19: siuman

52 18 5
                                    

Gadis berwajah pucat yang masih terbaring lemah di atas bankar rumah sakit itu, perlahan membuka kedua matanya. Sesuatu yang pertama ia lihat adalah sebuah ruangan putih dengan aroma obat-obatan. Kemudian pandangannya beralih kepada seseorang yang sedang berdiri di samping bankarnya.

Seseorang dengan mata yang tampak berkaca-kaca itu tersenyum bahagia, seolah melihat gadis itu bangun adalah sebuah kebahagiaan besar dalam hidupnya.

•••

Sudah pukul setengah tujuh lebih, tetapi Alara masih setia berdiri di depan rumah untuk menunggu kehadiran seseorang. Perasaan gelisah dan khawatir mulai memenuhi hatinya. Ini tidak bukan hal yang biasa. Aska tak pernah terlambat datang untuk menjemputnya ke sekolah.

Alara sudah mengirim beberapa chat kepada laki-laki itu, tetapi sayangnya hanya ceklis satu yang ia dapatkan alih-alih sebuah balasan. Gadis berambut sebahu itu menghela napas lelah sambil bersandar kepada pagar rumahnya.

"Di mana, ya?"

Tidak berselang lama terdengar suara notifikasi pesan masuk. Raut wajah Alara berubah cerah. Gadis itu segera membuka pesan tersebut dan membacanya. Namun setelah itu, sorot matanya berubah menjadi kecewa.

Askara
| maaf banget baru ngabarin
| hari ini gue gak bakal sekolah
| ada urusan mendadak
| maaf banget ra

Alara
| gak papa

Segera Alara memasukkan handphone ke dalam saku rok abu-abunya. Meskipun kecewa karena Aska tidak akan sekolah hari ini, tetapi gadis itu merasa sedikit lega karena Aska berada dalam keadaan baik-baik saja. Pikiran-pikiran negatif memang sempat bertengger di kepalanya saat menunggu kehadiran Aska yang tak kunjung datang.

Hanya saja sekarang Alara berpikir bahwa pasti di sekolah nanti dia akan kesepian.

•••

"Tumben dia gak bareng Aska," ujar Invia kepada Sandra saat mereka melihat Alara sedang makan sendirian di kantin.

Sandra menatap ke arah Alara dengan tatapan sinis. Semenjak hari itu ---saat Alara untuk pertama kali melawan dirinya--- Sandra sudah jarang mengganggu Alara. Dalam hatinya dia ingin sekali memberi Alara pelajaran lebih atas kelakuan lancangnya hari itu, tetapi kehadiran Aska di sisi Alara, membuat pergerakan Sandra tertahan.

Bagaimana pun Sandra menyukai Aska, dan tidak ingin kelihatan buruk di hadapan orang yang ia suka.

"Gue juga gak ngeliat Aska hari ini," kata Lulu menambahkan.

Sekarang Sandra mulai mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Gadis dengan rambut dikucir kuda itu beranjak dari kursinya, dan menghampiri meja beberapa cowok yang ia ketahui adalah teman sekelas Aska.

"Wih ... tumben lo datangin kita," kata Sandi yang sedang memakan cireng Pak Amir yang merupakan jajanan favorit di sekolah itu. Dia tersenyum hangat menyambut Sandra. "Ada apa nih?"

Tiga orang cowok dari kelas Aska itu menatap ke arah Sandra sambil tersenyum. Yah, cowok mana juga yang tidak akan senang didatangi siswi cantik dan populer?

"Mau nanya, dong," kata Sandra sambil memasang wajah sok manis. "Kalian lihat Aska gak hari ini? Gue kok gak liat dia, ya?"

"Yah ... Nanyain cowok lain ternyata," kata Sandi sambil tertawa bersama teman temannya. Melihat itu Sandra memutar bola mata malas. Jika bukan karena Aska, dia mana sudi menghampiri kumpulan para cowok muka pas-pasan.

"Aska gak sekolah, gak tahu kenapa. Gak ada keterangan juga." Salah seorang dari tiga cowok itu menjawab pertanyaan Sandra. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Sandra langsung berbalik pergi dari sana tanpa mengucapkan terimakasih.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang