Chapter 44

36.1K 3.6K 117
                                    


"AAAAAKHH Mikael anjing! Sialan! Bocah bangsat!" Ela mengusap rambut nya dengan kasar. Dia menatap cermin dengan tajam.

Hari ini dia sangat sial, pertama saat pagi tadi di sarapan nya ada hewan menjijikan, kedua, gosip tentang nya yang merebut pacar orang sudah beredar, ketiga, dia dijauhi oleh teman teman sekelas yang dulu memuja nya, ke empat saat di makan di kantin dia dipermalukan karena di makanan nya ada hewan menjijikan lagi, dia di tertawakan dan di ejek, hal itu membuat harga dirinya tergores. Dan semua karena siapa? Yap, karena mikael sialan itu.

Ela tidak terima dipermalukan seperti ini. Dia tidak akan membiarkan mikael lagi kali ini, Ela mengerang kesal, mengapa mikael seolah tak kapok membuat nya marah dan kesal.

Oh Ela, tidak sadarkah kamu? Semua nya kamu lah yang mengawali. menyalahkan orang lain dan membuat dirimu sendiri seperti orang bodoh.

Ela mencengkram erat wastafel, dia menggertakkan gigi nya. Harus dengan cara apa dia membuat mikael itu menderita? Haruskah Ela membunuh nya?

"Bener! Kayaknya gue harus cepet cepet nyingkirin mikael, dia harus mati. Dia harus lenyap dari dunia ini." Gumam nya, Ela menggigit bibir bawahnya. "Tapi gimana caranya?" 

Lama Ela berfikir, sebuah ide melintas di kepala nya. "Ah gue kan masih punya Raven dan om Arya. Hm, om Arya kayaknya yang lebih bisa bantu gue, dia punya kekuasaan. Gue bisa minta dia buat bayar preman dan lenyapin mikael sialan itu." Ucap Ela, gadis itu menyeringai iblis. Dia tertawa puas dengan rencana nya.

Tidak sia sia dia menggoda Arya. seorang pria yang berusia lebih tua 30 tahun dari nya. Menggoda seorang pria tentu saja adalah keahlian Ela—atau lebih tepat nya Inara. Inara tidak bisa menghentikan Begitu saja kebiasaan nya di dunia nya dulu sebagai seorang penggoda.

Dia berhasil membuat seorang pria tua yang sudah beristri dan memilik anak tunduk padanya. Arya, pria berusia 47 tahun yang merupakan seorang pengusaha kaya raya. Arya sangat tergila gila pada nya, dia pasti mau melakukan apapun untuk nya. Ela sangat percaya diri.

Dia juga menggoda seorang pria yang seumuran dengan Abang pertama nya, Raven. Raven adalah pria bodoh padahal pria itu terkenal pintar di kampus nya. Raven mau saja memutus pacar nya hanya demi Ela, Ela merasa bangga karena bisa membuat pria sempurna tapi bodoh seperti Raven jatuh pada nya. Tapi Ela agak sedikit tidak menyangka bahwa kekasih Raven ternyata adalah sahabat Abang pertama nya.

Dia bisa saja meminta bantuan pada Raven untuk melenyapkan Mikael, Raven juga berasa dari keluarga kaya raya. Tapi Raven terlalu labil, dan juga sepertinya Raven masih menyukai mantan kekasih nya, Clara. Jadi Ela tidak terlalu percaya pada Raven.

Satu satu nya yang dia percaya adalah Arya, meski Arya bisa kapan saja mengkhianati nya atau bahkan Arya tidak mau menuruti nya, Ela tinggal mengancam pria tua itu, mengancam akan membeberkan perselingkuhan mereka pada anak dan istrinya. Pria tua itu pasti akan ketakutan dan akan menuruti semua permintaan nya.

"Nice, Lo emang pinter Ela." Gumam Ela, gadis itu menyisir rambut nya kebelakang. "Gue pastiin mikael bakal bener bener lenyap dari dunia ini, dan setelah itu tiba, mereka semua, Sebastian, Atlanta, dan Jayden bakal jadi milik gue." Ucap nya.

Ela kemudian mengeluarkan ponsel nya dan menelepon seseorang. Dia menatap cermin di depan nya dengan tatapan khas seorang pelacur. "Halo om~aku mau ketemu sepulang sekolah nanti, bisa kan?" Ela berkata dengan suara manja ketika seseorang Disana menyapa nya.

"......."

"Iya dong aku kangen sama om~hihi iya..aku juga kangen main sama om." Ucap nya dengan suara centil.

"..."

"Oke om~ nanti aku ke kantor Om, see you ya muach.." Ela memberikan kecupan pada ponsel nya dengan suara manja.

Tanpa menyadari seseorang yang sedari tadi bersandar di luar pintu toilet dengan tatapan datar dan tangan yang mengepal. Satu tangan nya kemudian mematikan rekaman suara di ponsel nya dan pergi begitu saja dari sana dengan langkah tegas.

"Bitch, disgusting."

***

"Aiden tunggu!" Camila menahan tangan Aiden yang tetap berjalan tanpa mempedulikan nya.

Aiden menghempaskan tangan gadis itu, dia yang biasanya berwajah konyol dan ramah kini memiliki ekspresi dingin di wajah nya.

"Aiden..."

"Stop sebut nama gue dengan mulut kotor Lo." Cetus Aiden, dia menatap rendah Camila.

Camila merasa kesal dan sedih diperlakukan seperti itu oleh tunangannya sendiri. Wajah gadis itu memerah. "Aiden! Kenapa Lo jahat banget, gue itu tunangan Lo!" Ucap Camila.

Aiden berdecih. "Siapa yang tunangan Lo? Gue enggak sudi." Balas nya dengan tajam, Aiden kemudian segera meninggalkan Camila.

Camila mengepalkan tangan nya, hati nya terasa sakit mendengar ucapan Aiden. "Aiden tunggu dulu."

Aiden berdecak. "Apa lagi?!" Sentak nya.

Camila berusaha mengabaikan perlakuan kejam Aiden. Dia menatap Aiden dengan tatapan lembut. "Mama ngundang Lo buat makan malem, Dateng ya?

Aiden memutar bola mata nya malas. "Enggak, siapa yang mau Dateng? Gue sibuk." Balas nya dengan dingin.

"Tapi Aiden—"

"Enggak, gue bilang enggak ya enggak." Balas nya dengan suara rendah. Aiden kemudian melihat ocha di ujung sana sedang berjalan sambil mengunyah ice cream, tatapan Aiden berubah, pemuda itu berbinar. Tanpa mempedulikan Camila lagi, Aiden segera berlari pada Ocha.

"Cha!"

Mendengar Aiden memanggil nya, ocha segera melarikan diri, malas berurusan dengan orang gila dan konyol seperti Aiden. Tapi Aiden segera mengejar nya, dan jadilah mereka bermain kejar kejaran di lapangan.

"Aiden!" Camila menatap Aiden dengan sedih, wanita mana yang tidak sedih melihat tunangan yang sangat di cintai nya malah pergi kepada wanita lain? Camila mengepalkan tangan nya, kenapa harus Ocha....

...lagi?

"Heh, gimana rasanya dicuekin Aiden?"

Camila tersentak dan menatap elena yang entah sejak kapan berdiri di belakang nya sambil tersenyum mengejek.

"Apa maksud Lo?" Tanya Camila dengan tatapan tak suka.

Elena melipat tangan nya di depan dada. Dia menatap Camila dengan tatapan mengejek. "Dulu siapa ya yang bilang kalo Aiden bakal lebih bahagia sama lo?" Elena berkata dengan main main. Dia menatap aiden dan ocha yang bermain kejar kejaran dengan tatapan lembut.

Namun tatapan nya berubah menjadi penuh ejekan lagi ketika melihat Camila. "Yah, hubungan hasil ngerebut biasanya enggak bakal berhasil sih." Setelah mengucapkan hal itu elena segera membalikan badannya dan pergi sambil memainkan rambut nya.

Camila mengepalkan tangannya, dia membuang pandangan nya dan menatap lantai dengan nanar. gadis itu kemudian menatap tunangan nya yang kini duduk di tepi lapangan dengan Ocha.

Tatapan nya yang tadinya redup kini menyala kembali. Tidak, Camila tidak akan membiarkan siapapun mengambil Aiden nya lagi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]suddenly become an extra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang