Chapter 22

52.7K 4.8K 94
                                    


"Ya ampun Adek kenapa mas?" Sania berseru panik saat melihat wajah sembab dan pipi bengkak Mikael yang sedang di gendong oleh suami nya. Anak itu menangis sesenggukan.

Abraham menurunkan Mikael di sofa. "Ambil kotak obat." Ujar Abraham dengan suara datar.

Sania mengangguk dan segera mengambil kotak obat. Abraham kemudian segera mengobati luka di pipi anak nya.

"Sebenarnya kenapa ini? Siapa yang lakuin ini sama Adek?"

Abraham melirik Sania sekilas. "Anak pungut kamu itu." Ujar nya.

Sania menatap tak percaya pada suami nya. "Ela?"

"Iya dia nampar Adek." Jawab Abraham singkat.

"Daddy sakit~" mikael mengeluh, pipi nya benar benar terasa sakit. Gadis itu menamparnya dengan sangat keras. Seharusnya Mikael yang menampar gadis itu karena Ela yang mencari masalah duluan pada nya, tapi mikael tidak mungkin melakukan nya, bagaimana pun dia adalah seorang pria yang tidak mungkin memukul wanita.

"Iya iya, nanti sebentar lagi sembuh kok."

Sementara Sania masih terdiam, dia tidak percaya, Ela menampar mikael? Tapi kenapa, setau nya gadis itu terlihat polos dan lembut, oleh karena itu Sania cukup menyukai nya. Tapi sekarang? Dia benar benar kecewa pada anak angkat nya itu.

"Kenapa Ela bisa nampar Adek, hm?" Tanya Sania lembut, melihat pipi anak kesayangan nya yang bengkak membuat Sania merasa tertekan.

Mendengar itu Mikael mengerucut kan bibir nya. "Tadi Ela bilang, mika harus pergi dari rumah ini. Terus mika tanya kenapa mika harus pergi, dia bilang mika cuma anak pungut. Terus mika kesel dong, mika bilang sama dia kenapa ngga dia aja yang pergi, tapi Ela malah nampar mika." Celoteh nya. Mikael berkata jujur.

Abraham dan Sania terdiam mendengar ucapan Mikael.

Melihat hal itu Mikael menunduk sedih, dia pikir mommy dan Daddy nya tidak suka Mikael berbicara seperti itu pada Ela. Jadi dia bertanya lagi dengan suara pelan. "Mika salah ya~?" Tanya nya dengan mata berkaca kaca.

Sania dan Abraham panik saat melihat mata mikael yang berkaca kaca. "Tidak, tidak sayang. Kamu tidak salah, mommy hanya tidak menyangka Ela bisa berbuat seperti itu." Ujar Sania menenangkan mikael.

"Adek sudah benar. Memang seharusnya anak itulah yang pergi dari rumah ini." Kata Abraham. Sejak awal istri nya membawa Ela ke rumah dan berkata ingin mengadopsi gadis itu, Abraham sudah tidak setuju. Apalagi setelah melihat langsung Ela, pria dewasa itu semakin tidak menyukai Ela. Dimata nya Ela terlihat berpura pura polos dan suci. Abraham sangat muak, apalagi gadis itu selalu mencoba menarik perhatian, bahkan Ela sering memfitnah anak perempuan nya, Aira, Abraham tau itu. Namun dia tidak bisa mengusir Ela karena istri nya. Jika bukan karena Sania, Abraham mungkin sudah sejak lama menendang Ela keluar dari rumah ini.

Sementara Sania sendiri mempunyai alasan lain dengan mengadopsi Ela, karena selain alasan 'itu', dia pikir tidak buruk dengan mengadopsi Ela karena gadis itu cukup baik dan polos.

***

Ishaira menendang pintu kamar bercat pink itu dengan kasar sehingga si empunya kamar tersentak kaget.

Raut wajah Ishaira terlihat kesal dan menahan amarah.

Ela, si pemilik kamar tersentak kaget saat pintu kamar nya tiba tiba saja terbuka. Dia mendengus dalam hati nya saat melihat siapa orang yang berani membendung pintu kamar nya.

"Kenapa jalang ini?" Batin Ela saat melihat Ishaira. Namun di permukaan Ela menampilkan senyum polos.

"Kenapa kak?" Ujar nya sambil mengerjapkan mata.

Ishaira berjalan menghampiri Ela yang sedang berbaring santai di kasur nya dengan langkah lebar. Tanpa aba aba gadis itu menjambak rambut Ela.

"Akhh!" Ela memekik. Dia menatap Ishaira dengan memelas. "Kakak lepasin, sakit.."

"Rasain nih, ini balasan buat Lo karena nampar adek gue sialan." Ujar Ishaira dengan nada kesal. Dia mengeratkan Cengkraman nya di rambut Ela.

"Hiks sakit..aku ngga nampar Mikael." Ela meringis sakit. "sialan nih jalang, berani banget Jambak gue agh." Umpat nya dalam hati.

"Ga usah ngeles Lo, selain Lo Dirumah ini siapa yang tega nyakitin Adek gue. Lo yang keliatan ga suka sama Mikael sejak kemarin." Ucap Ishaira, gadis itu  melepaskan cengkraman nya pada rambut Ela dan menghempas kan kepala Ela dengan kasar.

Ishaira sangat kesal dan marah saat ia melihat pipi adik kesayangannya terluka. Dia baru saja pulang dari rumah teman nya dan langsung mendapati adik nya terluka. Setelah mengetahui bahwa Ela lah yang menampar Mikael, Ishaira tentu tak akan tinggal diam. Dulu, jika Ela mengganggu nya atau berusaha memfitnah nya Ishaira akan mengabaikan nya dia tidak menghiraukan Ela tetapi sekarang Ela berani menampar Mikael, ia tak terima.

"Hiks aku beneran ngga nampar dia. Dia yang nampar dirinya sendiri." Ela berkilah, dia mengepalkan tangan nya. Jika bukan karena harus berpura pura polos, dia mungkin akan membalas menjambak Ishaira.

"Mana mungkin Adek gue nampar dirinya sendiri, lagian daddy yang ngeliat langsung Lo nampar adek gue! Cih, kalo sampai bang Jay sama Bastian tau, abis Lo." Sinis Ishaira.

"Liat aja Lo kalo berani macem macem lagi sama Adek gue. Gue ngga akan tinggal diam." Ancam nya sebelum dia melangkah meninggalkan kamar Ela.

"Aku bakal aduin mommy, Kakak udah Jambak aku!" Ela berteriak menghentikan langkah Ishaira.

Langkah Ishaira terhenti. Dia berbalik dan menatap Ela dengan sinis kemudian tersenyum miring. "Aduin aja, lagian mommy kayak nya udah ngga percaya sama Lo." Ucap nya.

Setelahnya, Ishaira benar benar pergi dari kamar Ela sambil membanting pintu.

"Akhh sialan. Bangsat, kenapa semua nya jadi semakin runyam. Wanita bodoh itu pasti ngga akan percaya lagi sama gue lebih buruk nya dia ngga akan mau nurutin kemauan gue lagi. Ini ngga bisa di biarin. Mikael baru sebentar aja Lo udah bikin gue ngga tenang. Gue ngga akan tinggal diam." Gumam nya dengan kesal.

Namun sedetik kemudian gadis itu menarik seringai. "Oh, gue kan masih punya satu backingan." Ucap nya sambil memikirkan seseorang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]suddenly become an extra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang