Sambil main game online laki-laki itu duduk di kantin dengan kedua kaki yang terangkat di atas meja. Sudah jam pelajaran ketiga, tetapi ia lebih memilih bolos di kantin daripada mengikuti pelajaran Kimia di kelas.
Penampilan laki-laki itu jauh dari kata rapi. Dasi melingkar di kepala, seragam atasnya entah hilang ke mana digantikan dengan kaos putih polos. Mungkin hanya celana abu-abunya saja yang tak melanggar aturan di antara semua yang ia kenakan.
"Ah, kalah lagi!" Sean berdecak kesal sambil mematikan handphone. Tujuannya bermain game adalah untuk menghilangkan stress, tetapi setelah bermain ia malah tambah stress gara-gara terus kalah. "Sial."
Kemudian laki-laki beriris hitam kelam itu menurunkan kedua kakinya dari atas meja. Matanya menatap lurus ke depan. Memikirkan sesuatu yang sejak tadi bertengger di kepalanya.
"Udah lama juga gak ketemu Alara," gumamnya ketika mengingat pertemuan pertamanya dengan gadis itu setelah sekian lama. "Masih belum bisa berenang juga ternyata." Tiba-tiba saja Sean tersenyum geli. "Udah gede kok gak bisa renang."
"Bukan gak bisa, tapi belum bisa!"
Gadis dengan rambut panjang lurus itu berkata kesal. Lagi-lagi ia diledek oleh orang yang sama gara-gara tidak bisa berenang. Gadis itu makin terlihat sebal ketika anak laki-laki berseragam putih biru di hadapannya tertawa keras.
"Nilai olahraga kamu pasti jelek," kata Osean sambil menunjuk Alara. "Soalnya kemarin pas dites renang, kamu gak bisa-bisa. Malah hampir tenggelam lagi! Padahal kolamnya juga dangkal."
"Berisik kamu!"
"Biarin!" Sean menjulurkan lidahnya mengejek. "Suruh siapa udah gede gak bisa renang. Katanya ranking satu, kok gak bisa renang! Huu!" Anak laki-laki itu lantas tertawa sambil menunjukkan jempol yang terbalik menggunakan kedua tangannya.
Alara makin cemberut. Perlahan mata cokelat terang milik Alara mulai terlihat berair. Wajah gadis itu memerah. Tepat saat melihat perubahan ekspresi Alara, Sean berhenti tertawa dan berubah panik.
"Eh, kamu jangan nangis dong!"
Detik itu juga tangis Alara pecah. Gadis itu berlari sambil menghampiri guru wali kelas yang baru saja sampai. Alara memeluk wali kelasnya sembari menangis kencang. Jarinya menunjuk Sean yang kini tampak kalang kabut di tempat.
"Bu, Sean ngejek aku terus, Bu! Hukum dia, Bu!"
•••
Langit cerah berubah menjadi gelap. Hujan turun membasahi kota sore ini. Mobil hitam itu berhenti di sebuah toko bunga. Seseorang keluar dari sana dan berlari memasuki toko.
Laki-laki itu menepuk-nepuk pakaiannya yang agak basah karena terkena air hujan. Ia tersenyum ramah ketika melihat seorang wanita paruh baya ---pemilik toko bunga--- datang menghampirinya.
"Wah, hujan-hujan gini mau beli bunga?" kata wanita dengan rambut diikat itu sambil tertawa pelan. "Buat siapa? Buat pacar, ya?"
Aska menggeleng pelan dengan senyuman yang belum pudar. "Buat orang yang spesial."
"Ya udah, coba pilih dulu mau bunga yang mana."
Aska melihat bunga-bunga yang di sekelilingnya dengan wajah bingung. Ada berbagai jenis bunga dengan warna yang bermacam-macam. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aska sama sekali tidak mengerti dengan dunia per-bunga-an.
"Bunga mana aja deh, Bu. Yang penting bukan bunga bangkai."
Wanita pemilik toko bunga itu tertawa sambil menggeleng. "Ada-ada aja kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa Lagi [Selesai]
Teen FictionAska harus pindah ke SMA Cemerlang setelah adiknya -Erin- menjadi korban tabrak lari dan berakhir koma di rumah sakit. Dia ditugaskan sang Papa, untuk mengawasi seseorang di sekolah itu. Orang yang sama dengan orang yang pernah dia selamatkan. Haru...