34: pengakuan Aska

39 15 35
                                    

Askara

|hari ini kita jadi jalan
| kita ketemuan di kafe Gold ya

———

"Kafe? Gak jadi beli buku, ya?" gumam Alara ketika membaca pesan itu. Namun dia tidak banyak ambil pusing. Gadis itu mengirim pesan balasan 'oke' ke nomor Aska dan mulai siap-siap.

•••

Dengan rok selutut berwarna pastel dan sweeter polos, Alara duduk di salah satu meja di kafe Gold. Gadis itu menggunakan jepit rambut kupu-kupu —sengaja karena ingat bahwa Aska pernah memujinya saat mengenakan jepit itu. Penampilan Alara hari ini sangat manis. Tidak sabar menunggu kehadiran orang yang ditunggu-tunggu.

Namun raut wajah Alara berubah ketika melihat Erin bersama teman-temannya memasuki kafe. Mereka saling menatap. Bahkan Alara yakin, Erin dan teman-temannya sedang berjalan menghampiri mejanya.

"Halo, Alara," sapa Erin sambil tersenyum manis. Gadis itu bersama teman-temannya—Sandra, Lulu, dan Invia— duduk di meja Alara, mengelilingi gadis itu.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Alara dingin. Tidak cukupkah mereka mengganggu Alara di sekolah? Kenapa di luar pun mereka selalu datang dan menjadi pengganggu?

"Kita sengaja datang nemuin lo," jawab Sandra sambil memainkan rambutnya. Tersenyum penuh arti.

"Dih, apaan tuh di rambut lo? Jepit? Kayak anak TK aja." Lulu tertawa bersama yang lain.

Alara mencoba untuk tidak terpengaruh. Gadis itu memandang empat gadis di hadapannya dengan tenang. "Ada banyak meja yang kosong, kenapa kalian duduk di sini?"

"Emang gak boleh?" Invia malah balik bertanya dengan nada kesal. "Terserah kitalah."

Alara menghela napas. Daripada terus menanggapi empat cewek itu, lebih baik ia yang pergi dari sana.

"Ya udah, kalau gitu aku yang pindah," katanya sambil berdiri. Namun ketika Alara hendak pergi, Erin mengatakan sesuatu yang membuat Alara mengurungkan niatnya.

"Lo nunggu Aska?"

Alara menatap ke arah Erin dengan bingung sekaligus tidak percaya. "Dari mana kamu tahu?"

Empat gadis itu saling memandang sambil tersenyum. Senyuman yang Alara yakin bukan sebuah pertanda yang baik.

Invia yang duduk paling dekat dengan Alara menarik gadis itu agar kembali duduk di kursinya. "Duduk!"

Kali ini Alara benar-benar duduk diam menatap ke arah empat gadis itu.

"Lo pasti bingung kenapa kita bisa tahu lo ada di sini buat ketemuan sama Aska," kata Erin dengan senyuman menyebalkan yang khas, "Sayangnya ada sesuatu yang gak lo tahu tentang Aska."

"Di mana Aska?" tanya Alara, merasa ada yang tidak beres.

"Dia lagi di rumah Pak Irwan, makan-makan bareng anak-anak basket." Erin menjawab dengan sangat santai, tetapi itu tak bisa langsung Alara percaya.

"Itu gak mungkin. Kalau dia ada di sana, gak mungkin dia ajak aku ketemuan di sini," ujar Alara tanpa ragu. Gadis itu yakin, pasti Erin dan teman-temannya sedang merencanakan sesuatu untuk mengganggu pertemanannya dengan Aska.

"Dia beneran ada di sana, kok," kata Sandra membela Erin. Gadis itu mengeluarkan handphone dari dalam tas, kemudian menunjukkan sebuah foto kepada Alara. Foto itu menunjukkan Aska, Jerry, dan anak-anak basket yang lain sedang makan-makan bersama. Di sana juga ada Pak Irwan beserta keluarganya.

Alara menunduk. Gadis itu menggeleng. Mencoba untuk tidak terpengaruh. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Aska tidak mungkin sengaja melakukan semua ini.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang