18: satu yang terbaik

53 19 1
                                    

Gadis berambut sebahu itu mendengarkan penjelasan Pak Aman ---Guru Bahasa Indonesianya--- dengan saksama. Sekarang adalah jam pelajaran terakhir. Tinggal menghitung lima menit lagi, bel pulang akan berbunyi. Beberapa murid dari kelas XI-1 IPA itu bahkan sudah ada yang bersiap mengemas barang-barang meskipun pelajaran belum usai.

"Jadi untuk bab ini kalian akan ditugaskan untuk menulis sebuah karya ilmiah," ujar Pak Aman, membuat seisi kelas tercekat. "Tenang, akan dibagi kelompok, kok. Supaya kalian gak terlalu capek dan susah mengerjakannya."

Pria berkacamata itu berjalan menuju meja guru, dan mengambil berkas absensi. Setelah melihat absensi kelas, guru itu kemudian manggut-manggut. "Supaya pas, setiap kelompok berisi lima orang, ya," putusnya menyesuaikan jumlah murid.

"Untuk kelompok pertama, absen satu sampai lima," Pak Aman mulai menyebutkan anggota kelompoknya, "Untuk kelompok dua ...,"

Alara mengingat-ingat nomor urut absensinya. Dia berada di absen kedua, itu artinya masuk kelompok pertama. Kemudian gadis itu memperhatikan sekeliling kelas, mencoba mengingat siapa saja nama murid berawalan huruf A. Kemungkinan besar Alara akan satu kelompok dengan mereka.

Agni, Aqeela, Arkan, Abimanyu.

Empat teman sekelas Alara yang berawalan huruf A itu sama-sama tidak akrab dengannya. Jika dipikirkan lagi, Alara memang tidak punya teman satu pun di kelas. Semua orang menjauhi dan menghindarinya.

Sekarang Alara merasa khawatir dan bingung, bagaimana supaya dia bisa berbaur dengan mereka untuk mengerjakan tugas kelompok? Biasanya jika Alara masuk ke dalam sebuah kelompok, dia selalu disisihkan dan tidak diajak berpartisipasi. Sesuatu yang membuat Alara lebih suka tugas individu.

"Oke, tugas itu dikumpulkan minggu depan saat pelajaran Bahasa Indonesia. Jangan sampai ada yang terlambat mengumpulkan apalagi tidak mengerjakan. Nilai kalian sendiri yang menjadi taruhannya," jelas Pak Aman, sebelum akhirnya seisi kelas berubah menjadi ribut ketika bel pulang sekolah akhirnya berbunyi nyaring.

Alara memasukkan alat tulisnya ke tas. Saat melihat anggota kelompok satu sedang berjalan bersama menuju pintu keluar, bergegas gadis itu menggendong tasnya, dan berlari menghampiri mereka berempat.

Kehadiran Alara yang tidak diundang itu dihadiahi tatapan sinis dari teman kelompoknya. Mereka yang awalnya sedang mengobrol, mendadak menghentikan pembicaraan seolah terganggu dengan kehadiran Alara.

"Kita sekelompok 'kan?" tanya Alara memastikan.

"Iya, tapi kita gak mau ngajak lo," jawab Agni terus terang sambil menatap Alara tajam. "Lo gak usah ikut ngerjain, biar gue sama yang lain aja yang ngerjain."

Sudah Alara duga, dia akan dibuang.

"Tapi ... aku juga anggota kelompok kalian. Aku juga harus ikut ngerjain tugas kelompok itu." Kali ini Alara tidak mau diam saja. Sudah cukup selama ini dia dibuang dan dipandang sebagai 'beban kelompok' yang tidak membantu apa-apa. Alara juga ingin ikut bekerja sama dalam tugas kelompoknya. Alara juga ingin dihargai.

Agni melipat tangannya di depan. "Oke kalau itu mau lo." Gadis dengan rambut diikat tinggi itu melangkah mendekati Alara. "Sekarang beban tugas kelompok ada di tangan lo. Kerjain yang bener, ya, soalnya gue sama yang lain gak bakal bantuin lo."

"Tapi bukan---"

"Tadi lo bilang pengen ngerjain?!" Agni memotong ucapan Alara yang masih belum rampung itu dengan nada yang lebih keras dari sebelumnya. "Sekarang makan tuh tugas! Kerjain sana, kita mau balik!"

Setelah itu Agni beserta anggota kelompok satu yang lain melangkah pergi meninggalkan kelas. Mereka tidak menghiraukan Alara yang beberapa kali memanggil nama mereka.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang