Chapter 8: school pt.2

59.6K 5.7K 40
                                    


Setelah berkenalan dan resmi menjadi teman. Mereka, mikael, Lio dan Liona berkumpul di lapangan yang luas bersama siswa siswi baru untuk mendengarkan pidato penyambutan siswa baru dari kepala sekolah dan anggota OSIS.

Cuaca pagi ini sangat cerah dan terik. Mereka bertiga berdiri di barisan paling belakang. Mikael menggaruk pipi nya yang memerah, wajah nya cemberut karena merasa tidak nyaman, dia merasa haus dan panas.

"Haus.." Mikael merengek pelan. Lio yang berdiri di sebelah nya menoleh.

"Mika haus ya, sama kok Lio juga haus." Ucap nya sambil mengipasi wajah nya dengan tangan.

Mikael mencebik kan bibir nya. Dia menatap Lio dan Liona dengan memelas. "Ih kita kabur aja yuk? Pidato nya lama banget."

Lio menatap mikael dengan berbinar dia mengangguk dan akan mengiyakan ucapan Mikael tapi Liona sudah menyela ucapan nya terlebih dahulu. "Sabar dulu ya, nanti kalo Ketauan kita bakal di hukum." Liona menenangkan sambil mengipasi dua anak itu dengan kardus yang entah ia dapat dari mana.

Mikael dan Lio sama sama mencebik lucu. Sedangkan Liona hanya menghela nafas dan menggelengkan kepala nya melihat dua mahluk imut itu yang merajuk.

....

"Ah~ seger nya." Mikael berseru senang saat rasa dingin menyapa tenggorokan nya.

Akhirnya setelah sekian lama berdiri di lapangan mendengarkan pidato penyambutan, mereka sudah bisa beristirahat dan mendinginkan tubuh.

"Pegel banget.." keluh Lio.

Wajah mereka bertiga merah dan berkeringat. Liona mengambil tissue dan mengelap keringat Lio dan Mikael.

Ah Liona ini memang cewek dominan idaman.

Mereka mempunyai banyak waktu untuk beristirahat sambil menunggu pengumuman pembagian kelas.

Mikael mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru Kantin yang di penuhi oleh para siswa. Remaja mungil itu melamun sejenak memikirkan kehidupan nya di sekolah dulu saat masih menjadi Ananda Mikael. Dulu dia bahkan tidak berani menginjakkan kaki nya di kantin sekolah, tentu saja karena tidak memiliki uang dan alasan terbesar nya adalah dia akan dibully.

Tapi sekarang? Mikael bisa merasakan berada di kantin, duduk bersama teman dan membeli makanan apapun yang dia ingin kan.

Ah iya, ngomong ngomong seperti nya mikael bisa menghindari awal takdir tragis nya. Dia tidak bertemu ataupun menyinggung protagonis wanita. Ataukah belum?

Lamunan nya Buyar saat mendengar suara bising dari murid murid yang meneriakkan nama protagonis pria dan teman teman nya.

Mikael menatap Lio dan juga Liona yang saling menyender satu sama lain  yang juga sedang menatap objek yang memicu keributan.

Di sana, di pintu kantin 4 orang pemuda berparas tampan berjalan berdampingan. Sekali lihat Mikael sudah tau mereka adalah para tokoh penting terutama dia, pemuda paling tampan di antara teman teman nya. Pemuda yang berjalan di tengah tengah bagai seorang pangeran.

Harvey Atlanta Mahawira.

"Wah.." mikael menatap kagum wajah tampan mereka. Perkiraan nya benar, para tokoh utama menang luar biasa. Baik itu rupa, aura dan pesona. Sayang sekali mereka adalah sekian orang penyebab mikael dibully dan bunuh diri.

"Mereka ganteng banget, tapi masih ganteng Lio sih." Lio menopang dagu nya sambil menatap keempat pemuda yang menjadi pusat perhatian itu dengan tatapan kagum.

Tuk

"Kamu itu imut bukan ganteng." Liona menyentil kening Lio membuat remaja manis itu meringis.

"Aduh."

"Kalian jangan Deket Deket sama mereka ya." Liona berbicara sambil menatap Mikael dan Lio dengan tatapan serius seolah olah sedang memperingati anak kecil yang tidak boleh sembarangan mengajak orang bicara.

Siapa yang mau dekat dekat mereka hump! Aku bisa bisa mati! Batin Mikael. Dia tanpa sadar mengerucut kan bibir nya dan mengerutkan kening nya.

"Kenapa emang nya? Ona kenal mereka? Kok aku gatau sih?" Lio bertanya.

"Kenal lah, siapa sih yang ga kenal Most wanted sekolah ini. Anak SMP juga tau kali." Jawab Liona dengan acuh.

"Aku ga tau tuh." Mikael dan Lio berucap bersamaan.

Liona hanya mengangkat bahu nya. "Intinya jangan Deket Deket mereka ya, mereka itu banyak fans nya, kalian ga mau kan di bully?"

"Tanpa dekat dekat mereka pun, di novel aku tetep di bully." Lirih nya tanpa ada yang mendengar, dia melirik sekilas pada kumpulan protagonis itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]suddenly become an extra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang