02: lalai

91 28 5
                                    

"Jangan buang Aska, Mah, Pah."

Anak laki-laki berumur tujuh tahun itu menangis sambil memeluk boneka beruang usangnya dengan kedua tangan yang gemetar. Trauma akan ditinggalkan membuat anak kecil itu ketakutan. Jika ujung-ujungnya dia akan kembali dibuang, lebih baik dia tidak pernah diadopsi sekalian. Daripada harus mengulang luka lama.

Rendra dan Rani saling menatap. Keduanya sama-sama dilanda kebingungan.

Mereka pikir dengan mengadopsi seorang anak untuk dijadikan kakak dan teman bagi Erina- putri kandung mereka- akan membuat Erin bahagia karena anak perempuan itu kerap kali mengeluh kesepian di rumah kala orang tuanya pergi bekerja.

Tanpa disangka-sangka reaksi Erin sangat di luar dugaan. Anak perempuan itu menolak keras kehadiran 'kakak baru'-nya dan memilih mengunci diri di kamar seharian.

Untuk pertama kalinya Rendra dan Rani menyesali keputusan mereka. Namun semua sudah terlambat. Mereka juga tak mungkin mengembalikan anak angkat yang baru mereka adopsi ke panti asuhan.

"Kita gak akan buang kamu," ucap Rendra mencoba menenangkan Aska. "Kamu 'kan sudah resmi menjadi putra kami, putra keluarga Adhikari. Jadi gak mungkin kami ngebuang putra kami sendiri."

"Papa serius?" tanya Aska menatap Rendra dengan penuh rasa harap. Sedangkan pria berkacamata itu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Tapi ada syaratnya." Kalimat Rendra berikutnya sukses membuat kening Aska berkerut. Entah sejak kapan pula tangis anak itu telah reda.

Rendra menatap kedua mata polos Aska dengan penuh rasa serius. "Kamu harus jaga dan lindungi Erin seumur hidup kamu. Kamu harus selalu ada di pihak dia dan membela dia. Kamu ada untuk Erin. Ingat itu."

Aska menunduk dalam. Tangisnya memang sudah reda, tetapi rasa khawatir dan cemas masih berkecamuk di balik dada.

"Tapi ... Erin gak mau punya kakak. Dia benci sama aku."

"Itu gak penting," kata Rendra, memegang kedua bahu Aska. "Meskipun Erin gak mau nerima kamu sebagai kakak, kamu tetap harus menganggap dia sebagai adik kamu. Kamu harus sayang sama dia, melebihi kamu menyayangi apapun yang kamu miliki. Paham?"

"Tapi ..."

"Itu juga kalau kamu mau tinggal bareng kami," potong Rendra, membuat Aska merapatkan bibirnya kembali. "Ini gak sulit. Cukup jadi kakak sekaligus teman bagi Erin. Jaga dan lindungi dia, selalu berkorban buat dia, selalu ada di pihak dia. Balasannya, kamu akan tinggal di rumah ini. Kamu bisa beli banyak mainan, kamu bisa sekolah tinggi, dan yang penting kamu gak akan jadi anak yatim piatu lagi."

Aska terdiam di tempatnya.

"Kamu ... mau punya keluarga 'kan?" tanya Rendra sambil tersenyum miring.

Perlahan Aska mengangguk.

"Jadi kamu bersedia?"

Aska mengangguk tanpa banyak pikir panjang. Yang anak laki-laki itu pikirkan saat ini hanyalah keinginan untuk mempunyai keluarga baru. Impian Aska sejak ia menjadi anak tanpa orang tua.

"Kalau begitu mulai sekarang, Askara hidup hanya untuk Erina."

---

Di depan ruang IGD Aska menangis sambil meremas rambutnya frustrasi. Setelah kejadian kecelakaan yang menimpa adiknya, Aska tidak mungkin bisa tetap tenang. Baru kali ini dia merasa bodoh dan tidak berguna. Karena kecerobohannya yang tidak bisa menjaga Erin, adiknya itu sekarang berada di IGD dalam keadaan antara hidup dan mati.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang