[END]
mikael's daily life after he lived in the novel world.
_________________________________________
Disclaimer: cerita murni fiksi, tidak benar benar terjadi di dunia nyata.
BL‼️⚠️
Cover by pinterest
Start: 21 Oktober 2022
End : 17 Juli 2023
Abraham yang sedari tadi diam kini mulai melangkah. Dia berjalan dan berhenti di depan Ela, menatap anak itu dengan tatapan merendahkan dan tajam. "Pergi dari rumah ini dan jangan injakan kaki di rumah ini lagi. Kau sudah membuat anak bungsu kesayangan ku menangis dan mempermalukan nama Adipradana." Usir nya dengan nada dingin.
Ishaira dan Sebastian yang sedari tadi menyimak kini bersorak dan bertos ria. Sebaliknya, Ela terdiam bagai di sambar Petir. Jantung nya berdetak kencang, tidak mungkin mereka mengusir nya! Tidak tidak!
"Enggak jangan usir aku dad! Hiks jangan usir aku aku enggak punya siapa siapa lagi hiks." Ela menggelengkan kepala nya dengan keras, dia menangis dan berteriak memohon agar tidak di usir. Sialan, mau tinggal di mana ia jika di usir.
Ela tidak bisa menerima semua ini. Dia adalah protagonis dunia ini bagaimana hal hal bisa jadi seperti ini. Kenapa alur nya hancur?!
"Pergi." Abraham berkata sekali lagi.
Ela menggeleng, dia mencoba menatap Sania. Ya! Sania sangat menyayangi nya, dia pasti tidak akan membiarkan dia di usir. "Mom...jangan usir aku hiks..." Ela mengiba, tapi Sania justru memalingkan wajah nya dengan penuh kekecewaan.
Ela kemudian beralih menatap Sebastian, namun Sebastian menatap nya dengan sinis dan jijik. Ela menunduk, kenapa tidak ada yang membela nya!
Terdengar langkah kaki dari arah tangga, mereka bodyguard yang membawa banyak koper dan barang barang. Ela membulat kan mata nya. Itu semua barang barang nya.
Sialan mereka betul betul ingin mengusir nya. "K—kenapa barang barang aku di keluarin? Jangan hiks aku mohon Daddy mommy jangan usir aku."
Abraham menghela nafas berat. "sudah cukup! Cepat pergi dari sini." Ucap nya dengan suara berat.
"Aku—"
"ADA APA INI?"
teriakan dari arah pintu rumah membuat mereka semua menoleh. Mata Ela bersinar bahagia ketika melihat siapa yang datang.
"Oma!" Ela kemudian berlari dan memeluk nenek tua itu. "Hiks Oma bilang sama mereka jangan usir aku hiks hiks..aku enggak punya siapa siapa lagi hiks."
Abraham menghela nafas gusar. Apa lagi ini, kenapa orang tua nya harus datang sekarang. Di pintu sana dua orang tua berjalan diikuti oleh beberapa bodyguard.
"Hey tenang nak, siapa yang berani mengusir cucu kesayangan Oma, hm?" Melinda, nenek tua itu mengusap lembut punggung cucu nya. Dia menatap tajam pada anak dan menantu nya serta cucu cucu nya yang lain dengan tajam, tatapan nya beralih pada beberapa koper di sana.
"Apa maksud nya ini Abraham? Kau ingin mengusir cucu kesayangan ku? Berani sekali kau hah!" Melinda melotot marah, wajah keriput nya memerah menahan amarah. Berani sekali anak tidak berbakti itu mencoba mengusir Ela cucu kesayangan nya.
"Dia sudah melakukan banyak hal buruk dan mempermalukan nama keluarga kita, ibu." Jawab Abraham dingin. Dia menatap tak suka pada ibu nya—ah atau lebih tepat nya ibu tiri nya.
"Hiks tidak itu tidak benar Oma, aku tidak melakukan apapun. Kak aira dan mikael pasti yang menuduh ku." Jawab Ela dipelukan Melinda.
Mereka semua yang mendengar itu merasa marah. "Berani sekali kau membawa bawa adik adik ku!" Jayden berteriak marah.
"Jayden! Jangan meneriaki cucu ku!" Melinda balas berteriak. Dia menatap tajam mereka semua. "Ela tidak akan kemana mana! Tidak ada yang boleh mengusir nya." Melinda kemudian membawa Ela yang masih terisak di pelukan nya ke kamar gadis itu. "Bawa kembali barang barang itu ke kamar cucu ku." Melinda memerintah Kam bodyguard nya untuk membawa kembali koper Ela.
Abraham mengusap wajah nya frustasi. Rasanya dia ingin membunuh seseorang.
"Abra apa yang sebenarnya terjadi."
Abraham menoleh dan menatap ayah nya dengan datar. Dia mendengus. "Kenapa kalian kemari?" Abraham tidak menjawab pertanyaan ayah nya justru balik bertanya.
Benjamin berdecih. "Aku bertanya tapi kau malah bertanya balik." Jawab nya.
"Tsk lebih baik ayah kembali bersama ibu dan bawa anak itu." Ujar Abraham kemudian berjalan memasuki kamar nya diikuti Sania, tidak peduli sopan santun pada pria tua itu.
Benjamin yang ditinggal kan mendengus, dia kemudian menatap tiga cucu nya yang masih diam di tempat. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya nya. Kakek tua itu duduk di sofa sambil menghela nafas panjang.
Jayden tidak menjawab dia justru berjalan ke kamar adik nya. Begitu pun Sebastian. Benjamin hanya menghela nafas melihat tingkah tidak sopan dua cucu lelaki nya. Hanya tersisa Ishaira yang menatap nya datar. Benjamin tersenyum lebar, memang hanya cucu perempuan nya saja yang sayang pada nya.
"Nak apa yang terja—"
"Tidak tahu." Ishaira pun ikut pergi meninggalkan opa nya.
"Kurang ajar! Orang tua datang bukan nya di sambut dengan hangat, mereka malah meninggalkan kakek tua ini!" Benjamin bersungut-sungut, semua keturunan nya memang tidak punya sopan santun. Lelaki tua itu kini menyenderkan tubuh nya di kursi dan menaikan kaki nya ke atas meja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.