29: hujan

41 15 4
                                    

Sejak Aska memasuki kelas, orang-orang langsung mengerumuni bangkunya untuk mengucapkan selamat atas kemenangan tim basket Cemerlang. Banyak juga yang memuji Aska karena telah menggantikan Jerry menjadi kapten saat turnamen kemarin. Aska sampai pusing menanggapi ucapan teman-temannya yang didominasi perempuan itu.

Sudah lewat lima belas menit, tetapi orang-orang itu masih belum melepaskan Aska. Kedua telinga cowok itu sudah terasa panas karena mendengar terlalu banyak ocehan di segala sisi. Untuk menyelamatkan diri, Aska pura-pura ingin ke toilet dan berlari secepat kilat meninggalkan kelas.

Aska berhenti berlari ketika sudah agak jauh dari kelasnya. Cowok itu menghela napas lega, dan mulai berjalan dengan santai. Namun tiba-tiba saja, tiga orang siswi menghadang jalannya. Membuat Aska berhenti melangkah.

"Halo, Aska," sapa gadis itu dengan senyum termanisnya.

Aska memandang Sandra sebentar, kemudian balas tersenyum kepada gadis itu. Begitu juga kepada Lulu dan Invia yang masing-masing berdiri di sisi Sandra.

"Selamat, ya, atas kemenangan tim basket lo di turnamen kemarin," ujar Sandra sambil menyelipkan rambutnya ke belakang. Gadis itu kemudian mengulurkan sebuah bingkisan kepada Aska, "anggap ini sebagai ucapan selamat buat lo."

Aska menerima bingkisan pemberian Sandra dengan perasaan tidak enak. "Sebenernya ini gak perlu, sih ...," Aska tersenyum kikuk, "tapi makasih, ya, San."

Sandra mengangguk. "Itu cokelat Belgia oleh-oleh dari Papa gue. Jangan lupa dimakan, ya." Gadis itu sedikit tersipu. "Emm, jangan dibagi sama anak yang lain, ya. Gue ngasih itu cuma buat lo aja. Ok?"

Aska hanya membalas dengan sebuah anggukan.

Sementara itu Lulu dan Invia menyenggol-nyenggol lengan Sandra, seolah sedang menyampaikan sesuatu melalui kode. Sandra menanggapi itu dengan tatapan tajam.

"Ada apa?"

"Gak ada!" Sandra menyengir. Gadis itu menunduk sebentar, kemudian kembali menatap ke arah Aska. "Ka, pulang sekolah nanti, bisa gak lo anter gue ke toko buku? Gue mau beli buku buat persiapan ujian nanti."

Beberapa detik Aska terdiam. Sampai akhirnya cowok itu berdehem pelan. "Sorry, ya. Gue ada urusan pulang sekolah nanti. Gak papa, 'kan?"

Raut kecewa menghiasi wajah Sandra. Namun gadis itu dengan cepat mengontrol kembali ekspresinya agar terlihat biasa saja. "Gak papa, kok."

"Ya udah, gue duluan, ya. Sekali lagi, thanks, atas oleh-olehnya." Setelah mengatakan itu, Aska berjalan pergi meninggalkan Sandra bersama dua teman setianya itu.

"Sabar, ya, San. Besok kita coba lagi." Lulu mencoba menghibur sambil menepuk-nepuk bahu Sandra. Tanpa ia tahu bahwa hal itu malah membuat perasaan Sandra semakin kacau.

Sandra menepis tangan Lulu dari bahunya dengan kesal. Tanpa mengatakan apapun, gadis itu berjalan pergi dari sana dengan kedua tangan yang terkepal menahan marah.

•••

Alara berjalan sendirian di koridor saat jam pulang sekolah datang. Di tangan kanannya ada sebuah buku yang tetap ia baca meski sedang berjalan. Tanggung. Buku yang Alara baca adalah novel, dan saking penasaran dengan kelanjutan cerita, ia memilih untuk terus membaca tanpa memperhatikan jalan.

Tanpa Alara ketahui, di dekat tangga Sean sudah menunggu dirinya. Cowok itu tersenyum ketika melihat Alara akan segera sampai. Rencananya ia akan mengajak Alara pulang bersama dan mampir ke kafe, atau apapun itu yang penting bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman SMP-nya itu.

Aska yang baru keluar dari kelas, memperhatikan Sean yang sedang menatap ke arah Alara. Posisi Aska ada di belakang Alara. Cowok itu dapat dengan mudah menebak apa yang sedang Sean pikirkan. Tanpa mau pikir panjang, Aska berlari mengejar Alara dan langsung menggenggam tangan gadis itu, tepat sebelum Alara sampai di tangga dan bertemu Sean.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang