Ice cream

925 111 11
                                    

Kami pergi ke salah satu mall yang dekat dengan rumah. Itu pilihan pete. Katanya untuk menghemat waktu.

Aku turun dan mengambil venice dari pangkuan pete.

Menggendong nya dan pete melingkarkan tangan nya di lengan ku.

Kami duduk di toko es krim yang lumayan terkenal.

Pete memesan es krim yang dia suka. Lalu memakannya. Sesekali dia membiarkan venice mencicipinya.

"Vegas, aku titip venice dulu ya. Aku ingin ke toilet."

Aku membuka ponsel ku. Melihat nama porsche disana.

Porsche: "Kamu sedang bersama pete? Tidak bisa menemui ku sekarang? Aku belum menemukan jalan keluar. Bantu aku vegas, aku mohon.'

Vegas: "Setelah ini aku akan kesana. Sepertinya khun menyuruh pete pergi kesana. Temui aku disana saja."

Porsche: "oke"

"Ayo pulang vegas."

Aku bahkan tidak sadar kapan pete datang.

Kami pun berjalan keluar. Dengan venice yang digendong oleh pete.

"Phi!!"

Aku dan pete terkejut karna ada yang menarik baju belakang kami. Membuat kami menengok ke belakang.

"Phi sedang apa disini?"

Itu macau. Sepertinya dia bersama teman kuliah nya.

"Harusnya aku yang bertanya Seperti itu. Kenapa Kamu ada disini?" Pete membalikkan pertanyaan macau.

Mall ini lumayan jauh dari universitas nya macau. Sepertinya dia sedang membolos.

"Aku ada kelas sore. Temanku mengajak ku menonton film. Jadi, disinilah aku." Macau menjelaskan.

"Oh jadi ini phi pete? Phi pete! masakan mu sangat enak!"

Anak perempuan dengan rambut panjang itu memberi pujian tentang makanan pete.

Tunggu, darimana dia tau rasa masakan pete?

"Phi pete, ini orang yang membuat ku tidak kenyang ketika makan. Dia selalu minta makanan ku, phi!" Ucap macau yang langsung dipukul oleh perempuan itu.

"Benarkah? Terimakasih. Aku akan membawakan lebih banyak lain kali"

pete sangat ramah kepada siapapun. Terkadang itu membuat ku cemburu.

Aku hanya memperhatikan mereka mengobrol dengan cermat.

"Phi, orang ini bilang akan mencium orang yang memasak makanan yang sering aku bawa. Sana cium phi ku! Hahahaha"

macau menunjuk satu laki laki dengan kulit putih dan wajah kecil seperti orang korea.

Aku menatap tajam anak laki laki itu.

Anak laki laki itu hanya bisa menunduk sambil menyikut tangan macau.

"Cukup bercandanya, anak anak. Lain kali kalian main lah ke rumah macau. Aku akan memasakan sesuatu untuk kalian."

Pete menarik tangan ku. Sungguh, aku seperti terbakar sekarang.

"Kamu sangat ramah ya, pete" Aku mencoba untuk menggodanya. Padahal hati ku sangat kesal.

Ingin rasanya mencongkel semua gigi dimulut anak itu.

"Dia teman macau. Tentu saja harus ramah."

Aku hanya diam.

Sebenarnya aku malu jika cemburu dengan anak ingusan. Jadi, aku memilih tidak mengatakan apapun.

"Kamu cemburu dengan mereka? Vegas! Mereka anak anak. Kenapa Kamu sangat lucu."

Pete berdiri di depan ku dan mengusap rambut depan ku. Di depan umum. Ini pertama kalinya dia melakukan itu.

Aku mencium bibir pete. Tentu saja pete terkejut. Wajah nya juga ikut memerah.

"Vegasss..!" Pete dengan cepat melihat ke kanan dan ke kiri.

"Hahaha" Aku hanya tertawa dan merangkul pinggang milik pete.

Aku dan pete kembali ke mobil dan langsung berangkat ke keluarga utama.

Ketika sampai aku langsung menggendong venice. Membiarkan pete berjalan disampingku.

"Peteee!! Aku merindukanmu!" Khun langsung memeluk pete dan membawanya masuk ke dalam.

Pete hanya pasrah mengikuti kemana khun membawanya.

"Vegas, aku titip venice sebentar!"

Mereka naik ke lantai atas. Sepertinya akan ke kamar khun.

Aku berjalan ke arah halaman belakang.

Ingin menunjukkan ikan milik khun ke venice. Pasti venice belum pernah melihatnya kan.

"Venice, itu namanya ikan."

Aku mendekatkan wajah venice ke kolam. Agar dia bisa melihat dengan jelas bagaimana bentuk ikan.

"Vegas!"

Porsche memanggil dan menghampiri ku. Eh, sepertinya ada chay dibelakang nya.

"Phi vegas, boleh ku ajak venice main di kamar ku?"

Aku memberikan venice ke chay. Yang langsung di bawa pergi oleh nya.

"Bagaimana sudah dapat rencana nya?"

Aku bertanya kepada porsche.

"Kamu yang pergi."

Aku sangat lelah dengan nya.

"Aku tidak bisa porsche."

"Kamu bisa. Aku akan memberikan cincin ini kepadamu. Lalu kamu yang berangkat."

Aku terkejut dengan yang dikatakan porsche. Maksud ku, aku tidak mau ikut campur lagi dengan urusan seperti ini.

"Aku tidak mau. Aku hanya membantu mu. Bukan mengambil alih semuanya."

Aku berniat untuk pergi. Tapi porsche menahan tangan ku.

"Aku mohon. Aku tidak mengerti apapun tentang hal ini. Hanya kau yang dapat aku percaya, vegas. Aku berjanji tidak akan mengganggu mu lagi setelah ini." Porsche memohon padaku.

Dia aneh. Jika semua sudah beres untuk apa dia mengganggu ku kan.

"Biarkan aku berpikir."

Aku hendak pergi. Namun terdiam ketika melihat pete sedang menghampiri ku.

"Halo porsche! Apa kabar? Sudah lama aku tidak melihatmu."

Pete menyapa porsche. Mereka mengobrol berdua.

Sepertinya mereka juga rindu satu sama lain. Mereka selalu bersama dulu.

Aku menunggu pete selesai mengobrol. Aku juga ingin merokok satu batang saja. Namun pete mengambil rokok ku, padahal pete masih mengobrol dengan porsche.

Akhirnya aku menunggu sambil melihat ikan jelek milik khun.

"Vegas, mana venice?" Pete bertanya padaku. Sepertinya obrolan mereka sudah selesai.

"Chay membawa nya tadi."

Aku menjawab sambil mengajak pete untuk berjalan pergi dari halaman. Dengan porsche dibelakang kami.

Aku merangkul bahu pete. Menurunkan tangan ku hingga jari ku mengenai puting pete.

Tapi pete menggenggam jari ku, membuat ku tidak bisa bermain lagi disana.

Kami pergi ke kamar chay untuk mengambil venice.

"Terimakasih, phi chay!" Pete menggerakkan tangan venice. Venice juga terlihat senang bermain dengan chay.

Ketika sampai rumah, hari sudah gelap. Venice juga sudah tertidur. Pete meletakkan nya dikamar. Dan mandi bersama ku.

Setelah nya kami tidur dengan berpelukan.

Kuharap akan ada lebih banyak kesempatan untuk menikmati hari seperti hari ini.

It's over.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang