Chapter 10: Most wanted

58.7K 5.6K 77
                                    


Harvey Atlanta Mahawira, siapa yang tidak mengenalnya? Dia Most wanted sekolah yang diincar oleh para siswi, tampan dan seorang tuan muda kaya raya. Hidup nya sangat sempurna.

Saat ini, Atla berjalan dengan langkah santai menuju kantin di ikuti oleh tiga sahabat nya. Banyak pasang mata yang menatap mereka dengan berbinar, Atlanta sudah terbiasa, sejak sekolah dasar dia memang sudah populer. Atla bukan maksud untuk sombong, tapi itulah kenyataan nya.

Namun sebenarnya Atla merasa perhatian orang orang pada mereka itu terlalu berlebihan. Ia merasa sedikit risih.

"Lo ngga jemput Ela dulu, bas?"

Atla melirik pada salah satu sahabat nya yang bersuara. Jan Alejandro, Yang paling kalem di antara mereka, dia mempunyai wajah yang tampan dan sikap yang lembut. Softboy and friendly. sayang nya sifat nya yang satu ini membuat banyak gadis salah paham.

"Gila. Sejak kapan gue suka jemput dia." Jawaban Sebastian dengan suara rendah.

Sebastian Garelio Adipradana, pemuda tampan dengan dimple yang jika tersenyum akan terlihat tampan, sayang nya Sebastian adalah orang yang jarang tersenyum, dia bukan orang dingin dan cuek seperti Atla, hanya saja Sebastian malas tersenyum. Dia juga merupakan kakak laki laki Gabriela, atau lebih tepat nya kakak angkat nya.

"Kenapa Lo segitu enggak suka nya sama dia? Padahal dulu Lo keliatan sayang sama dia." Ejek Aiden, Aiden Zifrano. Dia sahabat Atlanta sejak zaman SD. Wajah nya tampan dengan tubuh tinggi, rambut nya sedikit gondrong dan si pemilik sleep eyes. Sifat nya ramah dan sedikit konyol.

"Itu dulu sebelum gue tahu kelakuan busuknya."

Mereka akhirnya sampai di kantin, Atla dan ketiga sahabat nya memiliki meja khusus sendri, sebenarnya bukan meja khusus, hanya saja tempat itu sudah menjadi tempat yang sering mereka tempati sehingga semua siswa dan siswi tidak pernah ada yang berani menempati meja mereka.

Tak lama mereka duduk, Gabriela datang. Gadis itu datang dengan wajah berseri seri membuat Sebastian menghela nafas, muak.

"Abang!" Gabriela bersuara dengan nada manja nya.

Diam diam semua yang ada di meja itu memutar bola mata nya malas.

Sebastian hanya melirik sekilas. "Ck mau apa Lo."

Ela semakin merajuk. Gadis itu duduk ditengah tengah antara Atla dan Sebastian. "Ih Abang kenapa ketus gitu, Ela kan mau duduk disini sama Abang." Alis gadis itu menukik tajam dengan bibir mengerucut.

Aiden Yang duduk di depan Sebastian melirik Ela. Dia pikir imut kali gitu. Batin nya kemudian mengalihkan pandangan nya dengan cepat sambil bergidik.

Jan menatap Ela dengan tatapan sulit diartikan. "Lo mending pergi deh."

"Kenapa sih? Aku kan mau disini. Abang liat, masa Abang Jan ngusir Ela." Keluh Ela dengan mata berair.

Urat pelipis Sebastian berkedut, dia kesal di dalam hati nya. Dia berdecak dan tak menanggapi Ela.

Ela yang diabaikan merasa kesal, dia mengepalkan tangan nya dan menunduk sedih sehingga membuat banyak siswa dan siswi yang sedari tadi memperhatikan menjadi iba tetapi ada juga yang diam diam menertawakan, jelas yang menertawakan nya adalah mereka yang tidak menyukai Ela.

Ela kemudian memaksakan senyuman, dia menatap Atlanta. "Abang Atla-"

Atla menatap Ela tajam. "Diem, gue lagi makan." Ucap nya dengan penuh penekanan.

"Pftt"

Ela menatap tajam pada Aiden yang sedang menahan tawa. Gadis itu merasa marah di hati nya. Kenapa mereka semua mengacuhkan nya? Kenapa mereka semua tidak menyukai nya? Ela merasa marah! Dia harus membuat mereka menyukai nya, mereka semua harus menyukai nya!

Ela tidak menyerah, dia berusaha mengajak mereka mengobrol. Meski di acuhkan, Ela tetapi menebalkan wajah nya.

"Abang tau gak kemarin kak aira datang ke Kamar aku terus nuduh aku rusakin jam tangan nya padahal kan----"

Sebastian tak menanggapi, gadis ini mencoba memfitnah adik nya lagi. Sebastian sudah biasa, dan dia tidak pernah mempercayai Ela.

"Ni orang bacot bener dah." Gumam Jan.

Tidak ada yang mendengar dan menanggapi bualan Ela, faktanya mereka semua tidak menyukai ela. Mereka sibuk masing masing dengan makanan nya, termasuk Atla yang menatap lurus ke arah meja sebrang yang hanya berjarak tiga meja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]suddenly become an extra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang