54: buronan

37 13 0
                                    

Liana menangis di pelukan Shaki. Mereka berdua saat ini sedang ada di kantor polisi. Setelah mendapatkan kabar bahwa kakak Liana kabur saat dilarikan ke rumah sakit ---karena mengalami cedera setelah bertengkar di dalam sel dengan tahan lain--- mereka berdua langsung bergegas menuju kantor polisi.

"Ki, kakak di mana, ya?" tanya Liana dengan nada cemas. "Kenapa kakak kabur?"

Shaki memeluk Liana dan mengusap rambutnya pelan. "Kita berdoa yang terbaik aja buat kakak kamu, ya."

"Aku takut kakak kenapa-kenapa," kata Liana dengan gemetar. "Aku juga takut ... Kakak bertindak nekat kayak waktu itu. Aku gak mau, Ki."

Sebetulnya Shaki juga merasa sangat khawatir saat ini. Setelah bertemu dengan kakak Liana beberapa kali saat menemani Liana membesuk, Shaki cukup mengetahui bahwa kakak Liana adalah orang yang pendendam dan nekat. Bukti nyatanya adalah saat kakak Liana menabrak Erin lantaran tidak terima Liana dirundung oleh gadis itu hingga depresi.

Kali ini ... kakak Liana kembali bebas berkeliaran. Shaki merasa khawatir jika kakak Liana akan melakukan sesuatu yang nekat lagi.

Kayaknya aku harus kasih tahu Aska supaya dia jaga adiknya.

Tapi ... gimana caranya?

•••

Sepulang sekolah Aska pergi ke mall demi mencari hadiah ulang tahun untuk Shaki. Sudah lama laki-laki itu berkeliling, tetapi tidak menemukan apapun yang menarik. Aska merasa bingung dan buntu jika menyangkut hadiah untuk seorang perempuan.

Seharusnya tadi ia mengajak Alara untuk menemaninya.

Akhirnya Aska memilih untuk beristirahat di sebuah kafe dan memesan minuman. Mungkin secangkir es cappucino dapat mencairkan otaknya sejenak. Sambil menunggu pesanan, Aska bermain handphone.

"Mending kamu istirahat sebentar. Jangan terlalu menekan diri kamu." Suara perempuan itu terdengar dari meja sebelah. Aska tanpa menoleh dapat mengetahui siapa yang tadi berbicara. Secara refleks cowok itu melirik ke samping.

Terlihat Shaki yang sedang duduk bersama dengan Liana di meja yang ada di sebelahnya.

Melihat Shaki, Aska sedikit bertanya-tanya. Mungkinkah Shaki yang sedang mengobrol dengan Liana itu, adalah Shaki adiknya yang akan berulang tahun beberapa hari lagi? Aska sedikit pesimis sebenarnya.

Aska mengerjap ketika Shaki menoleh ke arahnya. Tatapan mereka bertemu. Shaki terlihat terkejut melihat Aska.

Baru saja Shaki kebingungan bagaimana cara untuk memberitahu Aska mengenai kakak Liana, sekarang tiba-tiba saja mereka dipertemukan oleh semesta.

"Kayaknya aku mau ke toilet dulu," kata Liana, membuat Shaki langsung mengalihkan perhatian. Tampaknya Liana belum mengetahui bahwa Aska juga ada di kafe yang sama dengan mereka ---tepat di meja sebelah.

"Mau aku anter?"

"Nggak usah. Aku sendiri aja." Liana menghapus air mata terakhir yang keluar. Matanya terlihat sembab karena banyak menangis, memikirkan kakaknya yang entah ada di mana saat ini.

Ketika Liana sudah benar-benar menghilang dari pandangan, Shaki beranjak dan duduk di depan Aska, membuat cowok itu terkejut.

"Eh?"

"Sorry, mungkin gue agak lancang?" Shaki menyengir. Bisa jadi ini adalah kesempatan satu-satunya yang ia miliki untuk menyampaikan apa yang ia ketahui kepada Aska. Karena itu, Shaki memilih gerak cepat. "Tapi ... gue ada sesuatu yang harus diomongin sama lo."

Aska mengangkat satu alisnya. "Tentang?"

"Kakaknya Liana," jawab Shaki. "Kakak Liana berhasil kabur. Sekarang dia jadi buronan dan belum tertangkap."

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang