Pete pov
Ini sudah beberapa bulan sejak kepindahan ku dan vegas.
Kami pindah ke rumah yang cukup jauh dari pusat kota.
Rumah seperti yang aku inginkan, jauh dari keramaian dengan salah satu kamar nya berwarna biru langit dan beberapa gambar matahari yang menempel di dindingnya.
Semua pengawal juga sudah dipanggil oleh vegas. Mereka tinggal di rumah yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.
"Pete, jadi kapan kamu akan membawa venice ke dokter?"
Jane duduk disampingku yang sedang bermain dengan venice.
Ah benar! Jane juga sudah kembali.
"Aku tidak tau, phi jane.."
Aku melepaskan mainan venice dari tanganku. Lalu duduk lesu di depan jane dengan mulut yang sedikit ku majukan.
Jangan salah paham, venice sangat sehat. Ia hanya harus mendapatkan suntikan rutinnya satu kali lagi.
"Ada apa? Apa ada masalah? Hm?"
Vegas yang dari pagi sangat sibuk di depan laptopnya duduk di sofa dan mengelus pipiku dengan jarinya.
"Tidak, hanya.. aku takut melihat venice disuntik.."
Aku mendangakkan kepalaku agar bisa menatapnya.
"Hahaha akan aku temani. Besok bukan? Aku akan buat jadwal dengan dokter nya venice besok."
Vegas berbicara dengan tangan yang mencubit kedua pipiku.
"Kamu sedang senggang? Sepertinya belakangan ini kamu terlihat sibuk."
Baru saja aku bicara seperti itu ponsel nya sudah berbunyi.
Vegas mencium keningku lalu pergi sambil berbicara dengan ponsel nya.
Aku tidak memperdulikan nya dan melanjutkan menyusun lego bersama venice.
"Setahuku.. suntikan itu tidak hanya sekali bukan?"
Jane bertanya lagi padaku.
"Ya memang.. tapi waktu itu, nenek ku yang menemani venice. Sebenarnya, suntikan ini sudah harus diberikan pada venice sekitar 3 atau 4 bulan lalu. Tapi aku terus mengulur waktu hingga sekarang."
Aku berbicara sambil membantu venice menyusun lego yang sekarang sudah sama dengan tingginya.
"Jangan di tunda lagi. Sepertinya itu sangat penting. Jika kamu tidak bisa, aku yang akan pergi bersama venice. Ayo venice, sudah waktunya tidur~!"
Jane mengangkat venice ke gendongan nya. Lalu pergi menuju kamar venice.
Sedangkan aku, membereskan mainan venice yang berserakan di ruang TV.
"Pete, jika aku berhasil dapat pabrik permen di ujung kota, aku akan kembali dengan pekerjaan ku yang dulu."
Vegas datang dari kamar lalu duduk kembali di sofa. Dia juga menepuk pahanya sebagai isyarat agar aku duduk disana.
Aku bangun dan duduk di tempat yang dia mau.
"Yaa.. aku akan berada di sampingmu."
Vegas tersenyum kemudian mendorong kepalaku, mendekatkan bibirnya dengan bibir ku.
Hingga lidah kami menari bersama, menyelusuri setiap celah gigi ku dan vegas secara bergantian.
"Vegas, kamu bisa mengantarkan aku besok?" Aku menegaskan kembali janji nya.
Sebenarnya, tidak bersamanya pun tidak masalah. Masih ada jane yang akan menemaniku.
"Tentu, aku sudah membuat jadwal dengan dokter nya venice, besok jam 10. Kamu ingin aku jemput atau datang ke kantor ku?"
Vegas berbicara sambil membuka ponsel nya yang bergetar di saku baju nya.
Karna penasaran dengan apa yang sedang dia kerjakan, aku mengintip ponsel nya.
Itu hanya tulisan dengan ukiran angka yang membuatku pusing.
"Vegas.."
Begitu aku memanggil nya, vegas meletakan ponsel nya dan menatapku.
"Ya?" Ucap vegas dengan menaikan alisnya.
"Kenapa pabrik permen?"
Mendengar pertanyaanku, vegas menatapku. Perlahan alisnya bergerak bertemu.
Aku penasaran, untuk apa dia membeli pabrik permen jika ingin kembali ke pekerjaan nya yang dulu?
"Pete.. sudah berapa lama kamu bekerja dengan keluarga theerapanyakul?"
Vegas menatapku, kali ini dengan wajah yang terlihat lebih bingung.
"Sekitar.. lima atau enam tahun?"
Aku menatap vegas yang juga sedang menatapku.
"Baik, lupakan. Pasang telingamu, aku tidak akan mengulangi nya."
Mendengar ucapan vegas, aku langsung mendekatkan telingaku tepat di depan mulut vegas.
Aku menunggu dan mencoba fokus untuk mendengarkan ucapan nya.
Hingga aku merasakan telingaku yang sakit karna vegas menggigitku.
"Awww! Sakit vegas!"
Aku langsung bangun dan hendak menjauhi vegas sambil mengusap telingaku.
Namun vegas menarik ku untuk duduk di pangkuannya lagi.
"Hahaha maafkan aku. Aku akan memberitau mu. Kemarilah."
Aku menepis tangan nya dan duduk di samping nya.
Jika bukan karna penasaran, aku akan ke kamar dan mengunci kamarku agar vegas tidak bisa masuk!
"Kamu tau kan uang yang kuhasilkan itu tidak sedikit?"
Aku menggangguk membenarkan ucapannya. Semakin penasaran tentang apa gunanya pabrik permen itu.
"Sudahlah. Itu tidak penting. Ayo kita tidur, aku sangat mengantuk."
Vegas bangun dan menarik ku. Aku hanya diam. Cukup kesal karna vegas hanya mempermainkanku.
"Pete?"
Aku melepaskan tangan nya dan pergi ke kamar. Vegas kembali menarik tanganku sambil tertawa.
"Itu hanya untuk menyimpan uang ku, pete. Kenapa kamu cepat sekali marah sekarang haha."
Vegas merangkul ku masuk kedalam kamar. Aku menatap matanya tanpa berkedip satu detikpun.
"Kamu tidak percaya padaku? Jika aku berbohong, kamu bisa mencium ku sampai mati."
Apapun itu, ku pikir vegas pasti punya rencana. Dan aku akan terus percaya padanya.
Kami berbaring bersama di ranjang.
Vegas memelukku dan memintaku untuk mengelus rambut nya hingga dia tertidur.
Tapi, hanya dalam hitungan detik dia sudah tidur. Pasti dia sangat lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's over.
FanfictionKisah vegaspete dengan khayalan ku hahaha. Suka vegaspete, tapi lebih suka pete. jadi pete lebih menonjol disini. . . . Ini bukan terjemahan novel vegaspete ya. Cuma karangan aku.. Terimakasih sudah mampir!~