a little pain

885 112 15
                                    

Vegas pov

Aku meregangkan pinggang ku yang sangat sakit.

Bagaimana tidak, aku duduk dari pagi hingga sore di depan laptop ku.

Pete sampai menyuapiku untuk makan. Karna makanan yang dia bawa untuk ku sama sekali tidak tersentuh.

Aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaan ini dengan cepat.

Aku membuka pintu kamar dan menghampiri pete yang sedang duduk di sofa.

Dia memperhatikan macau dan venice yang sedang bermain di lantai.

"Petee.. kepala ku sakit!"

Aku memeluknya. Membuat nya fokus memperhatikan ku.

"Mau ku ambilkan obat?"

Pete mendorong bahu ku. Lalu memegang kening ku dengan punggung tangan nya.

"Tidak perlu. Pijiti sama kepala ku."

Aku tersenyum ke arah nya. Aku hanya ingin perhatiannya.

"Baiklah. Sini."

Aku duduk di antara kaki pete.

"Wahh ini enak, pete."

Aku memejamkan mataku. Menikmati gerakan tangan pete yang membuatku tenang.

Tak lama khunn dan 2 pengawalnya datang.

"Pete, ayo keluar untuk makan!"

Sepertinya dia berdiri di depan ku. Aku masih memejamkan mataku. Tidak ingin melihat kakak ku yang gila.

"Aku akan pergi nanti bersama vegas saja, khun no. Kepala vegas sedang sakit sekarang." Pete masih memijat kepala ku.

Jawaban pete membuat ku tersenyum. Pete selalu memilih ku daripada khunn.

"Copot saja kepala mu, vegas! Macau ingin ikut bersama kami untuk makan?" Khunn mengajak macau.

Itu sungguh membuatku terkejut. Hingga aku membuka mataku.

"Tidak. Aku akan disini dengan phi pete." Tentu macau menolak.

"Dasar. Kalian semua seperti buntut pete! Baiklah, aku pergi! Kinn, porsche cepatlah!"

Kepalaku tambah sakit mendengar teriakan khunn.

Tak lama kinn dan porsche turun.

"Pete, tidak ikut?" Kinn bertanya pada pete.

Ada aku, macau dan pete. Tetapi kinn hanya menanyakan pete? Apa maksudnya?

"Tinggalkan saja vegas sendiri disini pete. Untuk apa kamu memijat kepala dia. Buang saja kepalanya nanti juga sembuh. Haha" Porsche mulai mengejek ku.

"Aku akan makan bersama vegas, khun kinn. Nikmati makan malam kalian!" Pete berbicara namun tangan nya masih memijat kepala ku.

"Sudah sana cepat pergi!" Aku mengusir mereka. Sangat berisik.

Setelah semua pergi, rumah jadi tenang. Hanya ada suara TV. Serta macau yang sedang mengajak bicara venice.

"Pete, kamu ingin makan apa?"

Aku bertanya sambil menatap nya. Membuat nya berhenti memijat ku.

"Apa saja boleh. Kamu ingin sesuatu?"

Dagu pete di punuk kepala ku sekarang.

"Kita keluar dulu. Baru putuskan ingin makan apa. Setuju?"

Aku bertanya tanpa menggerakkan kepala ku. Takut dia terganggu dengan itu.

"Tentu. Tapi sebelumnya mandi dulu. Rambut mu bau."

Aku pun mandi dengan pete yang membantu ku mencuci Rambut.

.
.
.

Kami sampai di salah satu restoran terdekat. Sepertinya restoran ini menyediakan banyak makanan.

"Aku bingung. Pesan yang mana ya?" Macau terlihat bingung seperti sedang memilih istri sekarang.

"Akan aku rekomendasikan. Ini. Ini. Ini. Dan ini."

Aku terkejut ketika melihat pete menunjuk beberapa makanan.

Kenapa dia begitu yakin?

Kami memesan semua makanan yang pete rekomendasikan.

Sungguh, itu semua sangat lezat.

"Wahh phi pete kamu memilih makanan dengan sangat baik. Darimana kamu tau jika itu rasanya akan enak? Terlihat dari gambarnya kah?" Macau bertanya kepada pete yang sedang membersihkan venice.

"Aku pernah merasakan hampir semua. Dan yang paling enak yang tadiku pilih."

Tunggu, kapan pete merasakan makanan Inggris?

"Apa? Kapan kamu punya kesempatan untuk mencicipinya?" Aku mulai penasaran dan menanyakan padanya.

"Ketika aku pergi bersama khun kinn. Kami mampir ke hampir semua restoran. Jadi aku dapat mencicipi semuanya."

Pete bicara dengan sangat enteng. Seperti itu adalah hal kecil.

"Ohh ketika kamu pergi seharian itu ya?" Macau menimpal perkataan pete.

Aku menatap tajam macau. Membuatnya menahan bibir nya untuk tidak bertanya lagi.

"Venice, ingin lihat ikan tidak? Ayo lihat bersamaku!" Macau menggendong venice dan membawanya ke kolam ikan yang dekat dengan meja kami.

"Pete."

Aku memanggil pete yang masih sibuk merapihkan alat makan venice.

"Ya?"

"Kamu senang pergi dengan kinn kemarin?"

Aku hanya penasaran. Sungguh.

"Ya, itu menyenangkan. Tempat nya bagus."

Jawaban pete membuat hati kecil ku sakit.

"Kamu jahat."

Aku mengambil ponsel ku dan memainkan nya. Hanya menscroll menu ku.

"Eh? Ada apa?"

Aku tidak menjawab pertanyaan pete. Aku hanya diam. Membuat pete menghampiriku.

Tapi tiba tiba macau datang bersama venice yang menangis.

"Venice kenapa, macau?"

Anak itu mengambil perhatian pete lagi.

Sekarang pete hanya fokus pada venice yang menangis karna macau memasukan venice kedalam mulut dari patung ikan hiu.

"Aku hanya ingin venice merasakan dimakan ikan hiu, phi." Macau membela dirinya sambil tertawa.

Adikku terkadang memang bodoh.

Setelah selesai dengan semua drama ini. Kami kembali ke rumah.

Sampai dirumah pete langsung menidurkan venice dengan macau di sampingnya.

Setelah nya, pete menghampiri ku. Kami tidur berpelukan di sofa yang sempit hingga pagi.

Walaupun ketika pagi badan ku terasa kebas di setiap bagian.
.
.
.

It's over.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang