23: kehilangan

52 17 11
                                    

Setelah bel istirahat pertama berbunyi, Alara bergegas keluar kelas untuk mencari Aska. Hatinya sejak pagi tak bisa tenang akibat pikiran-pikiran negatif yang ia ciptakan sendiri. Untuk memastikan bahwa ketakutannya hanyalah overthinking semata, maka ia harus bertemu dengan Aska.

Tempat pertama yang Alara kunjungi adalah lapangan SMA Cemerlang. Tepat seperti dugaannya. Aska sedang bermain basket bersama tim basket SMA Cemerlang yang katanya akan ikut kejuaraan turnamen antar SMA. Karena itu Alara memutuskan untuk bergabung bersama perempuan lain yang menonton di pinggir lapangan.

Terdengar suara sorakan dari perempuan-perempuan di sebelah Alara. Kebanyakan dari mereka menyebut nama Jerry dan Aska. Alara akui karisma dua lelaki itu ketika sedang bermain basket memang tidak ada tandingannya. Namun tetap saja, Alara merasa tidak suka melihat banyak perempuan menyoraki nama Aska.

Alara sadar dia egois, tetapi yang namanya hati sulit untuk dikompromi.

Alara menonton pertandingan dengan diam tanpa sorakan keras atau tepuk tangan seperti perempuan lain. Matanya hanya berfokus kepada Aska, memperhatikan setiap pergerakan laki-laki itu. Tanpa sadar kedua sudut bibir Alara terangkat.

Tidak sengaja tatapannya dengan Aska bertemu. Alara semakin melebarkan senyumnya. Gadis itu mengangkat tangan hendak melambaikan tangan. Namun Aska malah memalingkan wajah ke arah lain. Membuat senyuman Alara luntur.

Kenapa rasanya ... sakit sekali?

Wajah Alara berubah murung. Perlahan gadis itu berbalik dan pergi meninggalkan lapangan dengan perasaan kacau.

•••

Jam istirahat kedua datang.

Kali ini Alara benar-benar ingin menemui Aska dan tidak mau hanya sekadar melihat saja seperti tadi pagi. Gadis itu pergi ke segala tempat di sekolah, tetapi masih belum menemukan Aska juga.

Hanya satu tempat yang belum Alara datangi, yaitu perpustakaan. Ia harap semoga orang yang ia cari-cari ada di tempat itu.

Sambil mencari Aska, Alara melihat-lihat buku yang ada di perpustakaan. Gadis itu menyusuri satu per satu rak berisi berbagai jenis buku itu dengan wajah muram. Hingga akhirnya langkah Alara terhenti ketika ia melihat dua orang sedang mengobrol di pojok perpustakaan sambil tertawa. Terlihat begitu akrab.

Tampak Aska yang sedang bersama dengan Sandra, mengobrolkan sesuatu yang tak bisa Alara dengar dari tempatnya. Mereka berdua terlihat begitu bahagia dan serasi. Sedikit menggores sudut hati Alara.

Alara ingin berbalik pergi, tetapi tubuhnya mematung di tempat. Matanya mulai berair ketika melihat tangan Aska bergerak mengelus rambut Sandra. Senyuman yang Aska tunjukan begitu manis. Terlalu manis hingga rasanya Alara muak dengan pemandangan yang ada di depannya.

Kali ini Alara benar-benar berbalik pergi. Beberapa tetes air mata jatuh begitu saja dari kelopak matanya. Alara menghapus air matanya dan berlari pergi. Enggan satu orang pun menyaksikan betapa hancurnya ia saat ini.

Alara menghampiri kebun di belakang gedung sekolah yang jarang didatangi siswa. Gadis itu duduk di bawah pohon rindang sambil terisak tangis sendirian. Mengeluarkan segala sakit yang menumpuk di hatinya.

Seharusnya Alara tidak menangis. Dia dan Aska 'kan hanya berteman. Wajar saja jika Aska dekat dengan perempuan lain, atau mungkin menyukai perempuan lain. Wajar sekali. Seharusnya Alara mengerti.

Namun memang benar adanya, bahwa perasaan itu tidak bisa dikendalikan. Apalagi jika menyangkut cinta yang konon katanya datang tiba-tiba.

Tanpa Alara ketahui, seseorang selain dirinya ada di sana. Orang itu ada di atas pohon, dengan dasi diikat di kepala, dan sebuah mangga muda di tangannya. Orang itu mengerutkan kening. Memperhatikan seorang gadis yang sedang menangis di bawah pohon yang ia naiki.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang