Chapter 23: Who told you to sit here?

54.3K 5.1K 119
                                    

"Mikaaa!" Lio berteriak girang saat melihat Mikael memasuki kelas.

Mikael tersenyum lebar menampilkan gigi gigi putih nya saat melihat Lio. "Liooo."

Lionel memeluk mikael dengan erat. Dia kemudian menatap sahabat baru nya itu dengan wajah cemberut. "Mika kenapa kemarin ngga sekolah?" Tanya lio. "Lio kangen tau."

Mikael membalas pelukan Lio. "Mika juga kangen Lio." Balas Mikael.

Mereka kemudian duduk di kursi setelah berpelukan. Lio menatap mikael yang sedang meletakan tas nya. Remaja laki laki itu menopang dagu nya menatap wajah menggemaskan Mikael yang mungkin menjadi favorit nya. "Mika belum jawab pertanyaan Lio." Ucap Lio.

Mikael menatap Lio dengan polos. "Apa?"

Lionel menghela nafas kesal. "Ih kenapa mika ngga sekolah kemarin?"

Mikael mengerutkan bibir nya. Dia memegang dagu nya sambil memasang ekspresi berfikir. "Eum kenapa ya?" Ucap nya main main, dia tertawa kecil saat melihat raut kesal sahabat nya.

"Mika!" Lionel berseru dengan tegas.

"Hehe jangan marah dong. Iya nih mika jawab." Ujar Mikael saat melihat raut kesal Lio. "Kemarin mika pindah dari apartemen ke rumah keluarga baru mika." Mikael menceritakan segala nya, mulai dari dia yang di ganggu oleh preman, kemudian di bawa oleh Abraham ke rumah nya dan berakhir dengan dirinya yang di jadikan anak oleh keluarga Adipradana.

Lio membulatkan mata nya takjub. "jadi sekarang Miko jadi anak keluarga Adipradana?"

Lio memang tahu Mikael ini anak yatim piatu yang tinggal sendirian di apartemen. Dia tidak menyangka Mikael akan menjadi bagian dari keluarga Adipradana. Dia ikut senang akan hal itu, sahabat nya memiliki keluarga lagi dan tidak tinggal sendirian lagi.

"Hum." Mikael mengangguk lucu.

"Berarti kamu jadi saudara kak Bastian sama kak Ela?"

Mikael mengangguk lagi.

"Mereka baik sama kamu?"

Mikael mengangkat bahu nya acuh. "Kemarin kak Ela  nampar aku." Ujar Mikael dengan suara di kecilkan.

"Apa!" Namun Lio berteriak, merasa marah atas perkataan Mikael. "Tuh kan berarti dia bukan orang baik, dia nampar mika. Aku enggak nyangka padahal keliatan nya baik sama polos." Seru Lio. "Kurang ajar." Lio menyingsingkan lengan baju nya, dia ingin menghampiri kakak kelas nya itu untuk memberi pelajaran.

Namun mikael mencegah nya. "Lio ish udah, jangan berlebihan. Lagian Mika kan cowok, ditampar doang bukan apa apa." Ucap mikael sombong. Padahal dirinya kemarin menangis kesakitan dan merengek semalaman karena rasa sakit di pipi nya. Dasar bocah.

"Ish tapi kan—"

"Udah ya, lagian mommy sama daddy udah marahin kak Ela kok." Mikael menenangkan Lio yang masih kesal.

"Tapi kalo dia nyakitin mika lagi, aku ngga bakal tinggal diam. Aku suruh Ona buat hajar dia." Ujar Lio menggebu gebu, dia bertekad untuk melindungi sahabatnya yang menggemaskan ini. Hei apa dia tidak sadar diri?

Mikael hanya mengangguk pasrah.

**

Bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu. Mikael dan Lionel keluar dari kelas, mereka akan pergi ke kantin. Di luar kelas sudah ada Liona yang menunggu sambil menyilangkan tangan nya di depan dada bersandar di dinding.

"Ona!" Mikael berseru.

Liona tersenyum sumringah. "Mika kemarin kenapa ngga sekolah?" Tanya Liona.

"Nanti aku ceritain." Sahut Lionel. Liona mengangguk.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kantin. Memasuki Kantin ternyata sudah ramai oleh para siswa. Mereka bertiga celingkungan mencari tempat duduk.

"Adek!"

Mikael menoleh saat mendengar suara teriakan berat dari seorang pemuda tampan di pojok kantin, tidak hanya mikael dan dua Sahabat nya. Namun seluruh penghuni kantin menoleh, pasalnya yang berteriak barusan adalah Sebastian.

"Sini!"

Semua siswa menyangka Sebastian memanggil Ela, sebab Ela kebetulan berdiri di belakang Mikael dan dua sahabat nya.

Bisik bisik dari para siswa membuat Ela yang berada di belakang mikael menjadi percaya diri, dia tersenyum polos dan berjalan menuju meja yang di tempati oleh empat Most wanted.

Ketika berjalan melewati Mikael, gadis itu memberikan lirikan mengejek pada Mikael. Terkesan merendahkan. "Haha see? Sebastian manggil gue, bukan Lo mikael." Batin nya dengan percaya diri.

Mikael mengerucutkan bibir nya. Dia kemudian melihat ada satu meja lagi dekat dengan meja yang ditempati oleh Abang nya. Kebetulan sekali.

"Disana." Jari mungil Mikael menunjuk pada meja itu. "Masih kosong, Ayo."

Liona dan Lionel mengangguk. Mereka berjalan di belakang Ela karena arah tujuan nya sama.

Mikael menatap punggung Ela yang berjalan dengan percaya diri. Dia tahu, Sebastian memanggil nya bukan Ela. Tapi Ela salah paham mengira Sebastian memanggil gadis itu. Mikael tertawa dalam hati nya, dia ingin melihat bagaimana drama selanjutnya.

"Abang." Ela menyapa Sebastian dengan ceria ketika sudah sampai di meja itu. "Halo semua nya." Ela juga ikut menyapa teman teman Abang nya itu, dia melirik pada Atlanta yang bahkan mengacuhkan sapaan nya, ah—bahkan teman teman Sebastian yang lain—jan dan juga Aiden mengabaikan nya. Ela merasa malu diabaikan seperti itu. Namun dia menebalkan wajah nya, dia sudah merasa senang hanya dengan di panggil untuk duduk bersama Abang nya. Tidak biasanya Abang nya berinisiatif memanggil diri nya.

Mikael tersenyum manis pada Bastian saat ia sudah berada di dekat meja Bastian dan meja yang menjadi tujuan nya.

Bastian membalas tersenyum, lagi lagi semua orang berfikir itu untuk Ela.

Mikael masih berdiri di belakang Ela membuat Lionel dan Liona heran karena mikael tidak segera duduk pada meja yang dia tunjuk tadi.

Mikael sendiri sengaja masih berdiri, dia ingin melihat Sebastian mempermalukan Ela. Katakan saja dia kejam, Mikael tak peduli dia sudah terlanjur tak menyukai protagonis wanita—ah dari awal ia membaca novel itu pun Mikael sudah tak menyukai nya.

"Adek ayo duduk." Ujar bastian.

"Iya Abang." Bukan Mikael yang menjawab, melainkan Ela. Gadis itu masih begitu percaya diri.

Saat gadis itu hendak duduk di samping Bastian, pemuda tampan itu mencegahnya dengan suara dingin.

"Siapa yang nyuruh Lo duduk di sini?" Tanya Bastian tak suka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]suddenly become an extra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang