"Gue lihat dia pergi sama Aska."
Gadis berambut dikucir kuda itu terlihat marah mendengar informasi yang baru saja ia dengar. Ia beranjak dari tempatnya duduk, dan berjalan keluar dari kelas.
Namun tak sengaja gadis itu berpapasan dengan seseorang saat di ambang pintu. Erin lantas mengulas senyum sinis, menatap Alara yang datang sendiri ke hadapannya. Apalagi saat melihat kedua mata sembab milik Alara, Erin merasa sangat puas karena tahu Alara menangis gara-gara tertekan ia kembali ke sekolah.
"Lo-" Erin mengurungkan niat untuk berbicara ketika melihat Aska tiba-tiba datang, dan berdiri di samping Alara. Dua saudara angkat itu saling menatap. Ada pancaran tidak percaya dari sorot mata Erin. Gadis itu lantas memalingkan wajah.
Sekarang ia sudah tahu siapa yang Aska pilih.
"Gue denger Papa nyuruh lo buat ngawasin Alara di sekolah."
Aska yang sedang membantu Erin membereskan perlengkapan sekolahnya itu, langsung terdiam. Dia menoleh ke arah Erin yang menunjukkan raut tidak suka secara terang-terangan.
"Dan gue denger ... lo deket sama dia," lanjut Erin sambil melipat kedua tangan di depan. Wajahnya terlihat memerah. Persis seperti cewek yang sedang memergoki pacarnya jalan dengan cewek lain. "Kalian temenan? Oh, mungkin lebih dari itu."
"Er-"
"Gue benci sama lo!" Erin membentak marah. "Ditambah sekarang lo temenan sama orang yang gue benci di sekolah, sekarang rasa benci gue ke lo jadi berakar kuadrat!"
Aska mengerutkan kening sambil tersenyum geli. "Kayak Matematika aja."
"Gue serius!" teriak Erin lagi.
Gadis itu maju mendekati Aska dengan tangan yang masih bersedekap. Ia menatap Aska tajam. "Besok gue udah mulai sekolah, dan gue bakal ganggu Alara lagi," katanya, "gue tebak, lo pasti gak setuju dan bakal larang gue."
Aska menghela napas. "Er, ngapain sih lo lakuin itu?" tanyanya tidak mengerti. "Ada banyak hal yang bisa lo lakuin, kenapa lo harus mengganggu orang?"
"Karena ... gue harus lakuin itu."
Jawaban Erin sama sekali tak bisa Aska mengerti.
"Lo tahu siapa peringkat satu di kelas gue?"
Pertanyaan itu membuat Aska bergeming untuk beberapa saat. Laki-laki itu lantas menatap Erin tidak percaya. Perlahan dia mulai mengerti dengan apa yang Erin maksud."Jadi, lo ganggu Alara karena marah dia dapat peringkat satu?" tebak Aska. Ia tahu betul tujuan Erin yang selama ini yang belum dapat tercapai, yaitu mendapatkan peringkat pertama. Gadis itu sangat terobsesi dengan posisi pertama dan teratas. Dan Erin adalah gadis yang sangat ambisius.
Satu sudut bibir Erin terangkat. "Lebih dari itu."
"Maksud lo?"
"Gue sengaja ganggu Alara supaya dia stress atau depresi sekalian," ungkap Erin dengan blak-blakan, "Dengan itu performa dia bakal menurun. Dia jadi banyak pikiran, tertekan, dan gak bisa fokus belajar. Setelah itu gue bakal bisa nyalip nilai dia dengan mudah."
Erin mengatakan itu dengan sangat santai, seolah apa yang ia akui bukan sesuatu yang buruk. Aska sampai dibuat tidak percaya dan tidak habis pikir dengan cara adiknya itu untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Erin benar-benar menghalalkan berbagai cara.
"Er ...," panggil Aska dengan nada kecewa. Tidak pernah ia sangka, adiknya akan melakukan hal selicik itu, "kenapa lo jadi gini?" tanyanya sambil memegang kedua bahu Erin, menatap ke dalam mata gadis itu, "Lo gak harus ngelakuin ini untuk mencapai tujuan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa Lagi [Selesai]
Roman pour AdolescentsAska harus pindah ke SMA Cemerlang setelah adiknya -Erin- menjadi korban tabrak lari dan berakhir koma di rumah sakit. Dia ditugaskan sang Papa, untuk mengawasi seseorang di sekolah itu. Orang yang sama dengan orang yang pernah dia selamatkan. Haru...