahu sih lagi sibuk, tapi kan nggak suka dicuekin seperti ini.

"Mas Alegaf, Sini.."

"Sebentar saya harus kirim dokumen dulu."

"Sini.." Panggil Pearly memberengut, katanya hari libur giliran ia yang telah menyelesaikan tugas kuliahnya, tapi justru suaminya itu yang asyik sendiri.

"Iya, sabar ya." jawab Ale.

Pearly memejamkan mata, bersandar pada kepala kasur kingsize, merasa bosan telah menunggu Ale sampai lima belas menit berlalu tapi Ale urung juga mengindahkan maunya.

"Mas Ale katanya sebentar ini lama." tegur Pearly dengan nada kekesalannya.

Ale tersadar, pria itu menormalkan perasaannya yang lagi-lagi campur aduk. Entah kenapa sampai detik ini, jam ini, bulan ini, ia masih merasa tidak normal. Rasanya sangat sulit dijelaskan. Terkadang ia merasa alay dan senang berlebih terhadap Pearly. Atau mungkin inilah cara cinta bekerja, apa orang-orang juga sepertinya? Ale selalu sulit untuk menolak keinginan istrinya.

"Iya-iya, kamu mau tanya apa hm?" Ucap Ale, akhirnya pria itu menghampiri istrinya, ia ikut duduk disamping Pearly, sembari membawa laptop yang berada digenggamannya, tanpa sedikitpun terusik Ale masih fokus berkutat pada benda persegi itu.

"Taruh laptopnya.. matiin." cicit Pearly.

"Iya sebentar lagi ya.. nanggung."

"Mas.."

"Iya dek?, kamu bicara saja, saya akan dengerin." jawab Ale, ia menatap Pearly sekilas, hanya sekilas.

"Gak jadi deh."

Tak ada jawaban lagi, Pearly berbaring memunggungi Alegaf, jika berdampingan dan hanya diam saja suasana semakin terasa canggung. Ia tidak tau cara memecah rasa canggung ini.

Ale berdeham. "Kamu ada tugas tidak?"

"Emm."

"Kerjakan jika ada, jadi kamu tidak bosan.. kita bersama-sama mengerjakan tugas masing-masing."

"Emm."

Merasa heran pertanyaannya hanya dijawab dengan gumaman, Ale mengernyit. "Kamu kenapa, mendadak sakit gigi?"

"Sakit kepala!"

"Kedokter yah?" Ada raut kekhawatiran disana, tangan Ale terulur memegangi kening istrinya, merasakan suhu tubuh Pearly. Normal, tidak panas.

Pearly menepis tangan Alegaf. "Ke dukun!"

"Tidak boleh dek, musyrik."

"Biarin, biar nyantet kamu!"

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang