Naughty

977 117 5
                                    

Vegas pov

Aku duduk di sofa depan TV dengan pete yang bersandar di bahu ku sambil memakan cemilan milik nya.

Kami menonton acara kartun.

Sebenarnya hanya pete yang menonton nya. Venice sedang asik memainkan mainan nya yang memenuhi lantai.

Setelah kami pulang dari festival. Aku dan pete hanya berada di dalam kamar. Bersama venice juga.

Sepertinya vibes festival itu masih menempel pada kami.

Pete akan turun ketika dia ingin menyiapkan makanan. Sedangkan aku turun saat waktunya makan saja.

Aku bahkan tidak membuka ponsel ku seharian kemarin.

Hingga banyak pesan masuk yang dikirim oleh porsche.

Porsche: "vegas, kamu harus pergi ke Inggris."

Vegas: "aku tidak bisa porsche. Aku bukan siapa siapa. Sepertinya kamu sangat ingin melihat ku mati tertembak."

Porsche: "Lalu bagaimana? Aku juga tidak bisa pergi. Kinn pasti tidak mengijinkan."

Vegas: "bilang saja bekerja sekalian bulan madu disana. Dia pasti mau."

Porsche: "tapi masalahnya, kalaupun dia mau pasti akan sulit bagiku untuk menemukan orang itu. Ditambah kinn pasti akan mengikuti ku kemanapun aku pergi."

Porsche: "belakangan ini saja sangat sulit untuk pergi menemui mu. Aku harus mengendap endap. Terkadang aku merasa seperti sedang berselingkuh dengan mu."

Vegas: "Sudahlah porsche. Aku hanya bisa membantu mu sampai sini. Kamu harus memikirkan cara agar bisa bertemu dengan E&W. Dan satu lagi, pete jauh lebih baik daripada kamu. Kenapa aku harus mau berselingkuh dengan mu."

Porsche: "sialan kau, vegas!"

Aku hanya membaca pesan dari porsche.

Aku bahkan tidak pernah memikirkan bagaimana jika aku bersama porsche.

Pete masih menonton acara anak itu. Entah apa yang membuat dia begitu fokus menontonnya.

"Pete, mau pergi makan es krim?"

Tiba tiba pikiran itu terbesit di otak ku.

"Es krim?" Pete menatap ku lalu menatap venice.

"Tapi venice.." pete terlihat ragu.

"Ajak saja. Memang kenapa?" Aku bingung kenapa dia ragu.

"Tidak apa? Aku juga takut dia tidak betah di keramaian. Dia bahkan belum pernah bertemu orang lain selain keluarga utama."

Pete terlihat makin ragu.

"Kamu belum pernah membawa nya keluar?" Tanya ku heran.

"Bagaimana aku bisa keluar? Aku harus merawat kamu. Merawat macau. Merawat venice. Memasakan kalian untuk makan. Kamu bahkan jarang mengijinkan ku untuk pergi bahkan kekeluarga utama!"

Pete tiba tiba menyerang ku dengan semua fakta.

Aku langsung memeluk nya.

"Aku mencintaimu pete! Aku tidak tau bagaimana hidup ku tanpa mu!"

"Iyaiya. Aku juga cinta padamu, vegas!"

Pete mencium pipiku. Sangat manis. Hingga membuat bibir ku terbuka lebar.

"Ayo berangkat beli es krim!"

"Biarkan aku mengganti baju venice sebentar."

Ajakan ku disambut oleh pete yang langsung menggendong venice.

Sebelum dia naik ke atas aku mengingatkannya untuk mengganti baju nya.

"Kenapa? Sepertinya aku bisa keluar seperti ini. Ini nyaman ko." Jawaban pete sedikit mengejutkan ku.

Pete hanya memakai celana pendek yang hampir tidak kelihatan karna sweater besar yang dia gunakan.

"Kamu gila? Jangan bilang kamu sering keluar dengan baju seperti itu?"

"Tentu tidak! Aku bahkan tidak pernah keluar vegas! Mana mungkin aku ke keluarga utama dengan baju seperti ini."

Ucapan pete sedikit membuat ku tenang.

"Ya sudah. Cepat ganti bajumu." Aku memperingati dia satu kali lagi.

"Jika aku tidak mau bagaimana?"

Pete mode nakal selalu membuatku memiringkan sebelah bibir ku.

"Kemarilah. Biar ku buat tanda di paha mu hingga kamu malu untuk menunjukannya." Kata ku ikut menantangnya.

"Tidak, aku tidak ingin ke sana." Pete masih menggoda ku.

"Kamu ingin kesini sendiri atau aku yang menghampiri mu disana?"

"Baiklah baiklah. Aku akan ganti baju."

Aku membuka ponsel ku sambil menunggu pete. Tak lama pete datang bersama venice.

Mereka menggunakan overall jeans . Yang dilengkapi dengan kaos berwarna putih milik venice dan sweter putih milik pete.

Pete memberikan ku sweter putih yang sama dengan nya dan celana jeans.

"Aku tau kamu pasti tidak ingin menggunakan ini. Jadi aku membeli celana jeans dengan warna yang sama dengan overall kami. Cepat pakai!" Pete berbicara sambil menunjuk overall yang dia gunakan.

Aku hendak membuka baju ku.

"Vegas! Buka baju mu di kamar!"

Hahaha ternyata pete bisa bersikap posesif seperti ini.

"Baik, khun pete." Aku menarik hidung pete dan naik ke atas untuk mengganti baju.

Setelah selesai aku turun dan melihat pete sedang mengotak atik ponselnya.

Sepertinya dia sedang bertukar pesan.

Aku jalan melewati venice yang sedang merangkak disekitar ruang TV. Aku sangat terkejut pertama melihat nya. Namun kata pete itu karna venice sudah berusia 10 bulan.

Aku duduk di samping pete. Dan melihat ponselnya dari samping.

"Siapa? Khun?" Aku tidak melihat dengan jelas siapa pengirim pesan itu. Sepertinya itu khun.

"Iya. Dia mengajak ku ke bar yok lagi nanti malam. Boleh aku pergi?" Pete berbicara sambil menatap ku.

"Lagi? Kapan kamu pernah ke bar yok?" Tanya ku karna bingung dengan kata yang pete gunakan.

Pete terlihat salah tingkah sekarang. Ada apa?

Lalu aku mendengar notif ponsel pete yang terus berbunyi.

"Kenapa lagi dia?"

"Dia bilang rindu aku. Dia ingin main ke sini namun aku bilang kita ingin pergi. Dan dia marah." Pete sibuk membalas pesan dari kakak ku yang gila itu.

"Biarkan saja dia marah. Tidak ada rugi nya untuk kita kan?"

Aku bangun dan mengangkat venice. Menggendong dengan mendudukan nya di bahu ku.

"Ayo pergi, pete!"

Aku sudah di depan pintu. Namun pete belum juga bangun dari sofa. Masih sibuk dengan ponsel nya.

"Pete." Aku mencoba memanggil nya.

"Pete." Aku memanggil nya sekali lagi. Kali ini dengan nada yang lebih rendah.

"Vegas, setelah makan es krim kita ke keluarga utama ya?" Pete bangun dari duduk nya dan menghampiri ku.

"Untuk apa?"

Aku menurunkan venice. Dan menggendong nya dengan benar.

"Hanya ingin.." pete terlihat sedang khawatir tentang sesuatu.

"Baiklah. Ayo cepat. Es krim sedang menunggu kita!"

Ucapan ku disambut dengan senyum pete.
.
.
.

It's over.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang