T E R P I K A T - 29

4.7K 186 15
                                    



Aku menjeda celotehanku sejenak. sifat ceriwis ku sudah begitu melekat, mungkin memang pembawaan seorang perempuan. Bunyi ketukan pintu berulang kali terdengar memanggil, seraya berseru untuk semakin melancarkan niat tujuannya, aku menoleh kearah sumber suara yang cukup gempar ditelinga.

"Pear, makan yuk, ajak suami kamu juga, mamah tunggu ya." Ternyata mamahlah yang menimbulkan asal suara itu, aku pun  segera membalas imbauan mamah untuk mengakhiri penantiannya dibalik pintu.

"Yaaaa Mah.. makasih mah, nanti kami menyusul." Jawabku tak kalah heboh, Sebenarnya aku masih cukup kenyang untuk makan lagi, yang ada nanti tambah naik berat badanku, karena sebelum aku pulang dari kampus, Mas Ale tiba-tiba saja memusatkan mobilnya untuk mampir ke sebuah resto, memang kebiasaan suka semaunya sendiri.

Mengalah untuk ikut pulang sama Mas Ale (lagi) aku terlalu penurut gak sih? tak ingin berlarut-larut dalam masalah, lebih-lebih sampai menjadi pusat kerumunan di kampus, asli mood ku seketika langsung drop, inilah alasanku tak ingin menikah diumur masih terbilang muda, banyak pertimbangan yang sulit ku pilih. Tapi nasi sudah menjadi bubur, masa iya aku meminta cerai? Aku mau jadi janda muda gitu, amit-amit sih! bagaimana aku mendefinisikan perasaanku.

Percekcokan masih berlanjut didalam kamar dengan nada ku kecilkan agar orang rumah tidak ada yang mendengarnya, aku mengomel habis-habisan sedangkan Mas Ale hanya terdiam sedari tadi sembari mengelus punggungku, kita ini lagi marahan tapi dia kok bisa-bisanya tenang gitu dan seakan sedang berusaha menyabarkan aku untuk meredamkan emosi.

"Semua ini Mas lakukan untuk kamu, kebaikan kamu."

Akhirnya Mas Ale membuka suara dari sekian lamanya membisu, kalau gak dipegangin erat seperti ini rasanya aku ingin meloncat sekarang juga. Namun sia-sia, tubuhku direngkuh, didorong hingga terjatuh diatas kasur, aku membenarkan posisi untuk bersandar, tapi Mas Ale masih aja nempel-nempel sukanya. kedua lengannya yang kekar melingkar sempurna dan berat untuk kulepaskan

"Kebaikan apa? gedein ego kamu iya! kapan sih aku pernah ngatur kamu, atau ikut campur kerjaan kamu? ini lagi segala jadi bintang tamu di acara kampus tadi?!"

"Saya hanya ingin menarik perhatian kamu dek, itu semua hanya kejutan."

Kejutan? Seharusnya ada rembukan dikomunikasikan lebih dulu antara, suami-istri, minimal gak bikin stock jantung ini jedar-jeder kayak kesambar petasan.

Kali ini aku tak bergeming kemudian membatin, untuk apa menarik perhatian, kalau sebenarnya aku juga sudah mulai jatuh hati sama kamu.

Mungkin untuk perempuan diluar sana dengan cara seperti itu akan tergila-gila, karena kagum dengan sosok Mas Ale yang seperti nyaris sempurna tak terlihat kekurangannya. Tapi bagiku itu adalah hal yang biasa, dia berbekal modal tampang dan jabatan.

"Maaf saya terlalu keras untuk membuat kamu mencintai saya, benar kata kamu saya, emm aku--  aku terlalu kaku, tapi aku gak sanggup melihat kamu dengan pria siapapun itu."

Speechless, begitu tulusnya Mas Ale menyayangi ku, dia selalu sabar tak pernah berperilaku kasar kepadaku, mungkin benar tindakannya selama ini karena tidak ingin kehilangan ku, tapi bagiku semua itu berlebihan, dia terlalu posesif tanpa memikirkan aku yang ditekan, diatur olehnya.

"Sampai-sampai profesi orang mau kamu ganggu hanya hal sepele?" Tanyaku, mengingat kejadian memalukan dikampus ketika Mas Ale dengan entengnya ikut campur masuk kedalam obrolanku dengan Pak Refal. Untungnya saja Pak Refal tak berlanjut marah, dia juga tak menanggapi tantangan Mas Ale.

TERPIKAT  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang