Improve

978 143 4
                                    

Vegas pov

Aku menunggu sambil melihat ponsel ku. Memperhatikan seberapa banyak pekerjaanku.

Setelah aku memutuskan hubungan dengan keluarga theerapanyakul. Semua kolega yang ku kenal mulai meminta ku untuk bergabung ke perusahaan mereka.

Aku hanya memilih secara random, perusahaan yang bergerak dibidang yang sama dengan keluarga theerapanyakul.

Bisa dibilang, aku adalah saingan dari theerapanyakul sekarang.

"Pete, sudah selesai?"

Aku berbicara pada pete yang baru saja keluar dari toko tempatnya bekerja.

Sudah lebih dari dua minggu aku mengantar dan menjemput pete ke tempat kerja nya.

Setiap pagi sebelum pete berangkat aku sudah ada di rumah nenek nya. Dia tidak membiarkan ku menginap.

Jadi aku benar benar pergi dari pusat kota ke kampung pete untuk menjemput nya setiap hari.

"Vegas.. aku ingin makan makanan yang manis. Aku bosan dengan masakan nenek ku yang selalu pedas."

Pete merengek sambil memegang lenganku.

Jangan salah paham. Dia belum memaafkan ku.

Terkadang dia sangat manja kepadaku. Kadang pula dia hanya menganggap ku sebagai angin yang tidak terlihat.

Tapi, setidaknya aku bersyukur karna pete masih mengijinkan ku untuk melihat nya.

Walaupun, aku tidak menyangka. Anak kecil yang tadinya ku benci, sekarang menjadi jembatan yang menghubungkan aku dengan pete.

(Aku tau ini udah ga dapet feel nya, tapi masih harus aku tulis buat nunjukin perjuangan vegas)

Flashback

"Pete, kamu bukan hewan peliharaan. Kamu adalah orang yang penting dalam hidup ku."

Aku masih mencoba untuk tidak membiarkan pete pergi.

"Jika kamu menganggap ku penting, kamu tidak akan meninggalkan ku, vegas."

Pete melepaskan tangan ku yang masih memegang lengan nya. Lalu pergi meninggalkan ku.

Aku hanya menatap punggung pete yang terus menjauh dari hadapanku.

Aku bahkan tidak bisa menahan nya karna semua yang dikatakan itu benar.

"Pete! Setidaknya ijikan aku untuk bertemu venice! Kamu bilang aku juga ayah nya kan!"

Aku berteriak. Membuat pete berhenti. Dan aku langsung berlari ke hadapan nya.

"Pete, aku ayah venice bukan? Biarkan aku melihat anak ku juga."

Aku mencoba memegang tangan pete kembali. Tapi pete menolak nya.

"Baiklah. Kamu boleh membawa venice ketika kamu sedang senggang. Bagaimanpun, venice adalah adik mu juga, bukan?"

Setelah mengatakan itu, pete berjalan ke arah rumah nenek nya.

Tunggu, ini bukan yang aku mau.

Aku mengejar pete kembali. Tidak membiarkan nya untuk masuk ke dalam.

"Aku sibuk. Tidak ada hari libur. Aku akan ke sini setiap aku pulang kerja."

Pete hanya diam menatap ku.

Dia seperti sangat tidak ingin bertemu dengan ku. Dan itu terasa sangat meyakitkan.

"Terserah."

Pete kemudian masuk ke dalam rumah. Membanting pintu dengan cukup keras.

It's over.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang