Setelah teror malam itu, Erin tak pernah berani keluar dari rumah —selain ke sekolah. Aska juga sudah menceritakan semua kepada Rendra dan Rani. Mereka berdua sangat khawatir hingga menambah penjagaan di rumah. Bahkan keduanya rela mengambil cuti untuk liburan bersama putri mereka Minggu ini. Mereka pikir sedikit refreshing dapat menghibur Erin yang belakangan ini mendadak murung.
Di depan rumah, tampak keluarga kecil itu tengah bersiap untuk berlibur ke pantai. Semua keperluan yang mereka butuhkan dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Aska ikut membantu meski tidak akan bergabung dalam acara piknik keluarganya.
"Yakin kamu gak akan ikut, Ka?" tanya Rani, entah sudah berapa kali. Hubungan Rani dan Aska telah berangsur membaik. Sedangkan Rendra hingga saat ini masih bersikap dingin kepada Aska.
"Aku udah ada janji lain hari ini, maaf banget gak bisa ikut," jawab Aska dengan nada tak enak.
Erin yang sudah siap dengan topi pantainya, melipat tangan di depan sambil menatap Aska tajam. "Ada janji apa sih sampai lo gak bisa ikut piknik bareng keluarga lo?" tanyanya dengan nada ketus. Aska tertegun ketika Erin menyebut bahwa mereka adalah keluarganya. Menyadari hal itu, Erin buru-buru menambahkan, "gak usah geer. Gak ada lo juga piknik hari ini juga asik-asik aja!"
Aska tersenyum kecil. "Gue tahu, kok."
Erin mendengus.
Rendra dan Rani sudah menaiki mobil. Semua keperluan mereka juga sudah ada di dalam mobil. Rendra sedikit berteriak untuk menyuruh Erin cepat-cepat masuk karena mereka akan segera berangkat.
"Iya, bentar, Pah!" sahut Erin agak keras. Gadis dengan topi berwarna merah muda itu kembali menatap Aska dengan tatapan yang sama. "Kalau gitu gue berangkat." Erin hendak memasuki mobil, tetapi berbalik dan kembali berhadapan dengan Aska. Gadis itu sedikit berjinjit dan berbisik di telinga cowok itu. "Maybe, you think i forgot but ... not." Erin mengangkat satu sudut bibirnya. "Happy birthday."
Aska terdiam sejenak kemudian mengangguk. Ia tersenyum. "Thanks, atas ucapannya." Agak tidak menyangka Erin akan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya hari ini.
Setelah itu Erin bergegas menaiki mobil tanpa menoleh kembali kepada Aska. Pipinya terasa panas. Gadis itu meringis pelan di tempatnya duduk. Sedikit tidak percaya telah mengucapkan selamat ulang tahun pada orang yang katanya 'paling ia benci di dunia', bahkan tanpa diminta. Entah setan apa yang merasuki raganya.
Aska masuk ke rumah setelah mobil keluarganya tak terlihat lagi. Cowok itu berjalan menuju kamar sambil tersenyum manis. Merasakan euforia di hari terpenting dalam hidupnya.
Hari ini adalah hari yang paling ia tunggu. Tepat hari ini usianya bertambah, dan di hari ini pula ia akan bertemu kembali dengan saudari kembarnya.
Tak mau menunggu lama, Aska bergegas bersiap. Ia memakai pakaian baru dan juga parfum yang wangi. Penampilan laki-laki itu terlihat tampan dan rapi dari pantulan cermin. Aska tak henti-henti memuji dirinya sendiri dengan narsis. Rasanya tak sabar untuk segera bertemu dengan Shaki. Bahkan sedari tadi detak jantung Aska tak terkendali.
Kemudian laki-laki itu berjalan untuk mengambil sebuah kado yang sudah ia siapkan khusus untuk Shakira. Kado ini ia dapatkan setelah lama berkeliling di mall. Aska memasukkan kotak berwarna merah muda itu ke dalam paper bag. Tidak lupa dengan cokelat dan makanan yang sudah ia siapkan untuk dibagikan di panti asuhan.
Aska pergi menaiki motor. Sepanjang perjalanan ia sudah membayangkan banyak hal. Memikirkan bagaimana wajah Shaki saat ini, membayangkan saat mereka berdua bertemu, lantas saling berpelukan seperti saat kecil dulu. Sekadar membayangkan saja sudah membuat hati Aska berbunga-bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa Lagi [Selesai]
Fiksi RemajaAska harus pindah ke SMA Cemerlang setelah adiknya -Erin- menjadi korban tabrak lari dan berakhir koma di rumah sakit. Dia ditugaskan sang Papa, untuk mengawasi seseorang di sekolah itu. Orang yang sama dengan orang yang pernah dia selamatkan. Haru...