"Ya ampun, Askara?" Wanita paruh baya berjilbab hitam tampak tidak percaya kala melihat Aska berdiri di hadapannya. "Kamu sekarang tinggi sekali, Nak."
Aska menanggapi dengan tawa pelan. Laki-laki dengan seragam SMA itu kemudian mencium tangan Ibu Panti ---yang pernah menyelamatkan nyawanya dan Shaki dulu. "Ibu apa kabar?"
"Baik, Nak, Alhamdulillah." Laras tersenyum sambil mengusap rambut Aska. "Kamu sendiri bagaimana, Aska?"
"Alhamdulillah, baik, Bu." Aska tersenyum manis. "Udah lama ya Aska gak kesini. Maaf, ya, Bu gak pernah ngunjungin panti semenjak Aska diadopsi, hehe."
Laras mengangguk pelan. "Enggak apa-apa. Ayo, masuk dulu, Nak."
Aska dipersilakan masuk ke dalam panti yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya. Dia memperhatikan sekeliling, dan tersenyum. Keadaan panti saat ini jauh lebih baik dari dulu saat ia tinggal di sana. Lebih banyak pengurus, dan anak-anak. Aska merasa senang melihatnya.
"Aska sekarang sudah kelas berapa?" tanya Laras saat meletakkan air minum di atas meja.
"Kelas 2 SMA, Bu."
"Wah, udah besar ...." Laras tersenyum hangat. "Sebentar lagi lulus, mau kuliah atau kerja?"
Aska terdiam sejenak. Sebetulnya ia memiliki rencana untuk melanjutkan ke jenjang kuliah di sebuah universitas negeri. Namun, ia belum membicarakan apapun dengan keluarganya.
"Aska 'kan anak pintar, ya, dulu aja sering ranking satu," kata Laras saat mengingat Aska dulu. "Lanjut aja, ya, Nak. Orang tua kamu juga sepertinya mampu."
Aska hanya menyengir kikuk.
"Oh, iya, Bu ...," Aska kembali teringat dengan Shaki, "setelah Aska diadopsi ... Shaki gimana? Aska gak pernah dapat kabar tentang dia ...." Nada bicara Aska terdengar memelan. Sorot sendu terlihat di mata jernihnya.
"Shakira diadopsi, mungkin beberapa tahun setelah kamu. Ibu lupa kapan pastinya," jawab Laras. "Ibu rasa, Shaki sudah bahagia bersama dengan keluarga barunya."
Mendengar itu Aska merasa sedikit lega. "Syukurlah ...."
"Kamu belum pernah bertemu Shaki lagi, Aska?"
Aska menggeleng sebagai jawaban.
"Kalau begitu, mungkin sebentar lagi kamu bisa bertemu dia," ujar Laras dengan senyuman teduhnya. "Setiap hari ulang tahun kalian, Shaki selalu datang ke panti untuk bagi-bagi makanan ke anak-anak."
•••
Di bangkunya Aska terdiam menatap kalender HP dengan tatapan yang sulit diartikan. Tiga hari lagi adalah hari ulang tahunnya dan Shaki. Mungkin, ini adalah satu-satunya kesempatan mereka bisa bertemu kembali.
Aska menghela napas dan memasukkan handphone ke dalam saku. Laki-laki itu beranjak, dan berjalan keluar dari kelas. Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Sebelum kantin makin ramai dengan lautan manusia, sebaiknya Aska buru-buru pergi ke sana untuk mengisi perut.
Tidak sengaja Aska berpapasan dengan Alara yang juga sedang berjalan menuju kantin. Gadis itu melambaikan tangan ke arahnya dan tersenyum. Hal itu membuat Aska membeku di tempat. Mendadak ia teringat dengan percakapan terakhir mereka beberapa hari yang lalu. Aska merasa sedikit ... malu.
"Hai, Ka," sapa Alara.
"Oh, hai." Aska membalas kaku. Jelas sekali sedang salah tingkah.
"Ke kantin, 'kan?"
Aska mengangguk.
"Sama. Jadi, bareng aja gimana?" tanya Alara sedikit ragu.
"Sure." Aska tampak tidak keberatan. Hal itu membuat Alara menghela napas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa Lagi [Selesai]
Novela JuvenilAska harus pindah ke SMA Cemerlang setelah adiknya -Erin- menjadi korban tabrak lari dan berakhir koma di rumah sakit. Dia ditugaskan sang Papa, untuk mengawasi seseorang di sekolah itu. Orang yang sama dengan orang yang pernah dia selamatkan. Haru...