Chapter 39: Keira

43K 4.3K 114
                                    


Mikael bertepuk tangan dengan riang. Kini kasur nya dipenuhi oleh boneka bebek, sekarang lebih banyak daripada sebelumnya. Ia berfikir untuk memberi masing masing satu untuk si kembar Liona dan Lionel.

Jayden sudah pergi ke kantor bersama Daddy nya, meski sekarang hari Minggu mereka tetap bekerja karena ada beberapa masalah di Perusahaan. Sebastian pergi berkumpul dengan teman teman nya. Di kamar ini hanya tersisa mikael, ada juga Sania dan Ishaira yang memantau. Ishaira sibuk memotret kelucuan Mikael dan mengirim foto nya pada ocha.

Sania sendiri sedang membaca majalah nya. Wanita itu melirik keluar jendela kamar anak nya yang langsung berhadapan dengan taman, Disana ada ayah mertua nya sedang bermain bersama burung dan tanaman. Adapun Melinda, Sania tidak tahu kemana ibu mertua nya pergi, dan Ela...Sania mendengus, lupakan! Dia tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Melihat mikael yang menatap boneka nya, dan melihat Ishaira yang memotret mikael membuat Sania berfikir untuk ikut memfoto mikael untuk ia pamerkan kepada geng sosialitanya. Hehe meraka pasti iri  pada nya karena memiliki anak selucu ini.

"Mom boleh enggak aku kasih dua buat temen aku." Mikael bertanya tanpa mengalihkan tatapan dari boneka baru nya.

"Boleh dong sayang." Jawab sania lembut.

Mikael kemudian terdiam, untuk beberapa alasan dia tiba tiba saja memikirkan Atlanta. Memikirkan kakak kelas nya itu yang membantu ia mengobati tangan nya membuat mikael berfikir untuk memberi Atlanta satu boneka nya, apa akan di terima? Ya semoga saja.

***

Hari ini Ela pergi bermain bersama teman teman nya, Keira dan Camila. Dia juga bercerita pada dua teman nya kalau dia hampir di usir dari rumah jika saja tidak ada sang Oma. Tapi Ela tidak mengatakan alasan dia di usir yang sebenarnya, dia mengatakan bahwa mikael dan Ishaira bekerja sama memfitnah nya tentang ia yang membakar boneka mikael.

"Padahal aku enggak pernah bakar boneka nya mikael, waktu itu kan aku seharian di kamar karena punggung aku sakit kena cambuk Daddy." Ucap Ela dengan wajah sedih. Keira dan Camila merasa simpati dan juga kesal pada mikael dan Ishaira.

"Kayak nya kita harus kasih pelajaran lagi deh sama anak itu, kenapa sih suka banget nuduh Ela." Camila berseru dengan marah.

"Tapi untung aja ada Oma aku, jadi mereka enggak jadi ngusir aku."

Keira dan Camila ikut lega, beruntung di rumah itu Ela masih memiliki seseorang yang menyayangi dan selalu membela nya.

Mata Keira membulat ketika melihat mobil yang melaju kencang dekat dengan Ela, tanpa sadar Keira menarik Ela dan menggantikan Ela yang akan tertabrak dengan dirinya sendiri.

"Akhhh!" Tabrakan tak bisa di elakan, Keira menjerit saat merasakan kaki nya terlindas mobil itu.

"KEI." Camila dan Ela berteriak bersama.

Orang orang segera berkerumun menolong Keira dan sebagian menangkap pengemudi mobil yang ugal ugalan itu hingga menabrak pejalan kaki.

"Hiks hiks Keira... Ini salah aku hiks hiks Andai dia enggak Tarik aku dan gantiin aku hiks aku jahat banget." Ela menangis terisak, Camila segera menenangkan meski dia tak kalah khawatir. Melihat sahabat nya tertabrak di depan mata nya sendiri Camila gemetaran.

"T—tenang El, lebih baik kita ikut ke rumah sakit." Ucap nya dengan gemetar. Dia menarik Ela untuk ikut naik mobil ambulans bersama Keira.

Camila juga menghubungi orang tua Keira. Melihat darah yang mengalir di kaki Keira membuat Camila tak bisa menahan air mata nya, Keira adalah sahabat nya sejak SMP, dia sangat takut terjadi apa apa pada Keira.

Sebaliknya, melihat darah yang mengalir di kaki Keira, Ela malah merasa jijik dan mual. Tetapi dia menutupi nya dengan berpura pura menangis. Lagipula, Ela tidak benar-benar merasa bersalah. menurut alur novel ini sudah seharusnya, Keira akan menggantikan nya saat ia akan tertabrak mobil. Ini sudah sepantasnya, Keira harus berkorban untuk protagonis nya.

***

Camila dan Ela menunggu Keira yang sedang di tangani. Tak lama orang tua Keira datang dengan tergesa gesa.

"Kenapa bisa Keira tertabrak?" Ibu Keira bertanya dengan air mata mengalir. Mendengar kabar bahwa putri nya kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit membuat wanita itu ketakutan.

Camila melirik Ela dengan ragu, dia tidak ingin Ela disalahkan oleh ibu Keira, apalagi Camila tahu bahwa ibu Keira itu sangat overprotektif para keira sehingga hal hal yang menyakiti putri nya akan ibu nya hancur kan.

"Pengemudi yang bawa mobil ugal ugalan dan masuk ke trotoar, kebetulan Keira jalan paling pinggir dan dia yang ketabrak. Tante maafin kami enggak bisa cegah Keira sebelum ketabrak mobil itu."

Ibu Keira tidak berkata apa apa, dia hanya menutup wajah nya yang berlinang air mata. Ayah Keira segera menenangkan. Mereka berdua terlihat sedih dan tertekan.

Setelah sekian lama dokter yang menangani Keira keluar dari ruangan dengan nafas yang berat.

"Keluarga pasien?"

"Saya dok! Saya ibu nya." Ibu Keira segera menyahut. Dia mendekati dokter itu dengan penuh harap, berharap putri nya baik baik saja.

Dokter itu menghela nafas, dia menatap orang tua pasien dengan tatapan iba. "Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kemungkinan besar pasien mengalami lumpuh, belum di ketahui apakah sementara atau permanen. Kami akan memeriksa lebih lanjut untuk memastikan nya."

Seketika tangisan ibu Keira semakin pecah.

***

"Gila adik Lo bas! Enggak nyangka gue." Aiden berseru dengan tak percaya setelah mendengar cerita dari Sebastian.

"Tsk dia bukan Adek gue." Dengus Sebastian, pemuda itu menyalakan pematik rokok.

Jan yang duduk di sebelah Sebastian menggelengkan kepala nya. "Ada masalah apa sih dia sampe segitu nya sama mikael?"

Sebastian mengedikkan bahu nya. "ga tau gue, emang dari dulu dia udah kayak Dajjal ketutup sama muka sok polos nya aja." Sebastian berdecih.

Atlanta hanya menyimak, namun didalam hati nya dia memikirkan cara apa untuk membalas Ela. Dia tiba tiba saja mengingat Mikael yang di ganggu oleh teman teman Ela.

"Kemarin Adek Lo di ganggu sama temen temen nya Ela." Celetuk Atlanta.

Sebastian langsung menatap tajam Atlanta. "Kenapa Lo enggak bilang dari kemarin." Pantas saja, kemarin tangan adik nya memar dan saat di tanya mikael tidak menjawab.

Atlanta mengangkat bahu nya tidak menjawab. Sebastian berdecak.

Pemuda tampan itu tampak mengutak-atik ponsel nya, entah apa yang Atlanta lakukan.

"Temen nya si Ela, Camila sama Keira bukan, sih?" Tanya Jan. Yang lain mengedikkan bahu nya.

Kemudian netra Jan beralih pada Aiden. "Camila tunangan Lo kan?"

Aiden memutar bola mata nya malas sambil bergidik. Sebastian menatap Aiden tak suka. "Kasih tau tunangan Lo jangan gangguin Adek gue lagi."

Aiden tidak menjawab, dia hanya berdecih kemudian diam dengan raut datar. Jan menggelengkan kepala nya, entah ada apa dengan Aiden hingga tidak menyukai tunangan nya sendiri.

 Jan menggelengkan kepala nya, entah ada apa dengan Aiden hingga tidak menyukai tunangan nya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]suddenly become an extra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang